Petualanganku Bersama 3 Tante Yang Haus Seks
Petualanganku Bersama 3 Tante Yang Haus Seks |
Bandar Ceme - Kisah yang aku alami dimana aku mersakan tubuh wanita STW , disaat
liburan sekolah sudah mulai aku mengisi waktu dengan piknik ke rumahnya sopir
yang bekerja di rumahnya tetanggaku , dia bernacana untuk pulang kampung aku
mendapat ijin dari orangtua untuk berlibur di kampungnya mas Indra. Dia juga
ingin menjenguk istrinya di rumah.
Tepatnya daerah Jawa
barat dia berkata bahawa di kampungnya banyak wanita yang cantik cantik dengan
kulit yang putih dan mulus, karena penasaran yang tinggi aku ingin engetahui
apa benar apa yang di katakan mA Indra tadi,
Dengan mobil
pinjaman dari ayahku, kami berangkat ke sana. Setelah menempuh perjalanan yang
cukup jauh, akhirnya sekitar jam 17.00 WIB kami tiba di kampungnya. Rumah Mas Indra
berada cukup jauh dari rumah tetangganya. Rumahnya cukup bagus, untuk ukuran di
kampung, bentuknya memanjang.
di rumah Mas Indra
kami disambut oleh Mbak Rani, istrinya dan Tante Dina mertuanya. Ternyata Mbak Rani,
istri Mas Indra, seorang perempuan yang sangat cantik. Kulitnya putih bersih
dan bodynya sangat sexy.
Sedangkan Tante Dina tak
kalah cantiknya dengan Mbak Rani. Meskipun sudah berumur empat puluhan,
kecantikannya belum pudar. Bodynya tak kalah dengan gadis remaja. Oh ya, Tante Dina
bukanlah ibu kandung Mbak Rani.
Tante Dina
kimpoi dengan Bapak Mbak Rani, setelah ibu kandung Mbak Rani meninggal. Tapi
setelah lima tahun menikah, bapak Mbak Rani yang meninggal, karena sakit. Jadi
sudah sepuluh tahun Tante Dina menjanda.
Sekitar jam
20.00 WIB, Mas Indra mengajakku makan malam ditemani Mbak Rani dan Tante Dina.
Sambil makan kami ngobrol diselingi gelak tawa. Walaupun kami baru kenal, tapi
karena keramahan mereka kami serasa sudah lama kenal.
Selesai makan
malam Mas Indra dan Mbak Rani permisi mau tidur. Mungkin mereka sudah tak sabar
melepaskan hasrat yang sudah lama tak tersalurkan. Tinggal aku dan Tante Dina
yang melanjutkan obrolan. Tante Dina mengajakku pindah ke ruang tamu. Pas di
depan kamar Mas Indra.
Saat itu
Tante Dina hanya mengenakan baju tidur transparan tanpa lengan. Hingga
samar-samar aku dapat melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang sexy. Tante Dina duduk seenaknya
hingga gaunnya sedikit tersingkap.
Aku yang
duduk dihadapannya dapat melihat paha mulusnya, membangkitkan nafsu birahiku.
Penisku menegang dari balik celanaku. Tante Dina membiarkan saja aku memelototi
paha mulusnya. Bahkan dia semakin lebar saja membuka pahanya.
Semakin malam
obrolan kami semakin hangat. Tante Dina menceritakan, semenjak suaminya
meninggal, dia merasa sangat kesepian. Dan aku semakin bernafsu mendengar
ceritanya, bahwa untuk menyalurkan hasrat birahinya, dia melakukan onani. Kata-katanya
semakin memancing nafsu birahiku. Aku tak tahan, nafsu birahiku minta
dituntaskan.
Akupun pergi
kekamar mandi. Sampai di kamar mandi, kukeluarkan penisku dari balik celanaku.
Kukocok-kocok sekitar lima belas menit. Dan crot! crot! crot! Spermaku muncrat
kelantai kamar mandi. Lega sekali rasanya.
Setelah
menuntaskan hasratku, aku balik lagi ke ruang tamu. Alangkah terkejutnya aku.
Disana di depan jendela kamar Mas Indra yang kordennya sedikit terbuka kulihat
Tante Dina sedang mengintip ke dalam kamar, Mas Indra yang sedang bersetubuh
dengan istrinya.
Nafas Tante Dina
naik turun, tangannya sedang meraba-raba buah dadanya. Nafsu birahiku yang tadi
telah kutuntaskan kini bangkit lagi melihat pemandangan di depanku. Tanpa
berpikir panjang, kudekap tubuh Tante Dina dari belakang, hingga penisku yang
sudah menegang menempel hangat pada pantatnya, hanya dibatasi celanaku dan gaun
tidurnya.
Tanganku
mendekap erat pinggang rampingnya. Dia hanya menoleh sekilas, kemudian
tersenyum padaku. Merasa mendapat persetujuan, aku semakin berani. Kupindahkan
tanganku dan kususupkan kebalik celana dalamnya. Kuraba-raba bibir vaginanya.
“Ohh… Don…
Enakk,” desahnya, ketika kumasukkan jari-jariku ke dalam lubang vaginanya yang
telah basah. Setelah puas memainkan jari-jariku dilubang vaginanya, kulepaskan
dekapan dari tubuhnya. Kemudian aku berjongkok di belakangnya.
Kusingkapkan
gaun tidurnya dan kutarik celana dalamnya hingga terlepas. Kudekatkan wajahku
ke lubang vaginanya. Kusibakkan bibir vaginanya lalu kujulurkan lidahku dan
mulai menjilati lubang vaginanya dari belakang, sambil kuremas-remas pantatnya.
Tante Dina membuka kedua pahanya menerima jilatan lidahku. Inilah vagina
terindah yang pernah kurasakan.
“Oohh… Don…
Nik… mat,” suara Tante Dina tertahan merasakan nikmat ketika lidahku
mencucuk-cucuk kelentitnya. Dan kusedot-sedot bibir vaginanya yang merah.
“Ohh… Don… Luarr… Biasaa… Enakk… Sedott… terus,” pekiknya semakin keras.
“Ohh… Don… Luarr… Biasaa… Enakk… Sedott… terus,” pekiknya semakin keras.
Cairan
kelamin mulai mengalir dari vagina Tante Dina. Hampir setiap jengkal vaginanya
kujilati tanpa tersisa. Tante Dina menarik vaginanya dari bibirku, kemudian
membalikkan tubuhnya sambil memintaku berdiri. Dia mendorong tubuhku ke
dinding.
Dengan
cekatan ditariknya celanaku hingga terlepas, maka penisku yang sudah tegang,
mengacung tegak dengan bebasnya.
“Ohh… Luar
biaassaa… Don… Besar sekali,” serunya kagum.
“Isepp… Tante, jangan dipandang aja,” pintaku.
“Isepp… Tante, jangan dipandang aja,” pintaku.
Tante Dina
mengabulkan permintaanku. Sambil melepaskan gaun tidurnya, dia lalu berjongkok
dihadapanku. Wajahnya pas di depan selangkanganku. Tangan kirinya mulai
mengusap-usap dan meremas-remas buah pelirku. Sedangkan tangan kanannya
mengocok-ngocok pangkal penisku dengan irama pelan tapi pasti.
Mulutnya
didekatkan kepenisku dan dia mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya
berputar-putar dikepala penisku. Aku meringis merasakan geli yang membuat
batang penisku semakin tegang.
“Ohh… Akhh…
Tan… Te… Nikk.. matt,” seruku tertahan, ketika Tante Dina mulai memasukkan
penisku kemulutnya. Mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang besar dan
panjang. penisku keluar masuk di mulutnya. Tante Dina sungguh lihai memainkan
lidahnya. Aku dibuatnya seolah-olah terbang keawang-awang.
Tante Dina
melepaskan penisku dari kulumannya setelah sekitar lima belas menit. Kemudian
dia memintaku duduk dilantai. Dia lalu naik kepangkuanku dengan posisi
berhadapan. Diraihnya batang penisku, dituntunnya ke lubang vaginanya.
