Bersetubuh Sembunyi-Sembunyi
Bersetubuh Sembunyi-Sembunyi |
Bandar Ceme - Namaku Della
tapi teman-teman biasa memanggilku Della. Aku dilahirkan dari keluarga yang
serba berkecukupan dan aku hanya mempunyai satu saudara kandung laki-laki,
praktis semua permintaan dan kebutuhanku selalu dipenuhi oleh kedua orang
tuaku.
Aku benar benar sangat di manja
oleh mereka. Ayahku berasal dari negeri Belanda, sedangkan ibuku berasal dari
Menado, aku bersyukur karena seperti gadis peranakan pada umumnya, aku pun
tumbuh menjadi gadis yang berwajah cukup cantik.
kisah nyata kiriman pembaca Cerita Sex Dewasa Saat ini usiaku 24 tahun, wajahku
cantik dan kulitku putih mulus, rambutku lurus dan panjang sampai di bawah
bahu, tubuhku pun termasuk tinggi dan langsing dipadu dengan ukuran buah dada
yang termasuk besar untuk ukuran gadis seusiaku, ditambah lagi, aku sangat
rajin merawat tubuhku sendiri supaya penampilanku dapat terus terjaga.
“Wah.. Aku belum sempat potong
rambut nih..” gumamku sambil terus mematut diri di depan cermin sambil
mengenakan pakaianku. Hari ini aku memakai setelan rok coklat tua dan kemeja
putih berkerah, lalu aku padukan dengan blazer coklat muda. Aku merasa tampil
makin cantik dengan pakaian kesayanganku ini, membuat aku tambah percaya diri.
Singkat cerita, aku telah
sampai di kota tempatku akan bekerja. Aku langsung menuju kantor cabangku
karena aku harus segera melapor dan menyelesaikan pekerjaan.
Sesampai di depan kantor
suasananya terlihat sangat sepi, di lobby kantor hanya terlihat dua orang
satpam yang sedang bertugas, mereka mengatakan bahwa seluruh karyawan sedang
ada pelatihan di gedung sebelah. Dan mereka juga berkata bahwa aku sudah
ditunggu oleh Pak Robby di ruangannya di lantai dua, Pak Robby adalah pimpinan
kantor cabang di kota ini.
“Selamat siang..! Kamu Della
kan..?” sambut Pak Robby ramah sambil mempersilakan aku duduk.
“Iya Pak.. Tapi saya biasa di
panggil Della..” jawabku sopan.
Pak Robby kemudian mengajukan
beberapa pertanyaan kepadaku, sambil sesekali menanyakan keadaan para pegawai
di kantor pusat. Cukup lama juga aku berbicara dengan Pak Robby, hampir lima
belas menit, padahal sebenarnya, aku harus ke gedung sebelah untuk mengikuti
diklat, tapi Pak Robby terus saja menahanku dengan mengajakku berbicara.
Sebenarnya aku sedikit risih
dengan cara Pak Robby memandangku, mulutnya memang mengajukan pertanyaan
kepadaku, tapi matanya terus memandangi tubuhku, tatapannya seperti hendak
menelanjangiku.
Dia memperhatikanku mulai dari
ujung kaki sampai ujung kepala, sesekali pandangannya tertumpu di sekitar paha
dan buah dadaku. Aku agak menyesal karena hari ini aku mengenakan rok yang agak
pendek, sehingga pahaku yang putih jadi sulit untuk kusembunyikan.
Dasar mata keranjang, sungutku
dalam hati. Baru tak berapa lama kemudian pembicaraan kami pun selesai dan Pak Robby
beranjak ke arah pintu mempersilakanku untuk mengikuti diklat di gedung
sebelah.
“Terima kasih Pak.. Saya
permisi dulu..” jawabku sambil beranjak ke arah pintu.
Perasaanku langsung lega karena
dari tadi aku sudah sangat risih dengan pandangan mata Pak Robby yang seperti
hendak menelanku bulat bulat. Pak Robby membukakan pintu untukku, aku pun
berterima kasih sambil berjalan melewati pintu tersebut.
Tapi aku kaget bukan kepalang
saat tiba tiba rambutku dijambak dan ditarik oleh Pak Robby, sehingga aku
kembali tertarik masuk ke ruangan itu, lalu Pak Robby mendorongku dengan keras
sehingga aku jatuh terjerembab di atas sofa tempat tadi aku duduk dan berbicara
dengan Pak Robby.
“Apa yang Bapak lakukan..?? Mau
apa Bapak..?” jeritku setengah bergetar sambil memegangi kepalaku yang sakit
akibat rambutku dijambak seperti itu.
