Nafsuku Dipuaskan Om Haikal

Nafsuku Dipuaskan Om Haikal


Nafsuku Dipuaskan Om Haikal
Nafsuku Dipuaskan Om Haikal

Bandar Ceme - Om Haikal, 47 tahun juga cukup dikenal akrab oleh Rita karena
dia sering bertandang di rumah sahabatnya ini. Pada penampilan luarnya Om Haikal
bertampang simpatik dan malah kelihatan sebagai orang alim, tapi kenapa sampai
bisa berhubungan dengan Rita ini awalnya cukup konyol. Secara kebetulan
keduanya saling kepergok di sebuah hotel ketika masing-masing akan melakukan
perbuatan iseng. Om Haikal saat itu sedang menggandeng seorang pelacur langganan
tetapnya dan Rita saat itu sedang digandeng dr.Hadi.
Keduanya jelas-jelas bertemu di sini sama-sama tidak bisa
mengelak. Tentu saja sama-sama kaget tapi masing-masing cepat bisa bersandiwara
pura-pura saling tak kenal.
Kelanjutan dari itu masing-masing sepakat bertemu di kesempatan
tersendiri untuk saling menjelaskan dan membela diri. Bahwa kalau Rita mengaku
hubungannya dengan dr.Hadi karena kena bujuk rayu diajak beriseng dan cuma
dengan laki-laki itu saja, sedang Om Haikal mengaku bahwa dia terpaksa mencari
pelarian karena Tante Vera, istrinya, katanya sudah kurang bergairah
menjalankan kewajibannya sebagai istri di ranjang. Masuk akal bagi Rita karena
dilihatnya Tante Vera yang gemuk itu memang lebih sibuk di luar rumah mengurus
bisnis berliannya ketimbang mengurus suami dan keluarganya. Itu sebabnya Hanin,
salah satu anaknya juga jadi bebas dan liar di luaran.
Dari pertemuan itu masing-masing nampak sama ketakutan kalau
rahasianya terbongkar di luaran. Rita takut hubungannya dengan dr.Hadi didengar
orang tuanya sedang Om Haikal juga lebih takut lagi nama baiknya jadi rusak.
Berikutnya karena terlanjur sudah saling terbuka kartu masing-masing, keduanya
yang berusaha agar saling menutup mulut jangan membuka rahasia ini justru
menemukan cara tersendiri yaitu dengan membuat hubungan gelap satu sama lain.
Ide ini terlontar oleh Om Haikal yang coba merayu Rita ternyata diterima baik
oleh Rita.
Singkat cerita kesepakatan pun tercapai, cuma ketika
menjelang janji bertemu di suatu tempat di mana Om Haikal akan menjemput dan
membawa Rita ke sini, Rita meskipun melihat tidak ada salahnya mencoba iseng
dengan Om Haikal tidak urung berdebar juga jantungnya. Tegang karena partner kali
ini hubungannya terkait dekat. Sekali meleset dan terbongkar bisa fatal urusan
malunya. Begitu juga waktu sudah semobil di sebelah Om Haikal, sempat kikuk malu
dia dengan laki-laki yang ayah sahabatnya ini.
Pasalnya Om Haikal yang sebenarnya juga sama tegang karena
kali ini yang dibawa adalah teman dekat anak gadisnya, dia hampir tidak ada
suaranya dan pura-pura sibuk menyetir mobilnya sehingga Rita didiamkan begini
jadi salah tingkah menghadapinya. Tapi waktu sudah masuk kamar sini
dan mengawali dengan duduk ngobrol dulu merapat di sofa, di situ mulai ke luar
keluwesan Om Haikal dalam bercumbu. Rita pun mulai lincah seperti biasa pembawaannya
kalau sedang menghadapi dr.Hadi. Genit manja jinak-jinak merpati membuat si Om
tambah penasaran terangsang kepadanya. Waktu itu dengan mesra Om Haikal
menawarkan makan pada Rita tapi ditolak karena masih merasa kenyang.
“Aku minta rokoknya Om.. Rita pengen ngerokok.” pinta Rita
sebagai alternatif tawaran Om Haikal.
“Oh ngerokok juga? Iya ada, mari Om yang pasangin. Om nggak
tau kalo Rita juga ngerokok.”
“Cuma sekali-sekali aja, abis deg-degan pergi sama Om ke Sini.”
jelas Rita menunjukan kepolosannya.