Perlahan-lahan
dia mulai menurunkan pantatnya. Kurasakan kepala penisku mulai memasuki lubang
yang sempit. Penisku serasa dijepit dan dipijit-pijit. Mungkin karena sudah
sepuluh tahun tidak pernah terjamah laki-laki. Meski agak susah, akhirnya
amblas juga seluruh batang penisku ke dalam lubang vaginanya.
Tante Dina
mulai menaik-turunkan pantatnya, dengan irama pelan. Diiringi desahan-desahan
lembut penuh birahi. Sesekali dia memutar-mutar pantatnya, penisku serasa
diaduk-aduk dilubang vaginanya. Aku tak mau kalah, kuimbangi gerakkannya dengan
menyodok-nyodokkan pantatku ke atas. Seirama gerakkan pantatnya.
Oh, senangnya
melihat penisku sedang keluar masuk vaginanya. Bibirku menjilati buah dadanya
secara bergantian, sedangkan tanganku mendekap erat pinggangnya. Semakin lama
semakin cepat Tante Dina menaik turunkan pantatnya. Nafasnya tersengal-sengal.
Dan kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin keras.
“Ohh… Don…
Aku… Mau… Keluarr,” pekiknya.
“Tahan… Tan…
Te… Akuu… Belumm… Mauu,”sahutku.
“Akuu… Tak…
Tahann… Sayang,” teriaknya keras.
Tangannya
mencengkeram keras punggungku.
“Akuu… Ke…
Ke… Luarr… Sayangg,” jeritnya panjang.
Tante Dina
tak dapat menahan orgasmenya, dari vaginanya mengalir cairan yang membasahi
seluruh dinding vaginanya.
Tante Dina
turun dari pangkuanku lalu merebahkan tubuhnya dipangkuan. Kepalanya berada pas
diselangkanganku. Tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku. Dan mulutnya
mengulum kepala penisku dengan lahapnya.
Perlakuannya
pada penisku membuat penisku berkedut-kedut. Seakan-akan ada yang mendesak dari
dalam mau keluar. Dan kurasakan orgasmeku sudah dekat. Kujambak rambutnya dan
kubenamkan kepalanya keselangkanganku. Hingga penisku semakin dalam masuk
kemulutnya.
“Akhh… Tante…
Akuu… Mau keluarr,” teriakku.
“Keluarin…
Dimulutku sayang,” sahutnya.
Tante Dina
semakin cepat mengocok dan mengulum batang penisku. Diiringi jeritan panjang,
spermaku muncrat ke dalam mulutnya.
“Ohh… Kamu…
Hebatt… Don, aku puas,” pujinya, tersenyum ke arahku. Tanpa rasa jijik
sedikitpun dia menjilati dan menelan sisa-sisa spermaku.
Suara ranjang
berderit di dalam kamar, membuat kami bergegas memakai pakaian dan pergi ke
kamar mandi membersihkan badan. Kemudian masuk ke kamar Masing-masing. Beberapa
menit kemudian kudengar langkah kaki Mbak Rani ke kamar mandi.
Dari balik
jendela kamarku dapat kulihat Mbak Rani hanya mengenakan handuk yang yang
dililitkan ditubuhnya. Memperlihatkan paha mulus dan tubuh sexynya. Membuatku
mengkhayal, alangkah senangnya bisa bersetubuh dengan Mbak Rani.
Sekitar jam
02.00 dinihari, aku terbangun ketika kurasakan ada yang bergerak-gerak di
selangkanganku. Rupanya Tante Dina sedang asyik mengelus-elus buah pelirku dan
menjilati batang penisku.
“Akhh… terus…
Tante… terus,” gumanku tanpa sadar, ketika dia mulai mengulum batang penisku.
Dengan rakus dia melahap penisku. Sekitar sepuluh menit berlalu kutarik penisku
dari mulutnya. Kusuruh dia menungging, dari belakang kujilati lubang vaginanya,
bergantian dengan lubang anusnya.
Setelah
kurasa cukup, kuarahkan penisku ke lubang vaginanya yang basah dan memerah.
Sedikit demi sedikit penisku memasuki lubang vaginanya. Semakin lama semakin
dalam, hingga seluruh batang penisku amblas tertelan lubang vaginanya.
Aku mulai
memaju mundurkan pantatku, hingga penisku keluar masuk lubang vaginanya. Sambil
kuremas-remas pantatnya.
“Ooh… Don…
Nikk… Matt… Bangett,” rintihnya.
Aku semakin
bernafsu memaju mundurkan pantatku. Tante Dina mengimbangi gerakkanku dengan
memaju mundurkan juga pantatnya, seirama gerakkan pantatku. Membuat buah
dadanya bergoyang-goyang. Semakin lama semakin cepat gerakkan pantatnya.
“Don… Donnii…
Akuu… Tak… Tahann,” jeritnya.
“Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” imbuhnya.
“Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” imbuhnya.
Kurasakan
vaginanya berkedut-kedut dan menjepit penisku. Tangannya mencengkeram dengan
keras diranjang.
“Ooh… Oo…
Aku… Keluarr,” lolongnya panjang.
Dan kurasakan
ada cairan yang merembes membasahi dinding-dinding vaginanya. Tante Dina
terlalu cepat orgasme, sedangkan aku belum apa-apa. Aku tak mau rugi, aku harus
puas, pikirku. Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kuarahkan ke lubang
anusnya.
“Akhh… Donn…
Jangann… Sakitt,” teriaknya, ketika kepala penisku mulai memasuki lubang
anusnya. Aku tak memperdulikannya. Kudorong pantatku lebih keras hingga seluruh
batang penisku masuk ke lubang anusnya.
Dan kurasakan
nikmatnya jepitan lubang anusnya yang sempit. Perlahan-lahan aku mulai menarik
dan mendorong pantatku, sambil memasukkan jari-jariku ke lubang vaginanya.
Tante Dina menjerit-jerit merasakan nikmat dikedua lubang bawahnya.
“Enak khan
Tante?” tanyaku.
“Hemm… Enakk… Banget… Sayang,” sahutnya sedikit tersipu malu.
“Hemm… Enakk… Banget… Sayang,” sahutnya sedikit tersipu malu.
Semakin lama
semakin cepat kusodok lubang anusnya. Sambil kutepuk-tepuk pantatnya. Kurasakan
penisku berkedut-kedut ketika orgasmeku akan tiba dan crott! crott! crott!
Kutumpahkan spermaku dilubang anusnya.
“Penismu yang
pertama sayang, memasuki lubang anusku,” katanya sambil membalikkan tubuhnya
dan tersenyum padaku.
“Kamu luar
biasa Don, belum pernah kurasakan nikmatnya bersetubuh seperti ini,” imbuhnya.
“Tante mau
khan, setiap malam kusetubuhi?” tanyaku.
“Siapa yang
menolak diajak enak,” sahutnya seenaknya.
Sejak saat
itu, hampir setiap malam kusetubuhi Tante Dina. Ibu tiri Mbak Rani yang haus
sex, yang hampir sepuluh tahun tidak dinikmatinya, sejak kematian suaminya.
Tak terasa
sudah lima hari aku berada di rumah Mas Indra. Selama lima hari pula aku menikmati
tubuh Tante Dina, mertuanya yang haus sex. Tante Dina yang sepuluh tahun
menjanda, betul-betul puas dan ketagihan bersetubuh denganku. Meski telah
berusia setengah baya, tapi nafsu birahinya masih meletup-letup, tak kalah
dengan gadis remaja.
Sore itu,
sehabis mandi dan berpakaian, Mas Indra mengajakku jalan-jalan. Katanya mau
ketemu seorang teman yang sudah lama dirindukannya. Setelah menempuh perjalanan
sekitar satu jam, sampailah kami di rumah teman Mas Indra.
Sebuah rumah
yang berada dikawasan yang cukup elite. Kedatangan kami disambut dua orang
wanita kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Dessi. Keduanya sama-sama cantik dan
sexy. Mas Indra memperkenalkanku pada kedua teman wanitanya.
“Mas Indra,
aku kangen banget,” katanya sambil memeluk Mas Indra.
“Aku juga
Rin,” sahut Mas Indra.