Pak Robby tidak menjawab, dia
malah mendekatiku setelah sebelumnya menutup pintu ruangannya. Sedetik kemudian
dia telah menyergap, mendekap dan menggumuliku, nafasnya mendengus menghembus
di sekitar wajahku saat Pak Robby berusaha menciumi bibirku
“Jangan.. Jangann..!
Lepasskan.. Ssaya..!” jeritku sambil memalingkan wajahku menghindari terkaman
mulutnya.
“Diam..!!” bentaknya mengancam
sambil mempererat pelukannya pada tubuhku.
Aku terus meronta sambil
memukulkan kedua tanganku ke atas pundaknya, berusaha melepaskan diri dari
dekapannya, tapi Pak Robby terus menghimpitku dengan erat, nafasku sampai
tersengal sengal karena terdesak oleh tubuhnya.
Bahkan sekarang Pak Robby telah
mengangkat tubuhku, dia menggendongku sambil tetap mendekap pinggangku, lalu
dia menjatuhkan dirinya dan tubuhku di atas sofa dengan posisi aku ada di
bagian bawah, sehingga kini tubuhku tertindih oleh tubuhnya.
Aku terus menjerit dan meronta,
berusaha keluar dari dekapannya, lalu pada satu kesempatan aku berhasil
menendang perutnya dengan lututku hingga membuat tubuhnya terjajar ke belakang.
Dia terhenyak sambil memegangi perutnya, kupergunakan kesempatan itu untuk
berlari ke arah pintu.
Aku hampir sampai di pintu
keluar saat tubuhku kembali tertarik ke belakang, rupanya Pak Robby berhasil
menggapai blazerku dan menariknya hingga terlepas dari tubuhku, sesaat kemudian
aku sudah berada di dalam dekapannya kembali.
“Bajingann..! Lepaskan saya..!”
jeritku sambil memakinya.
Tenagaku sudah mulai habis dan
suaraku pun sudah mulai parau, Pak Robby masih terus memelukku dari belakang
sambil mulutnya berusaha menciumi leher dan tengkukku, sementara tangannya
menelikung kedua tanganku, membuat tanganku terhimpit dan tidak dapat bergerak.
“Jangann..! Biadab.. Lepaskan
sayaa..!” aku kembali menjerit parau.
Air mataku sudah meleleh
membasahi pipiku, saat tangan Pak Robby membetot keras kemeja putihku, membuat
seluruh kancingnya terlepas dan berjatuhan di atas lantai.
Sekarang tubuh bagian atasku
menjadi setengah terbuka, mata Pak Robby semakin melotot melihat buah dadaku
yang masih terlindung di balik bra hitamku, setelah itu, dia menarik kemeja
yang masih menempel di bahuku, dan terus menariknya sampai menuruni lenganku,
sampai akhirnya Pak Robby menggerakkan tangannya, melemparkan kemeja putihku
yang telah terlepas dari tubuhku.
“Lepasskann..!!” jeritku saat
satu tangannya mulai bergerak meremasi sebelah payudaraku.
Tubuhku mengelinjang hebat
menahan ngilu di buah dadaku, tapi dia tidak berhenti, tangannya malah semakin
keras meremas buah dadaku.
Seluruh tubuhku bergetar keras
saat Pak Robby menyusupkan tangannya ke balik bra hitamku dan mulai kembali
meremas payudaraku dengan kasar, sambil sesekali menjepit dan mempermainkan
puting buah dadaku dengan jarinya, sementara mulutnya terus menjilati leherku
dengan buas.
Pak Robby sudah akan menarik
lepas bra yang kukenakan, saat pada saat yang bersamaan pintu depan ruangannya
terbuka, dan muncul seorang laki laki dengan wajah yang tampak kaget.
“Ada apa nih Pak Robby..?”
serunya, sambil memandangi tubuhku.
“Lepaskan saya.. Pak..! Tolong
saya..! Pak Robby akan memperkosa saya..!” jeritku memohon pertolongan dari
orang itu.
Perasaanku sedikit lega saat
laki-laki itu muncul, aku berharap dia akan menolongku. Tapi perkiraanku
ternyata salah..
“Wah Pak.. Ada barang baru lagi
nih. Cantik juga..!” seru laki-laki itu sambil berjalan mendekati kami, aku
langsung lemas mendengar kata-katanya, ternyata laki laki ini sama bejatnya
dengan Pak Robby.
“Ada pesta kecil..! Cepat
Han.!! Lu pegangi dia..! Cewek ini binal banget” jawab Pak Robby sambil tetap
mendekap tubuhku yang masih terus berusaha meronta.
Sedetik kemudian laki-laki itu
sudah berada di depanku, tangannya langsung menggapai dan merengkuh pinggangku
merapatkan tubuhnya dengan tubuhku, aku benar-benar tidak dapat bergerak,
terhimpit oleh laki-laki itu dan Pak Robby yang berada di belakangku, lalu
tangannya bergerak ke arah bra-ku, dan dengan sekali sentak, dia berhasil
merenggut bra itu dari tubuhku.