“Kok sama, Om juga sempat tegang waktu bawa Rita di mobil
tadi, takut kalo ada yang ngeliat.”
Masing-masing sama mengakui apa yang dirasakan selama dalam
perjalanan. Rita mulai menggoda Om Haikal.
“Masa udah tegang duluan, kan belum apa-apa Om?” godanya
dengan genit.
“Oo yang itu memang belum, tapi jantungnya yang tegang.”
jawab Om Haikal setelah membakar sebatang rokok buat Rita yang sudah langsung
menjulurkan tangannya, tapi masih belum diberikan oleh Om Haikal.
“Mana, katanya mau pasangin buat Rita?”
“Sebentar, sebelum ngerokok bibirnya Om musti cium dulu..”
Menutup kalimatnya Om Haikal langsung menyerobot bibir Rita
memberinya satu ciuman bernafsu, dibiarkan saja oleh Rita hanya setelah itu dia
menggigit bibir malu-malu manja menyandarkan kepalanya di dada Om Haikal sambil
menyelingi dengan merokok yang sudah diterimanya dari Om Haikal. Melihat ini Om Haikal
semakin berlanjut.
“Bajunya basah keringetan nih, Om bukain ya biar nggak
kusut?” katanya menawarkan tapi sambil tangannya yang memeluk dari belakang
mulai mencoba melepas kancing baju Rita.
Lagi-lagi Rita tidak menolak. Dengan gaya acuh tak acuh
sibuk mengisap rokoknya, dia membiarkan Om Haikal bekerja sendiri malah dibantu
menegakkan duduknya agar kemejanya dapat diloloskan dari lengannya membuat dia
tinggal mengenakan kutang saja. Rita memang sudah terbiasa bertelanjang di
depan lelaki, jadi santai saja sikapnya. Tetapi ketika tangan Om Haikal
menyambung membuka reitsleting belakang rok jeans-nya dan dari situ akan
meloloskan rok berikut celana dalamnya, baru sampai di pinggul Rita
menggelinjang manja.
“Ngg.. masak aku ditelanjangin sendiri, Om juga buka dulu
bajunya?”
“Iya, iya, Om juga buka baju Om..”
Segera Om Haikal melucuti bajunya satu persatu sementara Rita
bergeser duduknya ke sebelah. Berhenti dengan hanya menyisakan celana dalamnya,
dia pun beralih untuk meneruskan usahanya melepas rok Rita. Sekarang baru
dituruti tapi juga sama menyisakan celana dalamnya. Tentu saja Om Haikal mengerti
bahwa Rita masih malu-malu, dia tidak memaksa dan kembali menarik Rita
bersandar dalam pelukan di dadanya. Di situ dia mulai dengan mengecup pipi Rita
sambil mengusap-usap pinggang bergerak meremas lembut masing-masing pangkal
bawah susu si gadis yang masih tertutup kutangnya.
“Rita kurus ya Om?” tanya Rita sekedar menghilangkan salah
tingkah karena susunya mulai digerayangi Om Haikal.
“Ah nggak, malah bodimu bagus sekali Ta.” jawab Om Haikal
memuji Rita apa adanya karena memang tubuh gadis ini betul-betul berlekuk indah
menggiurkan.
“Tapi Om kan senengnya sama yang mantep, yang hari itu Rita
liat ceweknya montok banget..”
“Iya tapi orangnya jelek, udah tua. Abisnya nggak ada lagi
sih? Maunya nyari yang cakep kayak Rita gini. Kalo ini baru asyik..” rayu Om Haikal
sambil kali ini mencoba untuk membuka pengait bra Rita yang kebetulan terletak
di bagian depan.
“Om sih ngerayu. Buktinya belon apa-apa udah bilang asyik
duluan?”
“Justru karena yakin maka Om berani bilang gitu. Coba aja
pikir, ngapain Om sampe berani ngajak Rita padahal jelas-jelas udah tau temen
baiknya Hanin, ya nggak? Kalo bukan lantaran tau kapan lagi dapet asyik
ditemenin cewek secakep Rita, tentu Om nggak akan nekat gini. Udah lama Om
seneng ngeliat kamu Di.”
Rita kena dipuji rayuan yang memang masuk akal ini kontan
berDiar-Diar bangga di wajahnya. Perempuan kalau terbidik kelemahannya langsung
jadi murah hati, segera mandah saja dia membiarkan kutangnya dilepas sekaligus
memberikan kedua susu telanjangnya yang berukuran sedang membulat kenyal mulai
diremas tangan Om Haikal.