Sambil
meminum kopi susu yang disuguhkan Mbak Rina, kami bercakap-cakap. Mbak Rina
duduk dipangkuan Mas Indra. Dan Mas Indra merangkulnya dengan mesra. Mbak Rina
tanpa malu-malu menceritakan, kalau Mas Indra adalah pacar pertamanya dan Mas Indralah
yang membobol perawannya.
Mbak Dessi
hanya tersenyum mendengar cerita kakaknya yang blak-blakan. Makin lama kelakuan
Mbak Rina makin mesra saja. Tanpa malu-malu, dia mengecup dan melumat bibir Mas
Indra dan Mas Indra menyambutnya dengan sangat bernafsu. Aku jadi risih
menyaksikan kelakuan mereka. Sekitar sepuluh menit mereka bercumbu di depan
kami.
“Kita
lanjutin di kamar aja say,” kata Mbak Rina pada Mas Indra. Mas Indra mengangguk
tanda setuju, sambil membopong tubuh Mbak Rina ke dalam kamar.
“Kalian
jangan ngintip ya,” kata Mas Indra pada kami sambil tersenyum.
Aku dan Mbak Dessi
hanya bengong melihat kemesraan mereka. Tanpa menghiraukan larangan Mas Indra,
Mbak Dessi beranjak dari tempat duduknya sambil meraih tanganku menuju kamar
Mbak Rina. Kami kemudian berdiri di depan pintu kamar Mbak Rina yang terbuka
lebar.
Dari situ aku
dan Mbak Dessi melihat Mas Indra merebahkan tubuh Mbak Rina diatas ranjang dan
mulai melepaskan gaun Mbak Rina. Aku terkesima melihat mulusnya dan sexynya tubuh
Mbak Rina, ketika seluruh pakaiannya dibuka Mas Indra.
Nafsu
birahiku tak tertahankan lagi, penisku menegang dibalik celanaku. Tanpa sadar
kupeluk tubuh Mbak Dessi yang berdiri di depanku. Mbak Dessi diam saja dan
membiarkanku memeluknya. Malah tangan dibawa ke belakang dan disusupkan ke
balik celanaku.
Mendapat
perlakuan seperti itu, nafsuku semakin memuncak dan penisku semakin menegang.
Apalagi saat Mbak Dessi menggerak-gerakkan tangannya mengocok-ngocok batang
penisku.
Sementara di
dalam kamar, Mas Indra menarik tubuh Mbak Rina ketepi Ranjang. Kedua paha Mbak
Rina dibukanya lebar-lebar. Maka terpampanglah vagina Mbak Rina yang indah,
dihiasi bulu-bulu yang dicukur rapi. Mas Indra kemudian berjongkok dan
mendekatkan mulutnya kebibir vagina Mbak Rina.
“Ohh… Say…
Yang… Nikk… Mat,” desah Mbak Rina tertahan, ketika Mas Indra mulai menjilati
vaginanya. Lidah Mas Indra menari-nari dan mencucuk-cucuk vagina Mbak Rina.
Pantat Mbak Rina terangkat-angkat menyambut jilatan Mas Indra. Kedua pahanya
terangkat dan menjepit kepala Mas Indra.
“Sudah… Say…
Aku… nggak tahan… Masukin punyamu say,” pinta Mbak Rina penuh nafsu. Mas Indra
kemudian berdiri dan melepaskan semua pakaiannya.
Dengan
sedikit membungkukkan badannya, Mas Indra memegang penisnya dan mengarahkannya
ke lubang vagina Mbak Rina yang telah basah dan merah merekah. Slepp! Kepala
penis Mas Indra mulai memasuki vagina Mbak Rina.
“Aow… terus…
Say… terus… Genjot,” seru Mbak Rina, ketika Mas Indra mulai mendorong pantatnya
naik turun. Penisnya keluar masuk dari vagina Mbak Rina.
Melihat Mas Indra
dan Mbak Dessi sedang bersetubuh di depanku, membuat nafsu birahiku semakin
tinggi. Kususupkan tanganku ke balik celana dalamnya. Dapat kurasakan vaginanya
yang telah basah, pertanda Mbak Dessi juga bangkit nafsu birahinya.
Kucucuk-cucuk vaginanya dengan jari-jariku. Dia mendesah penuh nafsu.
Mbak Dessi
mengimbangi dengan semakin cepat mengocok-ngocok penisku. Sekitar sepuluh menit
Mbak Dessi mengocok penisku. Mbak Dessi kemudian menyudahi kocokkannya dan
membalikkan badannya, menghadap ke arahku. Ditariknya celanaku hingga terlepas.
Setelah
celanaku terlepas, keluarlah penisku yang tegang penuh dan mengacung-acung
dengan bebasnya. Mbak Dessi terpukau melihat penisku yang besar dan panjang.
Mbak Dessi kemudian berjongkok dikakiku, wajahnya berada pas di depan
selangkanganku.
Mbak Dessi
mendekatkan mulutnya kebatang penisku. Mula-mula dia menjilati penisku dari
kepala hingga pangkalnya. Terus dia mulai mengulum dan menghisap kepala
penisku.
Kemudian
sedikit demi sedikit batang penisku dimasukkannya ke dalam mulutnya sampai
kepala penisku menyodok ujung mulutnya. Dan mulutnya penuh sesak oleh batang
penisku. Dengan lihainya, Mbak Dessi mulai memaju-mundurkan mulutnya, membuat
penisku keluar-masuk dari dalam mulutnya. Mataku merem-melek merasakan nikmat
dan badanku serasa panas dingin merasakan kulumannya.
Mbak Dessi
sangat lihai mengulum penisku. Kudorong maju pantatku dan kujambak rambutnya,
membenamkan kepalanya ke selangkanganku. Sekitar lima belas menit berlalu Mbak Dessi
menyudahi kulumannya, dan melepaskan seluruh pakaiannya. Kemudian dia berdiri
menghadap ke dinding.
“Oohh… Akhh…
Akuu… nggak tahann… Don,” serunya tertahan.
“Entot aku…
Entott… Don,” imbuhnya.
Kutarik
sedikit tubuhnya dari belakang, hingga dia menungging. Kuraih batang penisku
dan kuarahkan pas ke lubang vaginanya. Dan aku mulai mendorong maju pantatku,
hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya.
“Aow…
Pelan-pelan Don,” pekiknya, ketika seluruh batang penisku masuk ke lubang
vaginanya yang masih sempit. Pekikkan yang keluar dari mulutnya membuatku
semakin bernafsu dan pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku.
“Akhh… Enakk…
Don… Enakk… Banget,” desahnya sambil menoleh ke belakang sambil tersenyum
padaku.
“Akhh… Akuu…
Ke… luarr, Rin,” teriakkan Mas Indra dari dalam kamar mengejutkanku, namun tak
menghentikan sodokkanku pada Mbak Dessi.
“Aku… jugaa…
Sayang,” sahut Mbak Rina pada Mas Indra.
Sedetik
kemudian Mas Indra dan Mbak Rina mencapai orgasme bersamaan. Mas Indra
menumpahkan spermanya di dalam vagina Mbak Rina. Kemudian Mas Indra merebahkan
tubuhnya disamping tubuh Mbak Rina, dan tertidur pulas.
Sementara
itu, aku semakin cepat memaju-mundurkan pantatku, membuat Mbak Dessi
berteriak-teriak saking nikmatnya. Kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin
lama semakin cepat dan menjepit penisku.
“Donn… Donii…
Akuu… Mauu… Keluarr,” teriaknya panjang.
“Tahann… Mbak… Aku… Belum… Apa-apa,” sahutku.
“Tahann… Mbak… Aku… Belum… Apa-apa,” sahutku.
“Akhh… Akuu…
Tak… Tahan… Don… Akuu,” jawabnya terputus dan vaginanya semakin keras menjepit
penisku.
Tak lama
kemudian Mbak Dessi mencapai orgasme. Kurasakan ada cairan-cairan yang merembes
didinding vaginanya. Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kusuruh dia
berjongkok dihadapanku. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkangku.
