Bercinta Dengan Cewe Chinese Cantik
Bercinta Dengan Cewe Chinese Cantik |
Cerita Seks - Saat aku sedang suntuk di kos kosan aku ingin keluar dan mencari suasan baru, saat itu cuaca sungguh mendukung dimana udaranya yang sejuk dan sedang mendung, aku berkeliling enggunakan angkutan umum kali ini aku jalan jalan di sebuah Mall besar di kota tersebut, banyak sekali wanita wanita cantik apalagi hari ini hari Jumat banyak wanita wanita yang sedang jalan jalan.
Mataku
liar melirik-lirik wanita putih mulus dan trendy. Entah kenapa sejak dulu aku
terobsesi dengan wanita Chinese yang menurut pandanganku adalah tipikal
sempurna dalam banyak hal. Di lantai paling atas, mataku tertuju kepada seorang
gadis cantik dan seksi, sedang makan sendirian, tak ada teman.
Dengan
teknik yang biasa kulakukan, kudekati dia. Kami berkenalan sejenak dan dia
menawariku ikut makan. Aku bilang aku sudah kenyang. Dia bernama Lina Kami
seumuran atau paling tidak dia lebih tua dua tahun dariku. Setelah ngobrol agak
lama, dengan mengeluarkan jurus empuk tentunya, dia mengajakku pulang bersama,
karena aku mengaku akan menunggu angkutan sampai hujan reda.
Akhirnya,
aku pun setuju, dan segera berangkat bersamanya. Di dalam mobil, aku tak bisa
tenang karena ketika menyetir, aku bisa melihat dadanya yang montok dan paha
mulusnya bergerak gesit menguasai kemudi.
Tapi
dia tidak menyadari itu, karena aku tahu dia tidak akan suka. Hal itu kusadari
dari pembicaraan sebelumnya. Dia kelihatannya wanita baik-baik. Tapi
konsentrasiku sangat terganggu apalagi jalanan di kota Surabaya yang tidak rata
membuat dada indah yang bersembunyi di balik bajunya bergoyang-goyang. Ditambah
lagi harum tubuhnya yang sangat merangsang. Akhirnya timbul pikiran jahat di
otakku.
Aku
pindah ke belakang ya.. kataku.
Kenapa?
Aku ngantuk, mau tiduran, nanti turunkan aku di jalan Kertajaya, kataku berpura-pura.
Saat itu sejuta rencana jahat sudah merasuki otakku.
Ok, tapi kamu jangan terlalu pulas ya.. nanti ngebanguninnya susah, katanya polos.
Kenapa?
Aku ngantuk, mau tiduran, nanti turunkan aku di jalan Kertajaya, kataku berpura-pura.
Saat itu sejuta rencana jahat sudah merasuki otakku.
Ok, tapi kamu jangan terlalu pulas ya.. nanti ngebanguninnya susah, katanya polos.
Di
kala otakku sudah kesetanan, tiba-tiba
Jangan berisik atau pisau ini akan merobek lehermu, ancamku seraya menempelkan pisau lipat yang biasa kubawa. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak di Medan dulu.
Don apa-apaan nihh..? teriaknya gugup, karena terkejut.
Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam! bentakku sambil menekan permukaan pisau lebih kuat.
Jangan berisik atau pisau ini akan merobek lehermu, ancamku seraya menempelkan pisau lipat yang biasa kubawa. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak di Medan dulu.
Don apa-apaan nihh..? teriaknya gugup, karena terkejut.
Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam! bentakku sambil menekan permukaan pisau lebih kuat.
Aku
sudah kehilangan keseimbangan karena nafsu.
Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon cepat..!
Ehh.. iiya.. iyahh jawabnya dengan sangat ketakutan.
Tas yang tadi diletakkan di jok belakang segera kubuka. Seluruh uang dan kartu kreditnya langsung berpindah ke kantongku.
Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon cepat..!
Ehh.. iiya.. iyahh jawabnya dengan sangat ketakutan.
Tas yang tadi diletakkan di jok belakang segera kubuka. Seluruh uang dan kartu kreditnya langsung berpindah ke kantongku.
Bawa
ke Pinang Inn cepat! bentakku lagi.