“Emangnya, Om seneng sama Rita sejak kapan? Kayaknya sih Rita
liat biasa-biasa aja?”
“Dari Rita mulai dateng-dateng ke rumah Om udah ketarik sama
cantiknya, cuma masak musti pamer terang-terangan?
Tiap kali ngeliat rasanya gemeesss sama kamu..” bHaikalanya
menyebut begitu sambil secara tidak sengaja memilin puting susu di tangannya
membuat si gadis lagi-lagi menggelinjang manja.
“Aaa.. gemes mau diapain Om?!”
“Gemes mau dipeluk-pelukin gini, dicium-ciumin gini, atau
juga diremes-remesin gini.. sshmmm..” jawab Om Haikal dengan memperlihatkan
contoh cara dia mendekap erat, mengecup pipi dan meremas susu Rita.
“Terusnya apalagi?”
“Terusnya yang terakhir ininya.. Apa sih namaya ini?” tanya
canda Om Haikal yang sebelah tangannya sudah diturunkan ke selangkangan
Rita, langsung meremas bukit vagina yang menggembung dan
merangsang itu.
“Itu bilangnya.. memek.” jawab Rita dengan menoleh ke
belakang sambil menggigit kecil bibir Om Haikal. Bahasanya vulgar tapi Om Haikal
malah senang mendengarnya.
“Iya, kalau memek Rita ini dimasukin Om punya, boleh kan?”
“Dimasukin apa Om..?”
“Ini, apa ya bilangnya?” tanya lagi Om Haikal dengan mengambil
sebelah tangan Rita meletakkan di jendulan penisnya.
“Aaa.. ini kan bilangnya ******.. Dimasukin ini bahaya, kalo
hamil malah ketauan orang-orang Om?” Rita bergaya pura-pura takut tapi tangannya
malah meremas-remas jendulan penis itu.
“Jangan ambil bahayanya, ambil enaknya aja. Nanti Om beliin
pil pencegah hamilnya.”
“Tapinya sakit nggak?” tanya Rita sambil mematikan rokoknya
ke asbak.
“Kalo udah dicoba malah enak. Yuk kita pindah ke tempat tidur?”
Om Haikal mengajak tapi sambil membopong Rita pindah ke tempat tidur untuk masuk
di babak permainan cinta.
Di Sini Rita mulai memasrahkan diri ketika tubuhnya mulai
digeluti kecup cium dan raba gemas yang menaikan birahi nafsunya. Rita sudah
pernah begini dengan dr.Hadi, caranya hampir sama dan dia senang digeluti
laki-laki yang sudah berumur seperti ini. Karena mereka bukan hanya lebih
pengalaman tapi juga lebih teliti jika mengecapi tubuh perempuan, apalagi gadis
remaja seperti dia. Asyik rasanya menggeliat-geliat, merengek-rengek manja
diserbu rangsangan bernafsu yang bertubi-tubi di sekujur tubuhnya.
“Ahahhggg.. gellii Omm.. Sshh.. iihh.. Om sakit gitu..
sssh.. hnggg..”
Mengerang antara geli dan perih tapi dengan tertawa-tawa
senang, yang begini justru memancing si Om makin menjadi-jadi. Om Haikal yang
nampaknya baru kali ini bergelut dengan seorang gadis remaja cantik tentu saja
terangsang hebat, hanya saja dia sayang untuk terburu-buru dan masih senang
untuk mengecapi sepuas-puasnya tubuh mulus indah yang dagingnya masih padat
kencang ini. Dari semula saja dia sudah nekat melupakan bagaimana status
hubungannya dengan Rita apalagi setelah dilanda nafsu tinggi seperti ini. Anak
gadis teman baiknya dan sekaligus sahabat anaknya ini begitu merangsang
gairahnya membuat dia jadi terlupa segala-galanya.
Rita yang sudah memberi celana dalamnya diloloskan jadi
telanjang bulat sudah rata seputar tubuhnya dijilati dengan rakus. Diberi
bagian susunya dihisap saja sudah membuat Om Haikal buntu dalam asyik. Sibuk
mulutnya menyedot berpindah-pindah diantara kedua puncak bukit yang membulat
kenyal lagi pas besarnya itu, lebih-lebih waktu Rita di bagian terakhir
memberikan vaginanya dikecapi mulutnya. Jangan bilang lagi, seperti ******
kelaparan dia menyosor menjilat dan menyedot celah merangsang itu sampai tidak
peduli tingkatan kesopanan lagi.