Mbak Dessi
mengerti maksudku. Dia mulai menjilati dan menghisap-isap penisku lalu
mengulumnya. Sambil tangan kirinya mengusap-usap buah pelirku.
Sedetik
kemudian Mbak Rina datang membantu, dan langsung berjongkok dihadapanku.
Lidahnya dijulurkan untuk menjilati buah pelirku. Tangan kanannya
mengocok-ngocok pangkal penisku. Secara bergantian, kakak beradik, Mbak Rina
dan Mbak Dessi, mengocok-ngocok, menjilati dan mengulum penisku.
Penisku
keluar dari mulut Mbak Dessi kemudiam masuk ke mulut Mbak Rina, kemudian keluar
dari mulut Mbak Rina lalu masuk kemulut Mbak Dessi, begitulah seterusnya.
Hingga kurasakan penisku berkedut-kedut.
“Mbakk… Akuu…
Mauu… Ke… Keluarr,” jeritku.
“Keluarin di
mulutku Don,” sahut mereka hampir bersamaan.
Dan crott!
crott! crott! Spermaku muntah dimulut Mbak Dessi yang sedang kebagian mengulum.
Mbak Dessi menelan spermaku tanpa rasa jijik sedikitpun. Kemudian Mbak Rina
merebut penisku dari Mbak Dessi dan memasukkan ke mulutnya. Dan tak mau kalah
dengan adiknya, sisa-sisa spermaku dihisap dan dijilatinya sampai bersih.
“Kamu puas
Don,” kata Mbak Dessi.
“Puas sekali
Mbak, Mbak berdua luar biasa,” sahutku.
“Kamu mau
yang lebih seru nggak,”kata Mbak Rina.
“Mau, mau
Mbak,”sahutku.
Mereka
kemudian mengajakku ke kamarnya, dimana Mas Indra sedang tertidur pulas sehabis
bersetubuh dengan Mbak Rina. Mbak Rina menyuruhku tidur terlentang diranjang.
Mbak Rina kemudian menarik kakiku, hingga pantatku berada ditepi ranjang dan
kakiku menjuntai kelantai.
Lalu Mbak
Rina berjongkok dilantai dengan wajah berada pas di depan selangkanganku. Mbak
Rina mulai mengusap-usap dan mengocok-ngocok batang penisku yang masih layu,
sehabis orgasme. Kurasakan sedikit ngilu tetapi kutahan.
Mbak Rina
menyudahi usapan dan kocokannya. Dan mulai menjilati dan menghisap-isap penisku
dimulai dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya. Lidahnya berputar-putar
dan menari-nari diatas batang penisku. Puas menjilati penisku, Mbak Rina
kemudian memasukkan penisku ke mulutnya. Hampir seluruh batang penisku masuk
kemulutnya.
Dan kurasakan
sedikit demi sedikit penisku mulai menegang didalam mulutnya, hingga mulutnya
penuh sesak oleh batang penisku yang sudah tegang penuh. Mbak Rina sangat
pintar membangkitkan birahiku. Mulutnya maju mundur mengulum penisku. Pipinya
sampai kempot, saking semangatnya mengulum penisku.
Melihat
kakaknya yang sedang menjilati dan mengulum batang penisku, Mbak Dessi nafsunya
bangkit lagi. Dia meraba-raba dan memasukkan jari-jari tangan kirinya ke dalam
vaginanya sendiri, sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah dadanya hingga
mengeras dan padat. Diiringi desahan-desahan penuh birahi.
Puas
bermain-main dengan vagina dan buah dadanya sendiri, Mbak Dessi kemudian naik
ke atas tubuhku. Dan mengangkangi wajahku. Lubang vaginanya berada pas diatas
wajahku. Dia menurunkan pantatnya, hingga bibir vaginanya menyentuh mulutku.
Kujulurkan
lidahku untuk menjilati vaginanya yang telah basah. Kucucuk-cucuk dan
kusedot-sedot klitorisnya, dia mengerang-erang merasakan nikmat. Mbak Dessi
menarik rambutku, membenamkan wajahku diselangkangannya. Kepalaku dijepit
dengan kedua paha mulusnya.
Kini kami
bertiga, aku dan kakak beradik sedang berlomba mencari kepuasan. Mbak Dessi
sedang kujilati vaginanya, sedangkan pada bagian bawah tubuhku Mbak Rina dengan
asiknya mengulum batang penisku. Beberapa waktu berlalu Mbak Rina melepaskan
kulumannya, dan berjongkok diatas selangkanganku.
Dengan
tangannya, diraihnya batang penisku dan diarahkannya ke lubang vaginanya.
Bless! Dengan sekali dorongan pantatnya, masuklah seluruh batang penisku ke
dalam vaginanya yang basah tapi hangat.
Lalu Mbak
Rina menaik turunkan pantatnya, sambil mengeluarkan desahan-desahan nikmat dari
mulutnya. Sesekali pantatnya diputar-putar hingga penisku serasa dipelintir.
Saat menikmati goyangan Mbak Rina, aku terus menjilati vagina Mbak Dessi sambil
memasukkan jari-jariku ke lubang anusnya. Sedang asiknya aku menjilati vagina
Mbak Dessi, kurasakan vaginanya berkedut-kedut.
Beberapa detik
kemudian ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya. Mbak Dessi mencapai
orgasme. Pahanya makin keras menjepit kepalaku. Tanpa rasa jijik kusedot dan
kutelan cairan vaginanya.
Dan dalam
waktu yang hampir bersamaan, Vagina Mbak Rina juga berkedut-kedut, otot-otot
vaginanya menegang.
“Ohh… Don…
Aku… Keluar,” teriak Mbak Rina.
Air maninya
mengaliri deras dan membasahi batang penisku. Kemudian dia terkulai lemas
sampingku. Membuat penisku yang masih tegang terlepas dan mengacung-acung.
Mbak Dessi
yang kondisi sudah pulih sehabis orgasme, kemudian berjongkok diatas
selangkanganku, menggantikan kakaknya. diraihnya penisku dan diarahkannya ke
lubang anusnya. Mbak Dessi menurunkan pantatnya sedikit demi sedikit hingga
seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya. Kurasakan penisku seperti
dijepit dan dipijit-pijit oleh sempitnya lubang snusnya.
“Oohh… Mbak…
Nikk… Matt… Enakk,”teriakku, ketika Mbak Dessi mulai menaik turunkan pantatnya,
membuat penisku keluar masuk dari lubang anusnya. Sesekali dia menggoyang-goyangkan
pantatnya ke kiri dan ke kanan, membuatku merasakan nikmat yang luar biasa.
Sekitar tiga puluh menit Mbak Dessi menggenjot tubuhku.
“Mbakk… Akuu…
Ke… Keluarr,” jeritku.
Kurasakan
penisku berkedut-kedut dan crott! crott! crott! kutumpahkan seluruh spermaku di
dalam lubang anusnya. Mbak Dessi kemudian merebahkan tubuhnya diatas tubuhku.
Sambil
menindihku dia tersenyum puas. Malam itu, aku dan Mas Indra menginap disana.
Dan berpesta sampai pagi, sampai kami sama-sama puas dan kelelahan.
Panasnya
sinar matahari yang menerobos jendela kamarku, membangunkanku dari tidurku yang
lelap. Setelah hampir semalam penuh aku merasakan nikmatnya bersetubuh dengan
Mbak Rina dan Mbak Vera. Dan aku baru pulang dari rumahnya kerumah Mas Indra
jam 05.00 dinihari.
Dengan
sedikit bermalas-malasan, aku pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Selesai
mandi badan rasanya segar sekali. Siang itu kurasakan lain dari biasanya, rumah
Mas Indra tampak sepi sekali. Oh ya, aku baru ingat kalau hari ini, Mas Indra
mengantar Tante Dina kondangan ke kampung sebelah. Jadi yang ada di rumah hanya
Mbak Erna dan Aku.
Dengan hanya
mengenakan handuk yang kulilitkan dipinggangku, aku pergi ke dapur. Membuat
secangkir kopi. Sampai didapur kudapati Mbak Erna sedang mencuci piring.
“Pagi Mbak,” sapaku.