Kali ini aku sudah pindah ke jok depan, dan pisau kutempelkan di pinggangnya. Sepanjang perjalanan wajahnya pucat dan sesekali memandangiku, seolah minta dikasihani.
Kali ini aku sudah pindah ke jok depan, dan pisau kutempelkan di pinggangnya. Sepanjang perjalanan wajahnya pucat dan sesekali memandangiku, seolah minta dikasihani.
Jangan
mencoba membuat gerakan macam-macam atau kamu kulempar ke jalan mengerti?
ancamku lagi sambil berganti posisi.
Aku
mengambil alih kemudi. Entahlah, saat itu aku merasa bukan diriku lagi. Mungkin
iblis sedang menari-nari di otakku. Dia hanya membisu, dengan tubuh gemetar
menahan rasa takut. Tiba-tiba HP-nya berbunyi, kurebut HP itu dan kuhempaskan
di jalan sampai pecah.
Ingat
jangan bertindak aneh-aneh kalau masih ingin hidup pesanku sesampainya di parkiran
Pinang Inn.
Mobil
langsung masuk garasi, dan aku menghubungi Front Officer. Kubayar, lalu kembali
ke garasi.
Keluar!
Keluar!
Dengan
wajar kugandeng dia masuk kamar. Kukunci dan kusuruh dia telentang di kasur
yang empuk. Kunyalakan TV channel yang memutar film-film biru. Pinang Inn
memang disediakan untuk bermesum ria.
Dia
kelihatan semakin ketakutan, ketika melihatku langsung membuka baju dan celana.
Dengan hanya menggunakan CD, kurebahkan tubuhku di sampingnya dengan posisi
menyamping. Pisau itu kugesek-gesek di sekitar dadanya.
Agar
proses ini tidak menyakitkan, kamu jangan bertingkah.. atau besok mayatmu sudah
ditemukan di laut sana paham? Don.. ke.. ke napaa.. jadi be.. gii.. ni? Apa..
salahku? dengan ketakutan dia berusaha membuatku luluh.
Salahmu
adalah kamu memamerkan tubuhmu di hadapan singa lapar Segera, seluruh bajunya
kusobek dengan pisauku yang tajam. Mulai dari bagian luar sampai dalamnya. Kini
dia telanjang bulat di antara serpihan pakaian mahal yang kusayat-sayat.
Dia
menagis, mata sipitnya bertambah sipit karena berusaha menahan air mata yang
mulai mengalir deras ditingkahi isaknya yang sesenggukan. Sejenak aku tertegun
menyaksikan keindahan yang terpampang di hadapanku.
Dada
putih mulus yang montok, tubuh langsing, dan ups liang kemaluannya yang merah
muda bersembunyi malu-malu di antara paha yang dirapatkannya. Kubuka pahanya.
Jangann Don kumohon jangan pintanya memelas. Aku sudah tidak peduli.
Hei
Lin bisa diam nggak? Mau mati? Hah? ancamku sambil menampar pipinya. Wajahnya
sampai terlempar karena aku menamparnya cukup keras. Silakan menjerit ini
ruangan kedap suara ayo menjeritlah, ejekku kesenangan.
Segera
kulebarkan pahanya, kuelus permukaan kemaluannya dengan lembut dan berirama.
Sesekali dia menatapku. Ada juga desah aneh di bibirnya yang tipis. Aku terus
mengelus kemaluan itu, sambil dua jariku yang menganggur mempermainkan puting
susunya bergantian.
Dia
hanya bisa mendesah dan menangis. Kudekatkan wajahku ke sela paha mulusnya.
Dengan perasaan, kukuak liang kemaluannya, indah sekali. Seumur hidup, baru
kali ini aku melihat kemaluan wanita seindah itu. Bentuknya agak membukit
mungil, ditumbuhi bulu yang halus dan lemas. Bibir kemaluannya kupegang,
kemudian lidahku kujulurkan memasuki lubang yang nikmat itu. Kujilati dengan
perlahan, mengitari seluruh permukaannya.
Shhh
Don Donhh.. jangaaann sshh Lina sampai terduduk.
Ada
sesuatu yang lucu. Dalam situasi itu sempat-sempatnya dia menggoyang pinggulnya
mendesak mulutku, dan menjambak rambutku sesekali. Dalam hati aku tertawa,
Dasar wanita munafik.