Sahabat anak gadisnya yang biasanya hormat sopan kalau
datang ke rumahnya, sekarang santai saja menjambak rambutnya atau mendekap
kepalanya mempermainkan seperti bola kalau sosoran mulut rakusnya membuat geli
yang terlalu menyengat.
“Ssshh.. aahnggg.. geliii.. Omm..” Om Haikal seru memuasi rasa
mulutnya yang tentu saja membuat Rita terangsang tinggi dalam tuntutan
birahinya, tapi begitu pun jalan pelepasan yang diberikan si Om betul-betul
memuaskan sekali. Pada gilirannya Om Haikal merasa cukup dan menyambung untuk
mengecap nikmatnya jepitan ketat vagina muda si gadis, di ranjanglah baru
terasa asyiknya penis ayah sahabatnya.
Sewaktu partama dimasuki, Rita masih memejamkan mata, dia
baru tersadar ketika batang itu sudah setengah terendam di vaginanya. Agak
ketat sedikit rasanya. Membuka mata melirik ke bawah, dia langsung bisa
mengira-ngira seberapa besar batang itu. “Aahshh..” dia mengerang dengan
gemetar kerinduan nafsunya hanya saja tangannya mengerem pinggul Om Haikal agar
tidak sekaligus tancap masuk. Meskipun tidak diutarakan Rita lewat kata-kata
tapi Om Haikal mengerti maksudnya. Dia meredam sedikit emosinya dan menusuk
sambil membor penisnya lebih kalem.
Di situ batang penis Ritahan terendam sebentar untuk membawa
dulu tubuhnya turun menghimpit Rita lalu dari situ dia berlanjut membor sambil
mulai memompa pelan naik turun pantatnya. Untuk beberapa saat masuknya batang
diterima Rita masih agak tegang, tapi ketika terasa mulai licin dan sudah mulai
bisa menyesuaikan dengan ukuran Om Haikal. Dia pun mulai meresapi nikmatnya
batang Om Haikal.
“Wihhh.. ennaak sekalii!” begitu ketat dan begitu mantap
gesekannya membuat Rita langsung terbuai dengan nikmat sanggama yang baru
dibukanya dengan batang kenikmatan Om Haikal. Saking asyiknya kedua tangan dan
kakinya naik mencapit tubuh Om Haikal seolah-olah menjaga agar kenikmatan ini
tidak dicabut lepas sementara dia sendiri mulai ikut aktif mengimbangi kocokan
penis dengan putaran vaginanya yang mengocok.
Disambut kehangatan begini Om Haikal tambah bersemangat
memompa, semakin lebih terangsang dia karena Rita meskipun tidak bersuara tapi
gayanya hangat meliuk-liuk setengah histeris. Bergerak terus dengan tangan
menggaruk kepala Om Haikal, kakinya yang membelit tidak ubahnya bagai akan
memanjat tubuh si Om. Kelihatan repot sekali gerak sanggamanya
yang seperti tidak bisa diam itu, apalagi ketika menjelang sampai ke puncak
permainan, tambah tidak beraturan Rita menggeliat-geliat. Sementara itu si Om
yang sudah serius tegang juga hampir mencapai ejakulaDiya.
Beberapa saat kemudian keduanya tiba dalam orgasme secara
bersamaan. Rita yang mulai duluan dengan memperketat belitannya.
“Aduuhh.. ayyuhh.. Omm.. shh.. ahgh.. iyya.. duhh.. aahhh..
hgh.. aaahh.. aeh.. ahduhh.. sshhh Om.. hheehh.. mmhg.. ayoh.. Di..” saling
bertimpa kedua suara masing-masing mengajak untuk melepas seluruh kepuasan
dengan sentakan-sentakan erotis. Sama-sama mendapatkan kenikmatan dan kepuasan
dalam jumpa pertama ini, sehingga ketika mereda keduanya pun menutup dengan
saling mengecup mesra, gemas-gemas sayang tanda senangnya.
Begitu nafas mulai tenang, Rita memberi isyarat menolak
tubuh Om Haikal meminta lepas, tapi sementara si Om berguling terlentang di
sebelah, dia sudah mengejar, memeluk dengan memegang batangnya dan merebahkan
kepalanya di dada Om Haikal. Meremas-remas gemas sambil memandangi batang yang
masih mengkilap lengket itu.