Mbak Erna tak
menjawab sapaanku. Mukanya cemberut. Aku heran, tumben Mbak Erna begitu,
biasanya dia sangat ramah padaku.
“Ada apa sih
Mbak, kok cemberut begitu,” tanyaku lagi.
“Mbak marah sama aku? atau Mbak nggak senang ya, aku disini,” imbuhku.
“Mbak marah sama aku? atau Mbak nggak senang ya, aku disini,” imbuhku.
Mbak erna
masih diam saja, membuatku tak enak hati dan bertanya-tanya dalam hati.
“Ok, Mbak.
Kalau Mbak nggak senang, aku pulang aja deh,”
“Jangan-jangan
pulang Don, aku nggak marah sama kamu,” sahutnya sambil menarik tanganku.
“Habis Mbak
marah sama siapa? Boleh tahu kan Mbak ?” tanyaku lagi.
“Ok, Mbak
akan kasih tahu, tapi jangan bilang sama siapa-siapa ya!,” jawabnya.
“Aku janji
Mbak,” kataku meyakinkannya.
“Don, aku
lagi kesal sama Mas Indra,” kata Mbak Dina.
“Kesal kenapa
Mbak,” selaku.
“Belakangan
ini, Mas Indra dingin sekali padaku Don,” katanya sambil merebahkan kepalanya
didadaku.
“Setiap aku
pingin begituan, dia selalu menolak,” imbuhnya sambil tersipu malu.
“Mungkin Mas Indra
lagi lelah Mbak,” hiburku sambil kuusap-usap rambutnya.
“Ah, masak
setiap malam lelah,” sahutnya.
“Mungkin ada
yang bisa aku bantu, untuk menghilangkan kekesalan Mbak,” pancingku.
Mbak Erna tak
menjawab pertanyaanku. Sebagai orang yang cukup berpengalaman soal sex, aku
tahu Mbak Erna sangat kesepian dan menginginkan hubungan sexsual. Maka dengan
memberanikan diri, kukecup lembut keningnya. Dan kurasakan remasan halus
tangannya yang masih memegang tanganku.
Merasa
mendapat respon positif, kugerakkan bibirku menciumi kedua pipinya dan berhenti
dibelahan bibir mungilnya.
Mbak Ernapun
membalas kecupanku pada bibirnya dengan kuluman yang hangat, penuh gairah.
kukeluarkan lidahku, mencari lidahnya. Kuhisap-hisap dan kusedot-sedot.
Kulepaskan tanganku dari genggamannya dan kugerakkan menggerayangi tubuh Mbak
Erna. Dan perlahan-lahan kususupkan tangan kananku kebalik gaun tidurnya.
Dan kurasakan
halusnya punggung Mbak Erna. Sementara tangan kiriku meremas-remas pantatnya
yang padat. Mbak Erna melepaskan seluruh pakaiannya. Agar aku lebih leluasa
menggerayangi tubuhnya.
Setelah semua
terlepas maka terpampanglah pemandangan yang luar biasa. Dengan jelas aku bisa
melihat buah dadanya yang montok, perutnya yang ramping dan vaginanya yang
dicukur bersih. Membuat nafsu birahiku semakin menjadi-jadi dan kurasakan
penisku menegang. Akupun melepaskan kulumanku pada bibirnya dan dengan sedikit
membungkukkan badanku. Aku mulai menjilati buah dadanya yang mulai mengeras,
secara bergantian.
Puas
menjilati buah dadanya, jilatanku kupindahkan ke perutnya. Dan kurasakan
halusnya kulit perut Mbak Erna. Mbak Erna tak mau ketinggalan, ditariknya
handuk yang melilit dipinggangku. Dengan sekali sentakan saja, handukku
terlepas.
“Aow, besar
sekali don penismu,” decaknya kagum, sambil memandangi penisku yang telah
menegang dan mengacung-ngacung setelah handukku terlepas. Mbak Erna
menggerakkan tangannya, meraih batang penisku. Diusap-usapnya dengan lembut
kemudian dikocok-kocoknya, membuat batang penisku semakin mengeras.
Tak terasa
sudah dua puluh menit berlalu, Kusudahi jilatanku pada perutnya. Kuangkat
tubuhnya dan kududukkan diatas meja dapur. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar.
Dan terpampanglah di depanku bukit kecil yang dicukur bersih.
Bibir vagina
yang memerah dengan sebuah daging kecil yang tersembul diatasnya. Kubungkukkan
tubuhku dan kudekatkan wajahku ke selangkangannya. Dan aku mulai menjilati
pahanya yang putih mulus, dihiasi bulu-bulu halus. Sambil tanganku meraba-raba
vaginanya.
Beberapa
menit berlalu, kupindahkan jilatanku dari pahanya ke vaginanya. Mula-mula
kujilati bibir vaginanya, terus kebagian dalam vaginanya. Lidahku menari-nari
didalam lubang vaginanya yang basah.
“Ohh… terus…
Don… terus… Nik… Matt,” serunya tertahan. Membuatku semakin bersemangat
menjilati lubang vaginanya. Kusedot-sedot klitorisnya. Pantat Mbak Erna
terangkat-angkat menerima jilatanku. Ditariknya kepalaku, dibenamkannya pada
selangkangannya.
“Ohh… Don…
Aku… Tak… Tahan… Masukin Don… Masukin penismu,” pintanya menghiba.
Kuturuti
kemauannya. Aku kemudian berdiri. Kuangkat kedua kakinya tinggi-tinggi, hingga
ujung jari kakinya berada diatas bahuku. Kudekatkan penisku keselangkangannya.
Mbak Erna meraih penisku dan menuntunnya ke lubang vaginanya. Kudorong maju
pantatku hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya.
Aku diam
sejenak mengatur posisi supaya lebih nyaman, lalu kudorong pantatku lebih
keras, membuat seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Kurasakan
penisku dijepit dan dipijit-pijit lubang vaginanya yang sempit. Vaginanya penuh
sesak karena besarnya batang penisku.
“Aow…
Pelan-pelan… Don… penismu gede sekali,” pekiknya, ketika aku mulai memaju
mundurkan pantatku, membuat penisku keluar masuk dari lubang vaginanya.
Tak terasa
sudah tiga puluh menit aku memaju mundurkan pantatku. Dan kurasakan vagina Mbak
Erna berkedut-kedut. Dan otot-otot vaginanya menegang.
“Ohh… Don…
Aku… Keluarr… Sayang,” teriaknya lantang. Sedetik kemudian kurasakan cairan
hangat keluar dari vaginanya. Dan Mbak Erna mencapai orgasmenya. Mbak Erna tahu
kalau aku belum mencapai puncak kenikmatan. Dia turun dari atas meja dapur. Kemudian
berjongkok dihadapanku. Diraihnya penisku dan dikocok-kocok dengan tangan
kanannya sedangkan tangan kirinya meremas-remas buah pelirku.
“Akhh… Mbak…
Enak… Nikk… Mat… terus,” seruku, ketika Mbak Erna mulai menjilati batang
penisku. Dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya. Mataku merem melek
merasakan nikmatnya jilatan Mbak Erna. Aku semakin merasa nikmat ketika Mbak
Erna memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Dan mulai mengulum batang
penisku.
Mbak Erna
memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar masuk dari mulutnya.
Sementara tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku.
“Oohh… Mbak…
Akuu… Tak… Tahan,” teriakku.
Dan kurasakan
penisku berkedut-kedut semakin lama semakin cepat. Kujambak rambutnya dan
kubenamkan kepalanya diselangkanganku.
“Mbak… Akuu…
Ke… Luarr,” teriakku lagi lebih keras. Mbak Erna semakin cepat memaju mundurkan
mulutnya. Dan crott! crott! crott! penisku memuntahkan sperma yang sangat
banyak di mulutnya. Mbak Ernapun menelannya tanpa ragu-ragu. Dan tanpa rasa
jijik sedikitpun dia menjilati sisa-sisa spermaku sampai bersih.
“Terimakasih
Don, kamu telah memberiku kepuasan,” pujinya sambil tersenyum.
“Sama-sama
Mbak, aku juga sangat puas,” sahutku.