Ayo Lin ayo kataku pelan mengharap cairan itu segera keluar membasahi kemaluan indahnya. Saat itu kesadaranku perlahan hadir. Perlakuanku kubuat selembut mungkin, namun tetap tegas agar Lina tidak bertindak ceroboh.
Ayo Lin ayo kataku pelan mengharap cairan itu segera keluar membasahi kemaluan indahnya. Saat itu kesadaranku perlahan hadir. Perlakuanku kubuat selembut mungkin, namun tetap tegas agar Lina tidak bertindak ceroboh.
Kali
ini lidahku mengait-ngait klitorisnya beraturan namun dengan arah lidah acak.
Dia makin bergetar. Goyangan pinggulnya terasa sekali. Lho diperkosa kok malah
enjoy ayo.. nangis lagi mana? olokku.
Don
jangannhh.. janganh balasnya malu-malu, berusaha menggeser kepalaku dari
selangkangannya. Tapi setelah kepalaku digerakkan ke samping, malah ditariknya
lagi hingga mulutku langsung terjatuh di bibir kemaluannya. Aku pun paham, dia
ingin menunjukkan ketidaksudiannya, namun di lain pihak, dia sangat
menginginkan sensasi itu.
Nih..
aku kasih bonus.. silakan menikmati kataku sambil melanjutkan jilatanku.
Sementara
tanganku yang kiri membelai payudaranya bergiliran secara adil. Kiri dan kanan.
Sementara tangan kananku kuletakkan di bawah pantatnya. Pantat seksi itu
kuremas sesekali.
Oghhh sshhh Lina menggelinjang menahan nafsu yang mulai merasuki dirinya. Sesaat dia lupa kalau sekarang dia dalam keadaan terjajah. Sshhh terrusshh.
Oghhh sshhh Lina menggelinjang menahan nafsu yang mulai merasuki dirinya. Sesaat dia lupa kalau sekarang dia dalam keadaan terjajah. Sshhh terrusshh.
Perlahan
lahan, cairan yang kunanti keluar juga. Secara mantap, lendir bening itu
mengalir membasahi liang kemaluannya yang semerbak.
Donnhhh Donhhh Dia berteriak di sela orgasmenya yang kuhadiahkan secara cuma-cuma.
Aduh.. Lin.. yang benar aja dong ringisku karena saat orgasme tadi, kukunya yang lentik melukai pundakku.
Donnhhh Donhhh Dia berteriak di sela orgasmenya yang kuhadiahkan secara cuma-cuma.
Aduh.. Lin.. yang benar aja dong ringisku karena saat orgasme tadi, kukunya yang lentik melukai pundakku.
Maaf
maaf Donhh
Aku
berhenti sesaat untuk memberinya waktu istirahat. Aku berdiri di samping
ranjang. Dia terkulai lemas. Pahanya dibiarkan terbuka. Kemaluan genit itu
sudah mengundang batang kemaluanku untuk beraksi. Namun aku berusaha menahan,
agar pemerkosaan ini tidak terlalu menyakitkan. Kami berpandangan sejenak. Dia
sudah tidak melakukan perlawanan apa-apa, pasrah.
Don
aku tahu kamu sebenarnya baik, jangan sakiti aku yah aku mau menemani kamu di
sini, asal kamu tidak melukai aku pintanya sambil mengubah posisi telentangnya
menjadi duduk melipat lututnya ke bawah pantat. Liang kemaluannya agak
tersembunyi sekarang.
Kamu masih perawan nggak? tanyaku ketus.
Kamu masih perawan nggak? tanyaku ketus.
Iyah..
masih.
Nah.. sayang sekali, kalau mulai besok kamu sudah menyandang gelar tidak perawan lagi
Ah dia tercekat.
Nah.. sayang sekali, kalau mulai besok kamu sudah menyandang gelar tidak perawan lagi
Ah dia tercekat.
Don
semua uang tadi boleh kamu ambil.. tapi mohon jangan yang kamu sebut barusan
empat hari lagi aku menikah Don kumohon Don.
Ah
daripada cowok lain yang merasakan nikmatnya darah segar kamu, mending aku curi
sekarang kataku cepat sambil mendekatinya lagi.
Don
jangan kumohon.