“Bandel nihh.. maen nyodok aja?” komentar Rita sambil
menarik penis Om Haikal.
“Abis kamunya juga bikin penasaran aja sih?” balas Om Haikal
dengan tangannya merangkul leher bermain lagi di susu Rita.
“Om seneng ya sama aku?”
“Oo.. jelas suka sekali Sayaang.. Abis, kamu memang cantik,
memeknya juga enak sekali..” kali ini dagu Rita diangkat, bibirnya digigit
gemas oleh Om Haikal.
Rita langsung berDiar bangga dengan pujian itu. Itu
pembukaan hubungan gelap mereka yang sejak itu berlangsung secara
sembunyi-sembunyi dengan jadwal rutin karena masing-masing seperti merasa
ketagihan satu sama lain. Om Haikal jelas senang dengan teman kencan yang cantik
menggiurkan ini. Permainan selalu memilih tempat di sini di luar kota tapi
sekali pernah Rita mendapat pengalaman yang unik serta konyol di rumah Om Haikal
sendiri.
Suatu hari Tante Vera sedang berbisnis ke luar kota ketika Rita
datang bertandang siang itu untuk menemui Hanin  Kedua gadis itu
memang membuat janji akan jalan-jalan ke mall sore nanti tapi karena waktunya
masih jauh, Hanin mempergunakannya untuk keluar rumah sebentar. Om Haikal yang
membuka pintu dan dia sendiri ketika melihat ada peluang yang baik langsung
memanfaatkannya, karena begitu Rita masuk sudah disambut dengan telunjuk di
bibir memaksudkan agar Rita tidak bersuara. Rita sempat heran tapi ketika
digandeng ke kamar Om Haikal dia kaget juga, segera mengerti tujuannya.
“Iddihh Om nekat.. nanti ketauan Om.. Hanin memangnya ke
mana?” katanya tapi dengan nada berbisik panik.
“Sst tenang aja.. Kita aman, Hanin lagi pergi sebentar,
Tante lagi keluar kota sedang Hari lagi tidur..” jelas Om Haikal. Hari adalah
adik laki-laki Hanin yang duduk di kelas III SMP. Masih ada seorang lagi adik Hanin
bernama Hendi yang duduk di kelas I SMA tapi dia tinggal dengan neneknya di
Malang.
“Iya tapi gimana kalo Hanin dateng Om?”
“Kan nggak ada yang tau kalau Rita udah di sini. Mereka
nggak bakalan berani masuk kamar Om. Acaramu kan Om denger masih nanti malem,
kita bikin sebentar di sini yaa?”
“Tapi Om.?”
“Udahlah di sini aja dulu, Om mau ke luar sebentar. Tuch
denger, kayaknya Hari udah bangun. Nih, Om tebus waktumu untuk jajan-jajan sama
Hanin nanti,” kata Om Haikal langsung memotong protes Rita dengan mengulurkan
sejumlah uang yang cepat diambilnya dari dompetnya untuk membujuk Rita.
Setelah itu segera dia keluar kamar meninggalkan Rita yang
karena merasa sudah terjebak terpaksa tidak berani keluar takut kepergok Hari.
Melirik uang yang digenggamnya sepeninggal Om Haikal, hati Rita menjadi lunak
lagi karena si Om memang pintar mengambil hati dan selalu royal memberi jumlah
yang cukup menghibur. Meskipun begitu dia menguping dari balik pintu
mendengarkan situasi di luar dengan hati berdebar tegang.
“Pak, barusan kayaknya ada yang dateng kedengeran pintu
kebuka?” terdengar suara Hari menanyai ayahnya.
“Ah nggak ada siapa-siapa kok, barusan memang Bapak yang
buka pintu.”
Baru saja sampai percakapan ini, tiba-tiba terdengar suara
motor Hanin memasuki pekarangan. Tidak lama kemudian dia masuk ke rumah dan
terdengar menanyai adiknya.
“Har, barusan Mbak Rita Singgah ke sini nggak?”
“Nggak tau, aku juga baru bangun..”
“Oh ya? Padahal Mbak Hanin Singgah barusan ke rumahnya,
Mamahnya bilangnya ke sini?”