“Mbak masih
mau lagi kan,” tanyaku.
“Mau dong,
tapi kita mandi dulu yuk,” ajaknya.
Kemudian kami
meraih pakaian masing-masing untuk selanjutnya bersama-sama pergi ke kamar
mandi membersihkan badan. Sehabis mandi, masih sama-sama telanjang, kubopong
tubuhnya menuju taman disamping rumah. Aku ingin melaksanakan impianku selama
ini, yaitu bersetubuh ditempat terbuka.
“Don… Jangan
disini sayang, nanti dilihat orang,” protesnya.
“Kan nggak
ada siapa-siapa di rumah Mbak,” sahutku.
Mbak Ernapun
tidak protes lagi, mendengar jawabanku. Sambil berdiri kupeluk erat tubuhnya.
Kulumat bibirnya. Mbak Erna membalas lumatan bibirku dengan pagutan-pagutan
hangat. Cukup lama kami bercumbu, kemudian aku duduk dikursi taman. Dan kusuruh
Mbak Erna berjongkok dihadapanku. Mbak Erna tahu maksudku.
Diraihnya
batang penisku yang masih layu. Dielus-elusnya lembut kemudian dikocok-kocok
dengan tangannya.
Setelah
penisku mengeras Mbak Erna menyudahi kocokkannya, dia mendekatkan wajahnya ke
selangkanganku. Lidahnya dijulurkan dan mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya
berputar-putar dikepala penisku, kemudian turun kepangkalnya.
“Oohh… terus…
Mbak… Nikmat banget,” desahku.
“Isepp… Mbak…
Isep,” pintaku. Mbak Erna menuruti kemauanku.
Dimasukkannya
penisku kemulutnya. Hampir sepertiga batang penisku masuk ke mulutnya. Sambil
tersenyum padaku, dia mulai memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku maju
keluar masuk dimulutnya.
“Mbak… Aku…
Tak… Tahan,” seruku. Mbak Erna kemudian naik ke pangkuanku. Vaginanya pas
berada diatas selangkanganku. Diraihnya penisku dan dibimbingnya ke lubang
vaginanya. Mbak Erna mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit batang
penisku masuk ke lubang vaginanya semakin lama semakin dalam.
Hingga
seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Sesaat kemudian Mbak Erna
mulai menaik turunkan pantatnya. Sesekali digoyang-goyangkan pantatnya
kekiri-kekanan. Aku tak mau kalah, kusodok-sodokkan pantatku ke atas seirama
dengan goyangan pantatnya.
“Ohh… Don…
Aku… Mauu… Ke… luarr,” teriaknya setelah hampir tiga puluh menit menggoyang
tubuhku. Dan kurasakan otot-otot vaginanya menegang. Tangannya mencengkeram
dadaku dengan keras. Sesaat kemudian kurasakan cairan hangat merembes dilubang
vaginanya.
“Aku tak
ingin mengecewakanmu Don,” katanya sambil tersenyum. Dia menarik penisku keluar
dari lubang vaginanya, kemudian memasukkannya ke lubang anusnya. Mbak Erna
rupanya tahu kesenanganku.
Meski agak
susah, akhirnya bisa juga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya.
Perlahan tapi pasti Mbak Erna mulai menaik turunkan pantatnya. Membuatku
merasakan nikmat yang tiada taranya.
Cukup lama
Mbak Erna menggoyang-goyangkan pantatnya, kemudian kami berganti posisi.
Kusuruh dia menungging, membelakangiku dengan tangan bertumpu pada kursi taman.
Kugenggam penisku dan kuarahkan tepat ke lubang anusnya. Kudorong sedikit demi
sedikit, sampai seluruhnya amblas tertelan lubang anusnya.
Lalu kudorong
pantatku maju mundur. Kurasakan nikmatnya lubang anus Mbak Erna. Sambil
kucucuk-cucuk lubang vaginanya dengan jari-jariku. Membuat nafsu birahi Mbak
Erna bangkit lagi. Mbak Erna mengimbangi gerakkanku dengan mendorong-dorong
pantatnya seirama gerakkan pantatku.
Aku semakin
mempercepat gerakkan pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Demikian
juga jari-jariku semakin cepat mencucuk vaginanya.
“Mbak… Mbak…
Akuu… Mau… Keluar,” seruku.
“Akuu… Juga…
Don,” sahutnya.
Dan dalam
waktu yang hampir bersamaan, kami mencapai orgasme. Kutarik penisku dari lubang
anusnya, dan kutumpahkan spermaku dipunggungnya. Mbak Erna kemudian membalikkan
badannya dan berdiri, sambil memintaku duduk kursi taman.
Didekatkannya
selangkangannya kewajahku. Ditariknya rambutku dan dibenamkannya kepalaku
keselangkangannya. Dan akupun mulai menjilati vaginanya sambil duduk. Kuhisap
dan kusedot-sedot cairan hangat yang keluar dari lubang vaginanya. Mbak Erna
sangat puas dengan perlakuanku.
Hari itu kami
melakukan persetubuhan sampai puas, dengan berbagai macam gaya. Sungguh luar
biasa Mbak Erna, meskipun tinggal dikampung. Tapi dalam soal bersetubuh dia tak
kalah dengan orang kota. Memang sungguh nikmat istri Mas Indra. Vagina dan
lubang anusnya sama nikmatnya. Membuatku ketagihan menyetubuhinya.
Tak terasa
sudah satu bulan aku berlibur dikampung Mas Indra. Malam-malam yang kulewati
bersama Mbak Erna dan Tante Dina membuat waktu satu bulan terasa cepat sekali.
Sudah saatnya aku kembali kekotaku, karena tiga hari lagi aku harus ke sekolah.
Saat
berangkat dari kampung Mas Indra, aku tidak sendirian. Ada Deshi, anak kandung
Tante Dina menemaniku. Gadis cantik berkulit putih dan bertubuh langsing ini,
baru tamat SMP dan akan melanjutkan SMU di kota. Tante Dina meminta tolong
padaku agar mengantarkan Deshi, mencari rumah kost di dekat sekolah.
Dengan
menempuh dua jam perjalanan, sampailah kami di kota. Dan setelah berpuar-putar
cukup lama, akhirnya kudapatkan rumah kost untuk Deshi. Pemilik rumah adalah
seorang janda cantik berusia sekitar 32 tahun, namanya Yeni. Setelah memberikan
kunci kamar pada Deshi, Tante Yeni meninggalkan kami berdua.
Sehabis
membantu Deshi mengangkat barang-barangnya ke dalam kamar, aku merasa haus.
Kusuruh Deshi ke warung untuk membeli minuman. Sambil duduk menunggu kedatangan
Deshi, iseng-iseng kunyalakan VCD. Ngawur aja kusetel salah satu film. Aku
terkejut, ternyata isinya film porno.
Adegan-adegan
difilm itu, membangkitkan nafsu birahiku. Kurasakan batang penisku mengeras dan
berdiri tegak di balik celanaku. Kuturunkan celanaku, dan kukeluarkan batang
penisku. Kuelus-elus dan kukocok-kocok batang penisku. Saking asiknya aku
mengocok-ngocok batang penisku, sampai kedatangan Deshi tak kurasakan.
“Mas, Doni
lagi ngapain,” suara Deshi mengejutkanku.
“Akh, nggak
ngapa-ngapain,” sahutku.
“Itu apa?”
tanyanya lagi sambil memandangi celanaku.
Astaga! Aku
lupa menaikkan celanaku. Sehingga Deshi dengan jelas melihat penisku yang
sedang berdiri tegak. Merasa sudah kepalang basah, kulanjutkan saja mengocok
penisku.
“Kamu bisa
membantuku Des?,” tanyaku.
“Bantu apa
Mas?,” katanya balik bertanya.
“Kocokkin
penisku Des,” pintaku.
Deshi
menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kutarik tangannya dan kuletakkan diatas
penisku. Deshi yang juga sudah terangsang akibat ikut nonton film porno,
menggenggam batang penisku. Dengan lembut dia mengelus-elus dari kepala sampai
kepangkal penisku. Aku merasa seperti melayang.
