Nak, Jaga Rahasia Kita Berdua Yah
Nak, Jaga Rahasia Kita Berdua Yah |
Cerita Seks - Aku mempunyai kisah yang mana saat aku berkepala 2 dimana
sekarang aku yang sudah menginjak kepala 3 dan sudah mulai beruban, oya namaku Budi
dan aku mempunyai tante yang bernama Eva pada waktu itu dia sedang di tinggal
oleh suaminya yang sedang berada di luar kota, entah karena takut kalao sendiri
di rumah dia menginap beberapa hari di tempatku, umur antara aku dan tante Eva
terpautr 10 tahun .
Tante
adalah adik dari bapak, tubuhnya sih biasa saja tapi dalam berpakaian dia
sering memakai pakain yang ketat ketat menonjolkan bagian pantatnya yang semok,
dimana aku masih ingat itu hari selasa waktu aku tidak ada kuliah di kampus di
rumah hanya ada aku ibu dan tante Eva, pagi pagi sekitar jam 9nan aku masih
menonton tv di ruang tengah sedangkan ibu baru mandi dan lewat di hadapanku
yang mau berjalan ke kamarnya,
Saat ibu sedang
membetulkan handuknya , handuknya lepas sehingga terlihat kedua toketnya dan
gundukan vaginanya yang masih di tutupi oleh jembut tipis tipis sekilah aku
lihat bentuk toket ibu yang masih kencang dan bagian memknya juga masih
terawat, mungkin karena tak sadar kalau aku memperhatikannya, ibu setelah masuk
kamar aku mencoba untuk mendekati dan mengintip ibu sedang melepaskan handukny.
Mataku
aku fokuskan terhadap selakanganya , yang membuat penisku semakin tegang ,
karena tak tahan aku lari ke kamar mandi sambil mengocok dan membayangkan tubuh
ibu khususnya bagian vaginanya, dan aku mengeluarkan cairan crott crott ahhh…
Sore
harinya, waktu aku sedang tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar
suara ibu memanggil aku.
“Budi..!”
panggil ibu.
“Ya,
bu…” sahut aku sambil bergegas ke kamar ibu.
“Ada
apa, bu?” tanya aku.
“Pijitin
badan ibu, Budi. Pegal rasanya…” kata ibu sambil tengkurap.
“Iya,
bu…” jawab aku.
Waktu
itu ibu memakai daster. Aku mulai memijit kaki ibu dari betis. Terus sampai
naik ke paha. Ibu tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster ibu agak
mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada ibu, “bu, dasternya naikin ya?
mengganggu nih…” tanya aku.
“Emang
kamu mau mijitan apa aja, Budi?” tanya ibu.
“Seluruh
badan ibu,” jawab aku.
“Ya
sudah, ibu buka baju saja,” kata ibu sambil bangkit, lalu melepas dasternya
tanpa ragu.
“Ayo
lanjutkan, Budi!” kata ibu sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat
ibu setengah telanjang di depan mata.
“Ibu
tidak malu buka baju depan Budi?” tanya aku.
“Malu
kenapa? Kan anak kandung ibu.. Biasa sajalah,” jawab ibu sambil memejamkan
mata.”
Aku
berdebar. Tanganku mulai memijit paha ibu. Sebetulnya bukan meimijit, istilah
yang tepat adalah mengusap agak keras. Aku nikmati usapan tangan aku di paha
ibu sambil mata terus memandangi pantat ibu yang memakai celana dalam merah.
Setelah selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat
ibu, tapi langsung naik memijit pinggang ibu.
“Kok
dilewat sih, Budi?” protes ibu sambil menggoyangkan pantatnya.
“Mm..
Budi takut ibu marah…” jawab aku.
“Marah
kenapa? Kamu kan emang ibu pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta ibu.
Karena
sudah mendapat angin, aku mulai meraba dan agak meremas pantat ibu dari luar
celana dalamnya. Nyaman rasanya memijit dan meremas pantat ibu yang bulat dan
padat. Penis aku sudah mulai mengeras. Ibu tetap terpejam menikmati pijitan
aku. Karena birahi aku sudah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana
dalam ibu dan terus meremasnya. Ibu tetap diam. Aku makin berani.
Jari
tengah aku mulai menyusuri belahan pantat ibu sampai ke belahan vagina ibu.
Jari aku diam disana. Aku takut ibu marah. Tapi ibu tetap diam sambil
memejamkan mata. Aku mulai menggerakan jari tengah aku di belahan vagina ibu.
Ibu
tetap diam. Terasa vagina ibu mulai basah. Dan aku tahu kalau ibu agak
menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin ibu merasa enak menikmati jari aku di
belahan vaginanya. Itu perkiraan aku.