“Ya mungkin aja Rita tadi ke sini tapi ngira kamu nggak ada,
jadi pergi ke tempat lain dulu.” kali ini Om Haikal ikut menimbrung pembHaikalaan.
“Iya tapi aku ada janji sama dia nanti sore-sorean. ”
“Oo.. kalo gitu paling-paling sebentar juga ke Sini.” putus Om
Haikal menghibur anaknya.
Hening sebentar dan tidak lama kemudian terdengar suara Om Haikal
memesan kedua anaknya agar jangan ada tamu atau telepon yang mengganggunya
karena dia beralasan agak tidak enak badan dan akan tidur siang. Sesaat setelah
itu dia pun masuk disambut Rita yang bersembunyi di balik pintu langsung
mencubit gemas lengannya tapi tidak bersuara, geli dengan sandiwara yang
barusan didengarnya.
Om Haikal tersenyum dan menggayut pinggang Rita,
menggandengnya ke tempat tidur. Rita menurut karena tahu kalau menolak maka Om Haikal
akan membujuknya terus, daripada berlama-lama lebih baik memberi saja agar
waktunya lebih cepat selesai. Langsung diikutinya ajakan Om Haikal untuk membuka baju,
hanya saja masih bingung jika permainan telah usai.
“Tapi nanti aku ke luar dari Sininya gimana Om..?” tanyanya
sambil menyampirkan celana dalamnya sebagai kain penutup terakhirnya yang
dilepas.
“Gampang, Om pura-pura aja nyuruh mereka berdua keluar beli
makanan, di situ Rita bisa aman keluar dari Sini.”
“Ngg.. Om bisa aja akalnya..” Rita sedikit lega.
“Om kalo mikirin yang itu sih gampang. Sekarang yang Om
pikirin justru ngeluarin isinya barang ini yang enak gimana caranya.” timpal Om
Haikal seraya mendekatkan tubuhnya yang sudah sama bertelanjang bulat dan
mengambil tangan Rita untuk diletakkan di batang penisnya yang masih
menggantung lemas.
Rita malu-malu manja tapi tangannya langsung menangkap
batang itu, menarik-narik, melocoknya dengan genggaman kedua tangannya sambil
memandangi benda itu.
“Yang enak tuh kayak apa sih?” godanya mulai bersikap
manja-manja genit.
“Yang enaknya.. ya jelas pake ini Di.” jawab Om Haikal balas
menjulurkan tangannya meremas selangkangan Rita.
“Iddihh si OOm.. pengennya yang itu aja?” Rita pura-pura
jual mahal.
“Abisnya barang enak, jelas kepengen Di..” kata Om Haikal
sambil mulai mengajak Rita berciuman.
Rita memang memberi bibirnya tapi dia masih kelihatan
setengah hati untuk balas melumat hangat, terlebih ketika akan diajak naik
tempat tidur dia seperti merasa berat.
“Nggak enak ah Om, sungkan aku itu tempat tidurnya Tante..”
katanya mengutarakan perasaannya yang tidak enak untuk bermain cinta di tempat
tidur keluarga itu. Om Haikal rupanya bisa mengerti perasaan Rita, dia tidak
memaksa tapi menoleh sekeliling sebentar dan cepat saja menemukan cara yang
lain.
“Ya udah kalo gitu kita bikin sambil berdiri aja. Sini Om
yang atur, ya?” katanya sambil membawa Rita ke arah kaki tempat tidur dan
menyandarkan tubuh Rita di palang-palang besi tempat tidur itu.
Om Haikal memakai tempat tidur mahal tapi model kuno yang
terbuat dari besi lengkap dengan tiang-tiang penyangga kelambunya. Di situ
pantat Rita disandarkan di pagar bawah tempat tidur yang tingginya pas
menyangga pantatnya, sedang kedua tangannya diatur Om Haikal melingkar di
sepanjang besi melintang di antara dua tiang kelambu bagian kaki tempat tidur
yang tingginya setinggi punggung, sedemikian rupa sehingga tubuhnya tersandar
menggelantung di besi melintang itu hampir pada masing-masing ketiak Rita.
Suatu posisi yang unik untuk bersanggama dalam gaya berdiri karena setelah itu Om
Haikal mengambil dua ikat pinggang terbuat dari kain, lalu mengikat masing-masing
lengan Rita pada besi melintang itu.