Aku
melepaskan seluruh pakaianku sambil memeluk tubuh Deshi yang sedang mengocok
penisku. Kutarik kaosnya dan kususupkan tanganku kebalik BHnya. Kuraba-raba
buah dadanya. Perlahan-lahan buah dadanya mengeras.
Cukup lama
aku meraba-raba buah dadanya, kemudian kutarik Bhnya hingga terlepas. Setelah
terlepas, terlihatlah buah dadanya yang padat dan mengeras. Aku melanjutkan
lagi meremas-remas buah dadanya. Deshi mendesah-desah merasakan nikmat,
tangannya semakin cepat mengocok penisku.
Sekitar lima
belas menit berlalu kami berganti posisi. Sambil menarik rok mininya, kodorong
tubuhnya hingga terlentang diranjang. Hanya celana dalamnya saja yang melekat
menutupi selangkangannya. Kutindih tubuhnya dari atas lalu kukecup bibirnya,
kujulurkan lidahku mengisi rongga mulutnya yang terbuka. Deshi menyambutnya
dengan hisapan yang tak kalah hebatnya.
Setelah cukup
lama berpagutan, kuputar tubuhku. Membentuk posisi 69. Selangkanganku berada
diatas wajahnya, sedangkan selangkangannya berada dibawah wajahku. Kujulurkan
lidahku menjilati bagian bawah perutnya, sambil tanganku melepas celana dalam
Deshi.
Deshi mengangkat
pantatnya memudahkan aku melepaskan celana dalamnya dan meleparkannya ke lantai
kamar. Lidahku bergerak turun menyapu bibir vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu
tipis.
“Ohh… Mas
don… Enakk,” desahnya ketika aku mulai menjilati vaginanya yang basah, membuatku
semakin bersemangat menjilati vaginanya. Kucucuk-cucuk dan kusedot-sedot
klitorisnya yang sebesar biji kacang.
Saat aku
menjilati lubang vaginanya, Deshi juga sedang asyik menjilati penisku. Sambil
tangan kirinya mengocok-ngocok pangkal penisku sedangkan tangan kanannya
mengelus-elus buah pelirku dengan lembut. Sesaat kemudian Deshi memasukkan
penisku ke mulutnya. Hampir seluruh batang penisku masuk ke mulutnya. Kudorong
pantatku ke atas dan ke bawah, sehingga penisku keluar masuk dimulutnya.
Tak terasa
sudah dua puluh menit berlalu. Aku bangkit dan berdiri dilantai kamar. Kutarik
tubuhnya, hingga pantatnya berada ditepi ranjang. Kedua pahanya kubuka
lebar-lebar. Kuarahkan penisku tepat ke lubang vaginanya.
“Ja… Jangan…
Mas, aku masih perawan,” katanya.
Aku tak
memperdulikan kata-katanya. Kudorong maju pantatku hingga kepala penisku
menyeruak masuk. Deshi berteriak lebih keras ketika aku mendorong lebih keras
dan penisku menembus selaput daranya.
Akupun lebih
bersemangat mendorong pantatku dan amblaslah seluruh batang penisku ke lubang
vaginanya yang sangat sempit. Penisku serasa dijepit sempitnya lubang
vaginanya. Beberapa detik kubiarkan penisku di dalam vaginanya.
Kupandangi
wajahnya yang meringis menahan sakit. Dengan perlahan-lahan kuangkat pantatku
lalu kuturunkan lagi. Membuat penisku keluar masuk dilubang vaginanya. Aku
merasakan nikmat yang luar biasa. Beginikah rasanya menyetubuhi seorang
perawan.
“Ohh… Mas… Enakk,”
desahnya yang mulai merasakan
Nikmatnya
disetubuhi. Pantatnya digerakkan naik turun seirama gerakkan pantatku. Rasa
sakitnya telah hilang berganti dengan rasa nikmat. Sekitar tiga puluh menit
berlalu, kurasakan vaginanya berkedut-kedut dan otot-otot vaginanya menegang.
Tangannya mencengkeram seprei dengan keras.
“Ohh… Mas…
Akuu… Mauu,” desahnya terputus.
“Mau keluar
sayang,” sahutku.
Deshi
mengangguk sambil tersenyum.
“Aku juga
Des,” imbuhku. Semakin cepat kudorong-dorong pantatku.
“A… Akuu… Ke…
Luarr,” teriaknya lantang.
Kurasakan
cairan hangat merembes didinding vaginanya. Sedetik kemudian kurasakan penisku
berkedut-kedut. Dan Crott! crott! crott! Kutumpahkan sperma yang sangat banyak
dilubang vaginanya. Dan tubuhku ambruk menindih tubuhnya.
“Kamu menyesal
Des,” tanyaku sambil tersenyum puas, karena baru kali ini aku menyetubhi
seorang perawan.
“Nggak Mas,
semua sudah terjadi,” sahutnya.
“Kamu mau
lagi khan,” godaku. Deshi tersenyum padaku, senyum penuh arti.
Kira-kira
satu jam kami tertidur. Akupun terbangun dan bergegas ke kamar mandi
membersihkan badan. Mengingat kejadian tadi, bersetubuh dengan Deshi, membuat
nafsu birahiku bangkit lagi. penisku yang tadi telah layu, kini tegang dan
mengeras. Setelah mengelap tubuhku dengan handuk akupun bergegas ke kamar,
dimana Deshi sedang tertidur pulas. Dan ia terbangun ketika aku lagi asyik
menjilati lubang vaginanya.
“Oh… Mas… Apa
yang kamu lakukan,” tanyanya.
“Aku pingin
setubuhi kamu lagi sayang,” sahutku sambil tersenyum.
Deshi membuka
kedua pahanya lebar-lebar, sehingga aku lebih leluasa menjilati vaginanya.
Beberapa menit berlalu kusuruh dia menungging. Aku mengambil posisi
dibelakangnya. Dari belakang, aku menjilati lubang anusnya, sambil tanganku
mencucuk-cucuk lubang vaginanya.
Setelah
kurasa cukup, kuarahkan penisku ke lubang vaginanya. Dan aku mulai mendorong
maju pantatku. Sedikit demi sedikit penisku masuk ke lubang vaginanya. Semakin
lama semakin dalam penisku memasukinya, sampai seluruhnya amblas, tertelan
lubang vaginanya. Akupun mendorong pantatku maju mundur, membuat penisku keluar
masuk dari lubang vaginanya.
“Ohh… Nikk…
Matt… Mas… Enakk,” jeritnya tertahan. Sekitar tiga puluh menit berlalu, kutarik
penisku dari lubang vaginanya hingga terlepas. Kemudian kugenggam penisku dan
kuarahkan ke lubang anusnya.
“Jangan, Mass
sakitt, ja… “jeritnya sambil meringis. Belum habis dia bicara, kudorong
pantatku dengan keras. Dan Bless! Seluruh batang penisku masuk ke lubang
anusnya. Kukocok lubang anusnya dengan irama pelan semakin lama semakin cepat,
sambil tanganku mencucuk-cucuk lubang vaginanya. Dan Deshipun merasakan sensasi
yang luar biasa dikedua lubangnya. Jeritan-jeritannya berganti dengan
desahan-desahan nikmat penuh nafsu.
Aku semakin
bersemangat mendorong-dorong pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme.
Sepuluh menit kemudian penisku menyemburkan sperma didalam anusnya. Dan tak
lama berselang Deshi menyusul, tubuhnya mengejang hebat. Kemudian Deshi
terkulai lemas dan tertidur.
Aku kemudian
berdiri dan mengenakan celanaku. Saat aku akan mengambil handuk ke dalam
almari, tanpa sengaja aku menoleh keluar jendela.
Samar-samar
aku melihat sesosok bayangan wanita yang sedang berdiri dibalik jendela kamar.
Rupanya orang itu sedang mengitip aku dan Deshi yang sedang bersetubuh dari
balik korden yang lupa aku tutup.
Saat aku
keluar mencarinya, wanita itu bergegas pergi. Aku membuntuti wanita itu.