Diam!
Ingat pisau ini sewaktu-waktu bisa mengeluarkan isi perutmu ancamku.
Lina terkejut sekali, karena menyangka aku sudah berbaik hati. Padahal aku juga tidak sungguh-sungguh marah padanya. Mungkin karena aku yang sudah terbiasa berteriak-teriak membuatnya ketakutan.
Diam!
Ingat pisau ini sewaktu-waktu bisa mengeluarkan isi perutmu ancamku.
Lina terkejut sekali, karena menyangka aku sudah berbaik hati. Padahal aku juga tidak sungguh-sungguh marah padanya. Mungkin karena aku yang sudah terbiasa berteriak-teriak membuatnya ketakutan.
Sekarang
giliranmu, kukeluarkan batang kemaluanku yang sudah agak terkulai.
Kupikir aku nggak perlu menjelaskan lagi cara membangunkan preman yang satu ini kataku sambil mengarahkan kepalanya berhadapan dengan batang kemalauanku yang lumayan besar.
Kupikir aku nggak perlu menjelaskan lagi cara membangunkan preman yang satu ini kataku sambil mengarahkan kepalanya berhadapan dengan batang kemalauanku yang lumayan besar.
Sejenak
dipandanginya diriku. Tanpa berkata apa-apa dia memegang batang kemaluanku dan
mengocoknya perlahan. Dikocoknya terus sampai perlahan, si batang andalanku
naik.
Cuma itu? tanyaku lagi.
Cuma itu? tanyaku lagi.
Dibuka
mulutnya dengan ragu-ragu, kebetulan sekali adegan di TV channel juga sedang
memperagakan hal yang sama. Aku sebenarnya ingin tertawa. Tapi kutahan, karena
gengsi kalau dia tahu. Dikulumnya batang kemaluanku. Aku berdiri di atas
ranjang. Dia berjongkok dan mulai menggerakkan kepalanya maju mundur.
Ahhh
aku mengerang merasa nikmat sekali.
Kulihat
matanya sesekali melirik TV. Biar saja, pikirku dalam hati. Toh ini demi
keuntunganku. Dijilatinya kepala kemaluanku. Tapi dia tidak berani menatap
wajahku.
Auhhgghh…..
Jangan dilepas seruku tertahan.
Aku jongkok dengan mengarahkan kepala ke sela pahanya. Aku telentang di bawah. Posisi kami sekarang 69. Sewaktu berputar tadi dia menggigit kemaluanku agar tidak lepas dari mulutnya. Lucu memang. Dengan bibir kemaluan tepat di atas wajah, kujilati dengan mantap.
Jangan dilepas seruku tertahan.
Aku jongkok dengan mengarahkan kepala ke sela pahanya. Aku telentang di bawah. Posisi kami sekarang 69. Sewaktu berputar tadi dia menggigit kemaluanku agar tidak lepas dari mulutnya. Lucu memang. Dengan bibir kemaluan tepat di atas wajah, kujilati dengan mantap.
Kali
ini gerakan lidahku liar mengitari permukaan kemaluannya. Sesekali kusedot
bukit kecil itu sambil memasukkan hidungku yang kebetulan mancung ke lubang
senggamanya.
Oghhh
Ahhh Kami berseru bersahutan. Kubalikkan tubuhnya. Sekarang dia ada di bawah,
namun tetap 69. Kali ini aku lebih leluasa menjilati kemaluannya.
Augghhh
Donhh enakkhh terusshh pintanya.
Lalu
kembali menyantap batang kemaluanku dengan garang. Sesekali aku merasakan
gigitan kecil di sekitar kepala kemaluan. Pintar juga dia, pikirku dalam hati.
Lidahku
kujulurkan masuk ke lubang sempit itu dan menari di dalamnya. Pantatku kugoyang
naik-turun agar sensasi batang kemaluan yang berada di kulumannya bertambah
asyik. Sambil menjilat liang kemaluan itu, jari-jariku mempermainkan bibir
kemaluannya. Ougghh Don enakkhh.. Donnhh.. ahhhh Donnhh serunya dibarengi
aliran hangat yang langsung membanjiri lembah merah muda itu. Sekarang waktunya
Lin.