Rita menurut saja memandangi geli sambil menunggu apa yang
selanjutnya akan dilakukan Om Haikal. Berikutnya barulah Om Haikal mulai merangsang
dengan menciumi dan menggerayangi sekujur tubuh Rita dari mulai atas hingga ke
bawah. Berawal mengerjai kedua susu Rita dengan remasan dan kecap mulutnya dan
kemudian berakhir mengkonsentrasikan permainan mulut itu di selangkangannya,
membuat Rita yang semula setengah hati mulai naik terangsang. Malah terasa
cepat karena posisi kedua tangannya tidak bisa ikut membalas ini menimbulkan
daya rangsang yang luar biasa. Apalagi ketika mulut Om Haikal mulai memberi rasa
geli-geli enak di vagina yang tidak bisa ditolak kepalanya kalau geli terlalu
menyengat.
Begitu tengah sedang asyik-asyiknya permainan pembukaan ini,
di teras depan Hanin terdengar mengalunkan suaranya berduet mengiringi Hari
dalam permainan gitarnya. Konyol memang buat Hanin, sahabat yang sedang
ditunggu-tunggu untuk janji pergi bersama, ternyata sudah sejak tadi ada di
dalam kamar rumahnya sendiri, sedang meliuk-liuk keenakan saat vaginanya
dikerjai mulut ayahnya, malah sudah tidak tahan rangsangan gelinya yang
menuntut untuk lebih terpuaskan lewat garukan mantap penis ayah Hanin sendiri.
“Ayyohh Om.. janggan lama-lama.. masukkin dulu Om punnyaa..”
bahkan rintih Rita sudah meminta Om Haikal segera mulai bersenggama. Om Haikal
tidak menunggu lebih lama. Dia segera bangun dan membawa penisnya yang setengah
menegang menempel di celah vagina Rita.
Membasahi dulu dengan ludahnya, menggosok-gosokan ujung
kepala bulatnya di klitoris Rita agar menjadi lebih kencang lagi,
baru setelah itu mulai diusahakan masuk ke dalam lubang vagina di depannya. Rita
menyambut seolah tidak sabaran, menjinjitkan kakinya untuk mengangkangkan
pahanya selebar yang bisa dilakukannya tanpa bisa membantu dengan tangannya.
Dia terpaksa menunggu Om Haikal bekerja sendiri menguakkan
bibir vagina dengan jari-jarinya agar bisa menyesapkan kepala penisnya terjepit
lebih dahulu, baru kemudian ditekan membor masuk. Meningkat kemudian lagu-lagu
cinta Hanin yang berduet dengan Hari mengalun romantis, ini senada dengan Rita
yang saat itu juga sedang merintih lirih, mengalunkan tembang nikmat ketika
vaginanya mulai disodok dan digesek ke luar masuk penis tegang Om Haikal.
“Ngghh.. OOmm.. Sssh.. hhshh.. ngghdduuh.. sshsmm.. hdduhh Omm..
ennakk.. sshhh.. mmmh.. heehhs.. adduhh..” mengaduh-aduh rintih suaranya tapi
bukan kesakitan melainkan sedang larut dalam nikmat.
Kalau tadi Rita masih setengah hati untuk melayani nafsu Om Haikal,
sekarang dia juga ikut merasa keenakan, karena bermain dalam variasi posisi
berdiri ini terasa santai dan mengasyikan sekali baginya. Tidak repot menahan
tubuhnya tetap berdiri karena bisa menggelantung dengan kedua lengannya, sambil
menerima tambahan enak tangan Om Haikal yang meremas-remas kedua susunya,
memilin-milin geli putingnya, dia juga bisa ikut mengimbangi sodokan penis ini
dengan kocokan vaginanya.
Malah tidak berlama-lama lagi, ketika Om Haikal sudah serius
tegang akan tiba dipuncaknya Rita pun mengisyaratkan tiba secara bersamaan.
“Aduuhh.. Omm.. ayoo.. sshh.. duh Rita mau keluarr.. sssh.. hhgh.. OOmm..”
desah Rita tertahan. “Aduhhssh.. Iya ayoo Di.. Om juga sama-samaa.. aahghh..”
segera mengejang Rita menyentak-nyentak ketika orgasme sinikuti Om Haikal tiba di
ejakulasinya. Cerita Dewasa ini pun usai dengan kepuasan sebagaimana biasa yang
didapati keduanya setiap mengakhiri jumpa cinta mereka.



0 komentar:

Posting Komentar