Melihat potongan tubuhnya dari belakang aku yakin kalau wanita itu adalah Tante
Yeni, ibu kostnya Deshi. Dan aku keyakinanku semakin kuat, saat wanita itu masuk
kekamar tidur Tante Yeni dan langsung menutup pintu. Aku berjalan mendekat dan
berdiri di depan pintu kamarnya.
Aku mengintip
dari lubang kunci. Dan memang benar, wanita yang tadi mengintipku adalah Tante
Yeni. Sampai didalam kamar Tante Yeni melepaskan seluruh pakaiannya. Aku
terkesima melihat tubuh Tante Yeni yang putih mulus dan sexy, meski sudah
berumur sebaya ibuku.
Membuat
jantungku berdetak kencang. Nafsu birahiku yang baru saja tersalurkan bersama
Deshi, perlahan-lahan bangkit lagi.
Pemandangan
selanjutnya lebih seru lagi. Tante Yeni merebahkan tubuhnya diatas ranjang
dengan kedua kaki terbuka lebar-lebar, memperlihatkan indahnya bentuk
vaginanya. Tante Yeni meremas-remas buah dadanya sendiri dengan tangan kirinya.
Perlahan buah
dadanya mulai mengeras. Sedangkan tangan kanannya meraba-raba selangkangannya.
Desahan-desahan nikmat keluar dari bibirnya, membuatku semakin tak tahan.
Batang kemaluanku sudah berdiri tegak.
Dengan sangat
hati-hati, aku membuka pintu kamarnya. Dan ternyata tidak terkunci. Sambil
melepaskan celanaku, aku berjalan mengendap-endap mendekatinya. Tante Yeni yang
sedang asyik meraba-raba tubuhnya sendiri, tidak tahu kalau aku masuk ke
kamarnya.
Tanpa pikir
panjang lagi, aku segera menindihnya. Tante Yeni sangat terkejut melihat
kehadiranku. Aku segera menyumpal mulutnya yang sedang Terbuka saat dia hendak
berteriak dengan mulutku. Dan aku langsung melumatnya.
Tante Yeni
yang sedang dirasuki nafsu birahi, membalas lumatanku dengan pagutan-pagutan
yang tak kalah hebatnya.
Cukup lama
aku melumat bibirnya, kemudian aku menjilati lehernya, terus turun ke buah
dadanya yang sudah mengeras. Kedua buah dadanya aku jilati secara bergantian,
membuat desahannya semakin keras.
Aku menyudahi
jilatanku pada kedua buah dadanya, kemudia aku berlutut ditepi ranjang,
diantara kedua kakinya. Tanganku yang nakal mulai meraba-raba bibir vaginanya
yang dicukur bersih.
Tanpa
berfikir lama, aku menjulurkan lidahku, menjilati, menghisap dan sesekali
kumasukkan lidahku ke lubang vagina Tante Yeni dan lidahku menari-nari di dalam
lubang vaginanya. Tante Yeni mengangkat-angkat pantatnya, menyambut jilatanku.
Rintihan-rintihan kecil keluar dari mulutnya setiap kali lidahku menghujam
lubang vaginanya.
Disaat dia
sedang menikmati jilatanku, aku memasukkan jari-jariku ke dalam lubang
vaginanya. Sambil sesekali aku menjilati lubang anusnya. Tante Yeni sangat
menikmati perlakuanku, dia menekan kepalaku dan membenamkannya
diselangkangannya.
Sepuluh menit
berlalu, aku menyudahi jilatanku. Aku kemudian berdiri, sambil menarik
pinggulnya ketepi ranjang, kedua kakinya kubuka lebar-lebar. Tanpa membuang
waktu lagi, batang kemaluanku yang sudah tegang dari tadi langsung kuhujamkan
ke lubang vaginanya.
Tante Yeni
menjerit saat batang kemaluanku yang besar dan panjang menerobos masuk ke
lubang vaginanya. Aku merasakan jepitan bibir vaginanya yang begitu seret. Aku
mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Tante Yeni sangat menikmati setiap
gerakkan pantatku, dia menggeliat dan mendesah disetiap gerakan kemaluanku
keluar masuk dari lubang vaginanya.
Aku semakin
mempercepat memaju mundurkan pantatku saat Tante Yeni memperlihatkan
tanda-tanda orang yang mau orgasme.
“Ohh..,
Don.., akuu.., mau.., keluarr,” jeritnya cukup keras. Tante Yeni menggelinjang
hebat, kedua pahanya menjepit pinggangku. Rintihan panjang keluar dari mulutnya
saat klitorisnya memuntahkan cairan kenikmatan.
Aku merasakan
cairan hangat yang meleleh disepanjang batang kemaluanku. Aku membiarkan Tante
Yeni beristirahat sambil menikmati orgasmenya. Setelah Tante Yeni berhasil
menguasai dirinya, tanpa membuang waktu lagi aku membalikkan tubuhnya dalam
posisi menungging.
Lalu aku
menciumi pantatnya. Tante Yeni mengeliat menahan geli saat lidahku menelusuri
vagina dan anusnya. Kemudian aku meludahi lubang anusnya beberapa kali. Setelah
kurasakan daerah itu benar-benar licin, aku membimbing batang kemaluanku dengan
tangan kiriku sementara tangan kananku membuka lubang anusnya.
Tante tak
bereaksi apa-apa dan membiarkan saja apa yang kulakukan. Perlahan kudorong
pantatku. Tante Yeni merintih sambil menggigit bibirnya menahan rasa perih
akibat tusukan kemaluanku pada lubang anusnya yang sempit. Setelah beberapa
kali mendorong dan menarik akhirnya seluruh batang kemaluanku masuk ke lubang
anusnya.
Sambil
menikmati jepitan lubang anusnya, aku mendiamkan sebentar batang kemaluanku
disana untuk beradaptasi. Tante Yeni menjerit saat aku mulai menghujamkan
kemaluanku. Tubuhnya terhentak-hentak ketika sodokkanku bertambah kencang dan
kasar. Sambil terus meningkatkan irama sodokkan, tanganku dengan kasar
mencucuk-cucuk lubang vaginanya.
Akibat
menahan sensasi nikmat ditengah-tengah rasa ngilu dan perih pada kedua lubang
bawah tubuhnya, Tante Yeni sampai menangis. Setiap kali aku menyodokkan
kemaluanku ke lubang anusnya, dia mengaduh namun dia tak mau aku menyudahinya.
Sampai akhirnya kurasakan suatu perasaan yang sangat nikmat mengaliri sekujur
tubuhku.
Aku mengerang
panjang, saat mengalami orgasme yang pertama. Tanganku mencengkeram keras
pantatnya. Aku menumpahkan seluruh spermaku didalam lubang anusnya. Tubuhku
menegang beberapa saat, kemudian terkulai lemas. Tak lama kemudian Tante Yeni
menyusul, dia mengeram sambil tangannya mencengkeram bantal kuat-kuat. Cairan
hangat dan kental meleleh dari lubang vaginanya.
Dengan nafas
yang masih memburu dan tubuh yang masih lemas, Tante Yeni bangkit kemudian
duduk ditepi ranjang. Dia meraih batang kemaluanku lalu memasukkan ke mulutnya.
Tante Yeni menjilati sisa-sisa sperma yang masih blepotan dibatang kemaluanku
sampai bersih tanpa tersisa setetespun. Tante Yeni tersenyum puas merasakan
nikmat yang sudah cukup lama tidak dirasakannya, sejak dia bercerai dengan
suaminya.
Tanpa
malu-malu dia meminta aku agar menyutubuhinya lagi. Aku menuruti permintaannya,
kami bersetubuh sampai pagi. Sampai kami benar-benar kelelahan. Pagi-pagi
sekali aku meninggalkan Tante Yeni yang masih tidur tanpa busana dan masuk
kekamar Deshi.
Dimana Deshi
juga sedang tidur pulas. Aku mengenakan seluruh pakaianku, kemudian pergi tanpa
pamit. Meninggalkan kenangan-kenangan nikmat untuk mereka berdua. Sekali waktu
aku mengunjungi Tante Yeni dan Deshi untuk menikmati lagi tubuh mereka….
0 komentar:
Posting Komentar