Karena
sudah basah, aku nekad masukkan jari aku ke lubang vagina ibu. Ibu tetap
memejamkan mata, tapi pantatnya mulai bergoyang agak cepat.
“Budi,
kamu ngapain?” tanya ibu sambil membalik kan badannya. Aku kaget dan takut ibu
marah.
“Maaf,
bu…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata ibu.
“Budi
tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.
“Nafsu
apa?” kata ibu dengan nada lembut.
“Sini
brbaring dekat ibu,” kata ibu sambil menggeser kan badannya. Aku diam tidak
mengerti.
“Sini
berbaring Budi,” ujar ibu lagi.
“Tutup
dulu pintu kamar,” kata ibu.
“Ya,
bu…” kataku sambil berdiri dan se gera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di
samping ibu.
Ibu
menatapku sambil membelai rambut aku.
“Kenapa
bernafsu dengan ibu, Budi,” tanya ibu lembut.
“Ibu
marahkah?” tanya aku.
“Ibu
tidak marah, Budi.. Jawablah jujur,” ujar ibu.
“Melihat
tubuh ibu, Budi tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Ibu tersenyum.
“Berarti
anak ibu sudah mulai dewasa,” kata ibu.
“Kamu benar-benar mau
sayang?” tanya ibu.
“Maksud
ibu?” tanya aku.
“Dua
jam lagi Bapak kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut ibu sambil
tangannya meraba penis aku dari luar celana.
Aku
kaget sekaligus senang. Ibu mencium bibir aku, dan akupun segera membalasnya.
Kami berciuman mesra sambil tangan kami saling meraba dan meremas.
“Buka
pakaian kamu, Budi,” kata ibu. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.”
Ibu juga melepas BH dan celana dalamnya. Ibu duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.
Ibu juga melepas BH dan celana dalamnya. Ibu duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.
“Penis
kamu besar, Budi…” kata ibu sambil meraih penis aku dan meremas serta
mengocoknya. Enak rasanya.
“Kamu
udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya ibu.
Sambil
menikmati enaknya dikocok penis aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Ibu
tersenyum, entah apa artinya.”Cerita Sex Dewasa hot”
Lalu
ibu menarik pantat aku hingga penis aku hampir mengenai wajahnya. Lalu ibu
mulai menjilati penis aku mulai dari batang sampai ke kepalanya. Rasanya sangat
nikmat. Lebih nikmat lagi ketika ibu memasukkan penisku ke mulutnya. Hisapan
dan permainan lidah ibu sangat pandai.
Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut ibu dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Tiba-tiba ibu menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap mengocok penisku perlahan.
Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut ibu dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Tiba-tiba ibu menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap mengocok penisku perlahan.
“Enak
sayang?” tanya ibu sambil menengadah menatapku.
“Iya,
bu.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.
“Sini
sayang. Penismu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar ibu
sambil menarik tanganku.
Ibu
lalu telentang di tempat tidur sambil membuka lebar pahanya. Tanpa ragu aku
naiki tubuh ibu. Aku arahkan penisku ke lubang vaginanya. Tangan ibu membimbing
penisku ke lubang vaginanya.
“Ayo,
Budi.. Masukkan…” ujar ibu sambil terus memandang wajahku.
Aku
tekan penisku. Lalu terasa kepala penisku memasuki lubang yang basah, licin
serta hangat. selanjut-y batang penisku terasa memasuki sesuatu yang menjepit,
yang entah bagaimana aku menjelaskan rasa nikmatnya.. dengan perlahan aku
keluar masukkan penisku di vagina ibu. Aku cium bibir ibu. Ibupun membalas
ciuman aku sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.
“Enak,
Budi?” tanya ibu.
“Sangat
enak, bu…” jawabku sambil terus menyetubuhi ibu. Setelah beberapa menit, aku
hentikan gerakan penis aku.
“Kenapa
ibu mau melakukan ini dengan Budi?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata ibu
kelihatan berkaca-kaca.
“Karena
ibu sayang kamu, Budi…” jawab ibu.
“Sangat
sayang…” lanjutnya.
“Lagipula
saat ini ibu memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.
Aku
terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan penis aku menyetubuhi ibu.
“Budi
juga sangat sayang ibu…” ujarku.
“Ohh..
Budi.. Enakk.. Mmhh…” desah ibu ketika aku menyetubuhi nya makin keras.
“Ibu
mau keluar…” desah ibu lagi.
Tak
lama kurasakan tubuh ibu mengejang lalu memeluk aku erat-erat. Goyangan pinggul
ibu makin keras. Lalu..
“Ohh..
Enak sayangg…” desah ibu lagi ketika dia mencapai orgasme.