Aku
mengambil posisi duduk di antara belahan kedua kakinya. Dia masih telentang.
Kugesek lagi kepala kemaluanku yang sudah mengeras sempurna beradu dengan
klitorisnya yang menegang. Dia setengah duduk dengan menahan tubuhnya pakai
siku tangan, dan ikut menyaksikan beradunya batang kemaluanku dengan
klitorisnya yang sudah menjadi genit. Batang kemaluanku itu kuarahkan ke liang
kemaluannya.
Jangann
kumohon Donh jangan.. serunya tertatih sambil mencengkeram batang kemaluanku.
Aku bersedia memuaskan nafsumu, dengan cara apa saja, asal jangan mengorbankan pusakaku.
Oh ya? Kalau dari anus mau nggak? tantangku.
Aku bersedia memuaskan nafsumu, dengan cara apa saja, asal jangan mengorbankan pusakaku.
Oh ya? Kalau dari anus mau nggak? tantangku.
Tapi
sebenarnya aku tidak lagi perduli karena kemaluanku sudah minta dihantamkan
melesak lubang kemaluannya.
Yah..
terserah kamu Don..
Nggak..
mau aku cuma mau yang ini, ini lebih enak.. teriakku sambil menunjuk liang
kemaluannya.
Nih.. pegang.. masukin. Dengan ragu dipegangnya batang kemaluanku.
Don apa tidak ada cara lain?
Nih.. pegang.. masukin. Dengan ragu dipegangnya batang kemaluanku.
Don apa tidak ada cara lain?
Cara
lain? Ada-ada saja kamu Hei kamu jangan bertingkah lagi ya jangan sampai
kesabaranku hilang. Kamu beri satu milyar pun sekarang aku nggak bakalan mau
melepaskan punya kamu itu sekarang. Aku sudah nggak tahan paham paham? paham..?
bentakku dengan nada suara lebih meninggi. Pisau yang tadi kusembunyikan di
bawah kasur kuacungkan dan kutekan kuat di dadanya.
Donn
sakitt.. jangann rintihnya ketika pisau tadi melukai dada putihnya. Aku
terkesiap. Namun tak peduli.
Ayo..
dimasukin kali ini pisau kutekan lagi.
Darah segar mengalir perlahan dari luka yang kuperbesar, walau tidak begitu parah.
Darah segar mengalir perlahan dari luka yang kuperbesar, walau tidak begitu parah.
Dengan
berat disertai ketakutan, dipegangnya kemaluanku. Diarahkannya ke liang
kemaluannya.
Sulit sakitt.. Don.. ampunn.. Don..
Sulit sakitt.. Don.. ampunn.. Don..
Pegang
ini, kataku tidak sadar karena memberikan pisau itu ke tangannya. Dia juga
tidak menyadari kalau sedang memegang pisau. Lucu sekali. Aku hanya bisa
tersenyum kalau mengingat masa itu. Aku menunduk dan menjilati kemaluannya.
Dia
melihatku menjilati barangnya. Sesekali kami bertatapan. Entah apa artinya.
Yang pasti aku merasa sudah memiliki mata sipit yang menggemaskan itu.
Digerakkannya pinggul besarnya seirama jilatanku. Kuremas juga susunya yang
segar merekah.
Augghhh
Ahhh jilatanku kupercepat. Cairannya mengalir lagi walau tidak sebanyak yang
tadi. Aku kembali duduk menghadap selangkangannya. Tiba-tiba aku sadar kalau
sebilah pisau ada di tangannya. Segera kuambil dan kulempar ke lantai. Dia juga
baru sadar setelah aku mengambil pisau itu. Namun sepertinya dia memang sudah
takluk.
Lin..
ludahin ke bawah.. yang banyak kataku sambil menunjuk kemaluannya. Kami
sama-sama meludah. Kuoleskan liur yang menetes itu ke batang kemaluanku, juga
ke kemaluannya. Sesekali dia juga ikut mengusap batang kemaluanku dengan air
ludah yang dikeluarkannya lagi di telapak tangannya. Aku memandanginya dengan
sayang. Dia juga seolah mengerti arti tatapanku itu. Aku segera mengecup
bibirnya. Dia membalas. Kami berpagutan sesaat. Kurasakan batang kemaluanku
bersentuhan dengan perutnya.
