Selingkuh Dengan Adik Iparku
Selingkuh Dengan Adik Iparku |
Cerita Seks - Pernikahanku
dengan Angga memang baru seumur jagung,namun karena aku menikah bukan
berdasarkan cinta maka pernikahan tersebut terasa semu dan sangat membosankan.
Aku mau menikahi Angga karena umurku sudah 35 tahun dan belum menikah. Sebenarnya aku punya banyak pacar namun entah mengapa tak seorangpun dari pacar-pacarku ingin menikahiku. Mereka hanya menginginkan pacaran semata bahkan ada yang sekedar hts-an saja. Itu lho, hubungan tanpa status.
Aku mau menikahi Angga karena umurku sudah 35 tahun dan belum menikah. Sebenarnya aku punya banyak pacar namun entah mengapa tak seorangpun dari pacar-pacarku ingin menikahiku. Mereka hanya menginginkan pacaran semata bahkan ada yang sekedar hts-an saja. Itu lho, hubungan tanpa status.
Menurut
banyak pria, aku tergolong perempuan cantik dan menarik, mudah bagiku memikat
laki-laki. Kalau dijumlah mungkin lebih dari tiga puluh orang pacarku. Itupun
yang aku ingat. Entah berapa belas lagi yang tak kuingat. Angga, pernah menikah
namun istrinya meninggal tanpa membuahkan anak. Setelah kenalan selama tiga
bulan Angga meminangku. Kuterima pinangannya karena aku tak ingin dianggap
perawan tua, tak laku kawin.
Karena
perkenalan yang singkat dan langsung menikah, maka kami belum sempat membentuk
komitmen-komitmen dalam rumah tangga. Banyak hal menjadi dasar keributan di kemudian
hari. Seperti contoh, aku tak diberi uang belanja karena Angga yang sendiri
pergi ke supermarket membeli seluruh keperluan rumah tangga. Alasannya dia yang
sudah belanja, jadi buat apa lagi aku pegang uang. Contoh yang lebih ekstrim, Angga
tak memperbolehkan aku mencopot foto-foto istri pertamanya yang tertempel
didinding rumah, padahal sekarang dia hidup denganku. Setiap tamu yang datang
selalu menanyakan foto besar berukuran satu meter yang terpampang di dinding
ruang tamu mengabadikan gambar dua orang, yaitu Angga dan istri pertamanya. Dia
tak memperbolehkanku memasang foto pernikahan kami. Lha aku ini dianggap apa?
Karena Angga anak pertama, maka adik-adiknya kerap mampir bertandang ke rumah
kami. Salah satu adik Angga yang bernama Bima adalah seorang pria berperawakan
sedang, berperut sediikit buncit namun mempunyai penghasilan yang mapan.
Awalnya, ada pernikahan saudara di Lampung yang harus kami hadiri, mendadak Angga
membatalkan kepergiannya. Dia titip kepada Bima agar membawaku serta ke acara
pernikahan tersebut. Sebagai adik, tentu saja Bima mengiyakan perintah
kakaknya. Maka malam itu Bima menjemputku ke rumah dan kami berkendara mobil
menuju Lampung. Setiba di pelabuhan merak Bima masuk angin dan muntah-muntah.
Setelah memberinya minyak angin dan obat kami meneruskan perjalanan tersebut.
Di jalan Bima kembali muntah-muntah dan suhu tubuhnya meningkat. Tanpa
persetujuan Bima aku langsung berbelok di sebuah penginapan kecil guna
beristirahat. Apalagi Bima nampak semakin sakit. Aku memesan sebuah kamar
karena berniat untuk mengerok badan Bima. Tak apa-apalah pikirku. Toh aku hanya
ingin istirahat sebentar sambil menunggu Bima tidur agar kesehatannya bisa
segera pulih. Disaat aku mulai mengerok punggung Bima dengan uang koin yang
dioles balsem, mendadak Bima membalikkan badan dan menangkap tanganku. Kemudian
bangun sesaat dan langsung meraihku. Tentu saja aku menolak karena aku teringat
bahwa Bima adalah adik suamiku. Namun penolakanku kurang keras karena saat
bibir Bima telah mencapai bibirku, aku malah terhanyut dan membalas ciuman
tersebut dengan hangat. Kami berguling-guling di dipan kayu tersebut dan secara
bersamaan melucuti pakaian kami masing-masing. Lalu Bima dan aku bersetubuh.
Perjalanan ke Lampung kami teruskan, namun perjalanan tersebut kini lebih indah
karena sepanjang jalan kami berpegang tangan, saling mengecup, dan sesekali
menepikan mobil untuk berpelukan. Malah beberapa kali Bima kugoda dengan
menyentuh tempat sensitifnya. Bima teriak minta tambah. Perselingkuhanku dengan
Bima berlanjut, setiap minggu kami membuat janji temu di sebuah hotel untuk
melampiaskan hasrat panas kami. Bima juga memberi uang dan perhisan-perhiasan
untukku. Setiap malam Bima mengirimiku pesan pendek yang berisi curahan
cintanya untukku, bahkan sesekali kami melakukan sex lewat telephone, apalagi
jika Angga sedang pergi. Hingga pagi itu, mendadak Angga membuka pintu kamar
mandi sambil membawa telpon selulerku. “Perempuan bajingan, main gila kau
dengan adik kandungku,” teriak Angga disertai tamparan yang membabi buta. Aku
tak siap dengan jawaban apapun. Angga sedang membacakan pesan singkat dari Bima
di telepon selulerku yang berbunyi “sayang, aku menikmati permainan seksmu tadi
siang, hati-hati dengan cupang di payudaramu”. Untuk membuktikan pesan singkat
tersebut maka Angga membuka paksa pintu kamar mandi dan dibuktikanlah bekas
kecupan Bima yang meninggalkan warna merah di payudaraku. Saat itu juga aku
ingin bumi terbelah dan menelanku bulat-bulat. Angga mengusirku dari rumah, aku
bersimpuh memohon ampun sekaligus mohon dicerai saja, namum Angga menendangku
keras hingga aku terguling di lantai. Bima juga mohon ampun kepada kakak
kandungnya sekaligus memohonkan ampun bagiku juga. “Aku ampuni dan maafkan
kalian, namun aku tak akan menceraikanmu hingga aku mati, jika Bima ingin
menikahimu tunggu hingga kematianku tiba,” ungkapnya terbata-bata. Kini aku
tetap hidup bersama Angga, namun sejak kejadian itu aku tak disentuhnya. Dia
juga tak memberiku ijin untuk keluar rumah. Pekerjaanku hanya memasak, menyapu,
membersihkan rumah dan nonton televisi. Sudah dua tahun ini aku tak membeli
baju baru karena Angga tak pernah memberi uang. Aku diperlakukan bagai babu tak
bergaji di rumahku sendiri. Bima? entah kemana
0 komentar:
Posting Komentar