Aku
terus menggenjot penisku. Lama-lama kurasakan ada dorongan kuat yang akan
keluar dari penis aku. Rasanya sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh
ibu..
“Ma,
Budi gak tahann…” ujarku sambil memeluk tubuh ibu lalu menekan penisku lebih
dalam ke vagina ibu.
“Keluarin
sayang…” ujar ibu sambil meremas-remas pantatku.
“Keluarin
di dalam aja sayang biar enak…” bisik ibu mesra.
Akhirnya,
crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam vagina ibu.
“Mmhh…”
desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.
“Terima
kasih ya, bu…” ujar aku sambil mencium bibir ibu.
“Lekas
berpakaian, Bapak kamu sebentar lagi pulang!” kata ibu.
Lalu
kamipun segera berpakaian. Setengah jam kemudian Bapak pulang. Ibu dan aku
bersikap seperti biasa dan terlihat normal.
Malam
harinya, sekitar jam 11 malam, ketika ibu dan Bapak sudah tidur, aku dan tante Eva
masih nonton TV. Tante Eva memakai kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya
ketika kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena sudah
biasa melihat seperti itu.
Tiba-tiba
tante Eva bertanya sesuatu yang mengejutkan aku,”ngapain kamu tadi sore
lama-lama berduaan ama ibu kamu di kamar?” tanya tante Eva.
“Hayo,
ngapain..?” tanya tante Eva lagi sambil tersenyum.
“Tidak
ada apa-apa. Aku mijitin ibu, kok…” jawabku.
“Koklama
amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.
“Curigaan
amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.
“Tante
hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…”
ujar tante Eva sambil tersenyum.
“Kayak
suara yang lagi enak…” ujar tante Eva lagi.
“Udah
ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.
“Maaf
dong, Budi. Tante becanda kok…” ujar tante Eva.
“Kamu
mau kemana?” tanya tante Eva.
“Mau
tidur,” jawabku pendek.
“Temenein
tante dong, Budi,” pinta tante.
Aku
kembali duduk dikursi di samping tante Eva.
“Ada
apa sih tante?” tanyaku.
“Tidak
ada apa-apa kok. Hanyabutuh temen ngobrol saja,” jawab tante Eva.
“Kamu
sudah punya pacar, Budi?” tanya tante Eva.
“Belum
tante. Kenapa?” aku balik bertanya.
“Kamu
tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.
“Banyak
sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.
“Apa
kamu pernah kissing dengan perempuan, Budi?” tanya tante Eva pelan sambil
wajahnya didekatkan ke wajahku.
Bibir
kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.
“Ni
tante lagi horny kayaknya…” pikir aku.
Tanpa
banyak kata, aku cium bibir tante Eva. Tante Evapun langsung membalas ciuman ku
dengan hebat. Permainan lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara
tanganku segera masuk ke balik kimono tante Eva. Lalu masuk lagi ke dalam
BH-nya. Lalu ku remas-remas buah dadanya dengan mesra sambil ujung jari aku
memainkan puting susunya.
“Mmhh..”
Suara
tante Eva mendesah tertahan karenakami masih tetap berciuman. Tangan tante Evapun
tidak diam. Tangannya meremas penisku dari luar celana kolorku. Penisku
langsung tegang.
“Budi, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Eva.
“Budi, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Eva.
“Iya
tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Eva.
Setiba
di kamar, tante Eva dengan tak sabar segera melepas kimono dan BH serta CD-nya.
Akupun segera melepas semua pakaian di tubuh aku.
“Ayo
Budi, tante sudah gak tahan…” ujar tante Eva sambil senyum, lalu merebahkan
badannya di kasur.
Aku segera menindih tubuh telanjang tante Eva. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Eva sambil meremas buah dada yang satu lagi.
Aku segera menindih tubuh telanjang tante Eva. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Eva sambil meremas buah dada yang satu lagi.
“Ohh..
Mmhh.. Budiy.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah tante Eva sambil tangannya
memegang kepala aku.
Lalu
lidahku turun lagi ke perut, lalu ketika mulaiturun ke selangkangan, tante Eva
segera melebarkan kakinya mengangkang. Vagina tante Eva bersih tidak berbau.
Bulunya hanya sedikit sehing nampak jelas belahan vaginanya yang bagus. Aku
segera jilati vagina tante Eva terutama bagian kelentitnya
“Ohh..
Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus sayang…” desah tante Eva sambil badannya
mengejang menahan nikmat.
Tak
berapa lama tiba-tiba tante Eva mengepitkan kedua pahanya menjepit kepalaku.
Tangannya menekan kepalaku ke vaginanya.
“Oh,
Budi.. Tante keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah tante Eva.