Ayo
dicoba lagi..
Kali
ini dipegangnya kepala kemaluanku. Ah Shhh
Dan..,
Oogghhh aaahhh Shh
Kepala
kemaluanku masuk perlahan. Sempit sekali lubang itu. Kusodok lagi perlahan. Dia
hanya bisa menggigit bibir dan mencengkeram tanganku. Sesekali nafasnya
kelihatan sesak. Namun ada juga desah liar terdengar lirih.
Donnhh
aku benci.. kaaamu
Kusodok
terus, sampai akhirnya semua batang kemaluanku terbenam di liang kewanitaannya.
Aku tahu itu sakit. Namun mau bilang apa, nafsuku sudah di ujung tanduk.
Brengsek Donhh.. baajingann.. kamu.. shhh oghh,
Brengsek Donhh.. baajingann.. kamu.. shhh oghh,
Aku
tak peduli lagi umpatannya. Yang kurasakan hanya nikmat persenggamaan yang
benar-benar beda. Shhh.. shhh Donhh Donhh
Kupeluk
dia erat-erat. Goyanganku makin liar. Aku hanya bisa mendengar dia mengumpat.
Sesekali kupandangi wajahnya di sela nafasku yang ngos-ngosan. Beragam ekspresi
ada di sana. Ada kesakitan, ada dendam, tapi ada juga makna sayang, dan gairah
yang hangat.
Kulihat
titik-titik darah mulai mendesak lubang sempit yang tercipta antara batang
kemaluan dan liang kewanitaannya. Seketika tagisnya meledak. Donhh bajingann..
kamuu jahatt.. kamu Don.. ahhh.. uhh dia memukul dadaku keras sekali.
Tangisnya
makin menjadi. Aku iba juga. Kutarik kemaluanku dari liang kemaluannya. Darah
segar mengalir memenuhi lubang yang memerah padam dan lecet. Kemaluanku kukocok
sekuat tenaga ketika spermaku muncrat. Ahhh ahh Air maniku memancar keras
membasahi dada dan sebagian wajahnya. Dia menangis sesenggukan.
Nikmatnya
memek perawan kamu Lin kataku tersenyum senang.
Aku
langsung menjilati darah segar yang sudah membasahi pahanya. Segera kugendong
dia menuju kamar mandi. Di bibir bak, kududukkan dia. Kuambil kertas toilet dan
membasuhnya dengan air. Kuusap darah yang ada di sekitar kemaluannya dengan
lembut. Darah di dadanya yang sudah mengering juga kulap dengan hati-hati.
Kamu
puas sekarang bukan begitu Don? ejeknya di sela tangisnya.
Aku
terdiam. Aku merasa menyesal. Tapi mau bilang apa. Nasi sudah menjadi bubur.
Kubersihkan semua darah itu sampai tidak berbekas. Kujilati lagi kemaluannya
dengan lembut. Aku tahu, yang ini pasti tidak bisa ditolaknya. Benar, dia mulai
bergetar.
Dipegangnya
tanganku dan diremasnya jariku. Tissue yang kupegang dibuangnya, malah jemariku
dituntunnya ke sepasang dada montok miliknya. Ahhh shhh sekalian ajaa.. Don..
hamili.. aku.. biar kamu.. lebih puass katanya sambil mengangis lagi.
Aku
sungguh tak mengerti. Terus terang di sana aku seperti orang bodoh. Tapi dengan
santai kujilati terus kemaluannya. Diraihnya batang kemaluanku dan
dikocok-kocoknya perlahan. Kemaluanku sudah terkulai.
Lama
dia mencengkeram kemaluanku sampai akhirnya bangkit. Nafsuku kembali membara.
Kugendong lagi dia, dan jatuh bersama di ranjang empuk. Kami berpelukan dan
berciuman lama sekali.
Kumasukkan
lidahku ke dalam mulutnya, dan menjilati rongga mulutnya. Entah berapa kali
kami saling bertukaran air liur. Bagiku, air ludahnya nikmat sekali melebihi
minuman ringan apapun. Ketika aku berada di bawah, aku juga menelan semua
liurnya tatkala dia meludahi mulutku. Terserahlah, apakah dia marah atau
bagaimana. Sepanjang dia merasa bebas, aku melayaninya. Hitung-hitung balas
budi. Hehehe
Aku
bergerak ke bawah, menjilati tiap inci sel kulitnya. Lehernya bahkan kuberi
tanda cupangan banyak sekali, walau aku tahu empat hari lagi dia akan menikah.