Aku
bangkit, mengusap mulut aku yang basah olehair vagina tante Eva, lalu aku
tindih badannya dan kucium bibirnya. Tante Eva langsung membalas ciumanku
dengan mesra.
“Isep
dong penis Budi, tante…” pintaku.
Tante
Eva mengangguk sambil tersenyum. Lalu aku kang kangi wajah tante Eva dan ku
sodorkan penisku ke mulutnya. Tante Eva langsungmenghisap dan menjilati penisku
dan mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak rasanya.
Cara menghisap dan menjilat penisnya lebih pintar dari ibu
“Udah
tante, Budi udah pengen setubuhi tante…” kataku.
Tante
Eva melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan penis aku ke vaginanya.
“Ayo,
Budi.. Tante sudah tidak tahan…” bisik tante Eva.
Lalu,
bless.. sleb.. sleb.. sleb.. Penisku keluar masuk vagina tante Eva.
“Budi
kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kenikmatan…” kata
tante ditengah-tengah persetubuhan kami.
“Ah,biasa
saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.
Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Eva mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.
Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Eva mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.
“Budi,
terus setubuhi tante.. Mmhh.. Ohh.. Tante mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…”
desahnya.
Tak
lama tubuhnya mengejang. Pahanya erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus
memompa penisku di vaginanya.
“Tente
udah keluar, sayang…” bisik tante Eva.
“Kamu
hebat.. Kuat…” ujar tante Eva.
“Terus
setubuhi tante, Budi.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.
Tak
lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera orgasme. Kupertcepat
gerakanku.
“Budi
mau keluar, Tante…” kataku.
“Jangan
keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Eva.
“Cabut
dulu…” ujar tante Eva.
“Sini
tante isepin…” katanya lagi.
Aku
cabut penisku dari vaginanya, lalu aku arahkan ke mulutnya. Tante Eva lalu
menghisap penisku sambil mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott..
Air maniku keluar di dalam mulut tante Eva banyak sekali.
Aku
tekan penisku lebih dalam ke dalam mulut tante Eva. Tante Eva dengan tenang
menelan air maniku sambil terus mengocok penisku. Lalu dia menjilati penisku
untuk membersihkan sisa air mani di penisku. Sangat nikmat rasanya besetubuh
dengan tante Eva.
Aku
segera berpakaian. Tante Eva juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan CD.
“Kamu
hebat, Budi.. Kamu bisa memuaskan tante,” ujar tante Eva.
“Kalo
tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.
“Kapan
saja tante mau, Budi pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.
“Terima
kasih, sayang,” ujar tante Eva.
“Budi
kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.
“Iya,
sana tidur,” katanya sambil meremas penisku mesra. Kukecup bibirnya sekali
lagi, lalu aku segera keluar.
Besoknya,
setelah Bapak pergi ke kantor, ibu duduk d sampingku waktu aku makan.
“Budi,
semalam kamu ngapain di kamar tante Eva sampe subuh?” tanya ibu mengejutkanku.
Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi ibu.
Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi ibu.
Ibu
tersenyum. Sambil mencium pipiku, ibu berkata,”Jangan sampai yang lain tahu ya,
Budi. Ibu akan jaga rahasia kalian. Kamu suka tante kamu itu ya?” tanya ibu.
Plong rasanya perasaanku mendengarnya.
“Iya,
bu.. Budi suka tante Eva,” jawabku.
“Baiklah,
ibu akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar ibu.
“Kalian
hati-hatilah…” ujar ibu lagi.
“Kenapa
ibu tidak marah,” tanya aku.
“Karena
ibu pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,”
ujar ibu.
“Terima
kasih ya, Ma…” kataku.
“Budi
sayang ibu,” kataku lagi.
“Budi,
tante dan Bapak kamu sedang keluar.. Mau bantu ibu gak?” tanya ibu.
“Bantu
apa, bu?” aku balik tanya.
“Ibu
ingin…” ujar ibu sambil mengusap penisku.
“Budi
akan lakukan apapun buat ibu…” kataku. Ibu tersenyum.
“Ibu
tunggu di kamar ya?” kata ibu. Aku mengangguk
Sejak
saat itu hingga saat ini aku menikah dan punya 2 anak, aku tetap bersetubuh
dengan tante Eva kalau ada kesempatan. Walau sudah agak berumur tapi kecantikan
dan kemolekan tubuhnya masih tetap menarik. Baik itu di rumah tante Eva kalau
ngak ada Om, di rumah aku sendiri, atau di hotel.
Sedangkan
dengan ibu, aku sudah mulai jarang menyetubuhinya atas permintaan ibu sendiri
dengan alasan tertentu tentunya. Dalam satu bulan hanya 2 kali.
0 komentar:
Posting Komentar