Peduli setan.
Ahh.. Don hhhsshh.. yanghh.. itu.. nikhhmatt, serunya tertahan ketika putingnya kusedot dan kujilati dengan bernafsu.
Ahh.. Don hhhsshh.. yanghh.. itu.. nikhhmatt, serunya tertahan ketika putingnya kusedot dan kujilati dengan bernafsu.
Tanganku
merayap ke bawah dan membelai lubang kemaluannya yang masih basah. Aku terus
merangkak turun, menjilati perutnya dan mengelus pahanya dengan nakal.
Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya, terkuaklah liang kemaluan
yang kumakan tadi. Kali ini bentuknya sudah berbeda. Lubangnya agak menganga
seperti luka lecet, namun tidak berdarah. Segera kujilati lagi untuk kesekian
kalinya. Donn.. enakhh.. nikmathh
Jari
telunjukku kumasukkan lembut ke lubang itu sambil menjilati kemaluannya
sesekali. Aduhhh duh enaknyaa Don.. jangan berhenti, serunya sambil
menggelinjang hebat. Pinggul itu bergerak liar mendesak mulutku. Kutindih dia
dan kuarahkan batang kemaluanku. Uhhh ssshh, serunya sesak ketika batang
kemaluanku kuhantamkan ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan membuat
erangannya semakin ganas. Tentu saja aku semakin beringas. Siapa tahan.
Donhhh
bajiingann! untuk kesekian kalinya dia mengumpatku.
Entah
apa maksudnya. Kali ini dia sangat menikmati permainan (setidaknya secara
fisik, entahlah kalau perasaannya). Kepalanya terlempar ke sana ke mari dan
nafasnya mendesah hebat.
Lin punyaahh.. kamuu assiikkh.. ahh, seruku ketika denyutan liang kemaluannya terasa sekali menekan batang kemaluanku. Kubalik dia, sehingga sekarang posisinya di atas.
Lin punyaahh.. kamuu assiikkh.. ahh, seruku ketika denyutan liang kemaluannya terasa sekali menekan batang kemaluanku. Kubalik dia, sehingga sekarang posisinya di atas.
Don..
aku.. akan.. bunuh kamuu.. suatu.. saat..
Silakan..
saajahh
Kami
berdua berbicara tak karuan.
Oughhh
aihhh.. sshh, teriaknya menggelinjang sambil mencabuti bulu-bulu dadaku. Aku
merasa kesakitan. Tapi biarlah. Dia sepertinya sangat menyukai.
Donh
kamu kamu dia tidak melanjutkan kata-katanya.
Tiba-tiba..,
Donhhh Donhhh bajingan ah serunya keras sekali, sambil menggoyang pantatnya
dengan cepat dan menari-nari seperti kilat. Bunyi becek di bawah sana
menandakan dia kembali orgasme. Tapi goyangannya tidak surut.
Kucabut
batang kemaluanku dan menyuruhnya membelakangiku sambil berpegangan pada sisi
ranjang. Kuarahkan batang kemaluanku dari belakang dan, Oughhh oughhh oughhh
oughhh tiap sodokanku ditanggapinya dengan seruan liar.
Kugenjot
terus sambil meremasi kedua susunya yang ikut bergoyang. Lama kami pada posisi
itu, tiba-tiba aku didorongnya dan dia berdiri di hadapanku. Aku ditamparnya
keras dan memelukku erat. Ditariknya aku ke ranjang dan memegang kemaluanku.
Ditindihnya aku, dia sendiri yang menghunjamkan kemaluanku ke liang
kewanitaannya.
Rasakan
nihhh bajingan shhhh, teriaknya sambil menari-nari di atasku. Aku tahu dia akan
orgasme lagi.
Aduh..Lin..
pekikku tertahan ketika sekarang dia malah menggigit punggungku.
Don
Don dia berseru kencang dan memeluk erat kepalaku di dadanya. Kupeluk juga dia
dan mengangkatnya. Kami berdiri di lantai. Dengan posisi ini aku bisa
menyodoknya dengan sangat keras. Kurapatkan ke dinding, dan kupompa sekuat
tenaga.
Lin
ahshhh
Donhhh
Aku
mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Dia memelukku erat sekali. Kami
berdua ngos-ngosan. Kuangkat dia ke ranjang. Kami terkulai lemas. Kutarik
kemaluanku yang melemah dengan pelan. Kutarik sprei itu karena sudah berisi
noda darah dan bercak cairan yang beragam. Kami tergeletak berdampingan, tanpa
pakaian.
Don
kamu berhutang padaku, suatu saat aku pasti menagihnya.
Hutang
apa? tanyaku.
Dia
tidak menjawab. Dengan perlahan dia memejamkan mata dan tertidur. Kupandangi
wajahnya yang cantik. Tampak lelah. Hmm beruntung sekali calon suaminya. Kuelus
rambutnya yang lurus indah dengan lembut. Kuciumi keningnya dan kupeluk dia.
Aku membenamkan wajahku di dadanya dan terlelap bersama.
Besoknya
kami bangun bersamaan, masih berpelukan. Aku sadar, dia tidak punya pakaian
lagi. Segera aku keluar dan pergi ke toko terdekat. Kubeli T-shirt dan celana
pendek. Ketika kembali ke kamar, dia membisu dan tak mau menjawab pertanyaanku.
Didiamkan begitu aku tak ambil pusing. Kupakaikan T-shirt dan celana pendek ke
tubuhnya. Dia masih tetap membisu.
Ayo
pulang ajakku. Dia melangkah lunglai. Kugandeng dia ke mobil, kududukkan di jok
depan. Setelah isi kamar sudah kurapikan, aku langsung menyetir mobil.
Sepanjang jalan dia hanya diam membisu.
Lin
aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi, satu hal yang aku minta darimu jangan
membenciku untuk apa yang kuperbuat. Bencilah kepadaku karena aku bukanlah
calon suamimu, kataku agak kesal dengan sedikit berdiplomasi. Dia memandangku
dengan gundah. Namun tetap membisu. Sampai di daerah rumahnya pun dia tetap
diam.
Oke..
Lin aku tak tahu apa yang kamu inginkan. Jika ada yang ingin kamu utarakan,
lakukanlah sekarang sebelum aku pergi. Dia hanya diam membisu. Dipandanginya
aku agak lama. Karena tidak ada jawaban, kudekati dia dan kucium tangannya. Dia
tidak bereaksi. Bye.. Lin.. Aku segera beranjak pergi.
Empat
hari kemudian aku memang secara diam-diam mendatangi daerah rumahnya. Benar,
dari informasi yang kudapat dia memang sedang melangsungkan resepsi pernikahan
di sebuah Resto mewah di pusat kota.
Tapi
aku tidak pergi melihatnya. Siapa tahu itu hanya akan jadi luka baru baginya.
Pertemuanku terakhir dengannya terjadi di salah satu kafe di Surabaya. Saat
group-ku manggung, aku melihatnya duduk di depan bersama seseorang (mungkin
suaminya).
Lagu
ini kupersembahkan buat seorang wanita paling indah yang pernah mewarnai
perjalanan hidupku, aku pun segera menyanyikan tembang Mi Corazon dengan
penghayatan yang dalam. Dia menikmatinya dengan tatapan syahdu ke arahku. Tentu
saja tak seorang pun pernah tahu, bahwa sesuatu pernah terjadi di antara kami.
Sekarang
setahun sudah lewat. Dia pernah juga meneleponku dan bilang kalau dia sedang
hamil tujuh bulan. Ketika kutanya dimana dia saat itu, telepon segera
ditutupnya. Well, ternyata aku pun sedang mengalami pemerkosaan darinya.
Download Video Gratis
BalasHapusfilm bokep
film bokep asia
film bokep jepang
film bokep korea
film bokep indo
JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI
BalasHapusada promo bnus deposit
dan jackkpot
HUBUNGI KONTAK Kami
BBM : D8E23B5C
WHAT APPS : +85581569708
LINE : togelpelangi
WE CHAT : togelpelangi
LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET
Ayo coba keberuntungan anda
jutaan rupiah menunggu anda