“Tidak.. Tidak..! Jangan
lakukan..!!” jeritku panik.
Tangisku meledak, aku begitu
ketakutan dan putus asa hingga seluruh bulu kudukku merinding, dan aku semakin
gemetar ketakutan saat laki-laki yang ternyata bernama Farhan itu melangkah ke
belakang, sedikit menjauhiku, dia diam sambil memandangi buah dadaku yang telah
terbuka, pandangannya seperti hendak melahap habis payudaraku.
“Sempurna..! Besar dan padat..”
gumamnya sambil terus memandangi kedua buah dadaku yang menggantung bebas.
Setelah itu dia kembali
beranjak mendekatiku, mendongakkan kepalaku dan melumat bibirku, sementara
tangannya langsung mencengkeram buah dadaku dan meremasnya dengan kasar. Suara
tangisanku langsung terhenti saat mulutnya menciumi bibirku, kurasakan lidahnya
menjulur di dalam mulutku, berusaha menggapai lidahku.
Aku tercekat saat tangannya
bergerak ke arah selangkanganku, menyusup ke balik rokku, aku langsung
tersentak kaget saat tangannya merengkuh vaginaku. Kukumpulkan sisa-sisa
tenagaku lalu dengan sekuat tenaga kudorong tubuh Pak Farhan.
“Tidak.! Tidak..! Lepaskan
saya.. Bajingan kalian..!” aku menjerit sambil menendang-nendangkan kakiku
berusaha menjauhkan laki-laki itu dari tubuhku.
“Ouh.. Ssakit..!!” keluhku saat
Pak Robby yang berada di belakangku kembali mendekapku dengan lebih erat.
Kutengadahkan kepalaku, kutatap wajah Pak Robby, aku memohon supaya dia
melepaskanku.
“Tolonngg.. Hentikann Pak..!!
Saya.. Mohon.. Lepaskan saya..” ucapku mengharap belas kasihannya.
Keadaanku saat itu sudah
benar-benar berantakan, tubuh bagian atasku sudah benar-benar telanjang,
membuat kedua payudaraku terlihat menggantung dan tidak lagi tertutup oleh
apapun. Aku sangat takut, mereka akan lebih bernafsu lagi melihat keadaan
tubuhku yang sudah setengah telanjang ini, apalagi saat ini tubuhku sedang
ditelikung oleh Pak Robby dari belakang hingga posisi itu membuat dadaku jadi
terdorong ke depan dan otomatis buah dadaku pun ikut membusung.
Beberapa saat kemudian Pak Robby
tiba tiba mengendorkan dekapannya pada tubuhku dan akhirnya dia melepaskanku.
Aku hampir tidak percaya bahwa Pak Robby mau melepaskanku, padahal saat itu aku
sudah sangat putus asa, aku sadar aku hampir tidak mungkin lolos dari desakan
kedua laki-laki tersebut.
Tidak mau menyia-nyiakan
kesempatan itu, aku langsung berlari secepatnya ke arah pintu, tapi lagi-lagi
aku kalah cepat, Pak Farhan sudah menghadang di depanku dan langsung
menghunjamkan pukulannya ke arah perutku.
“Arghh..!! Sshh.. Ouhh..” aku
mengeluh kesakitan.
Kupegangi perutku, seketika itu
juga, aku langsung jatuh terduduk, nafasku tersengal-sengal menahan sakit yang
tak terkira. Belum hilang rasa sakitku, mereka berdua langsung menyerbu ke
arahku.
“Pegangi tangannya Han..!!”
seru Pak Robby sambil mendorong tubuhku sehingga aku jatuh terjengkang di atas
lantai.
Seketika itu juga Pak Farhan
sudah berada di atas kepalaku dan mencengkeram kedua tanganku, sementara Pak Robby
berada di bawah tubuhku, mendekap kedua kakiku yang berusaha menendangnya.
Dia sudah seperti kemasukan
setan, melepasi sepatu hak tinggiku, merobek stockingku dan mencabik cabik rok
yang kukenakan dan akhirnya dia merenggut dengan paksa celana dalamku,
melolosinya dari kedua kakiku dan melemparkannya ke lantai.
“Lepasskann..! Lepasskan..!
Tolongg.. Jangan perkosa sayaa..!” jeritanku makin keras di sela-sela
keputusasaan.
Aku sudah tidak sanggup lagi
menahan mereka yang sepertinya semakin bernafsu untuk memperkosaku, air mataku
makin deras mengalir membasahi kedua pipiku, kupejamkan mataku, bulu kudukku
langsung bergidik, aku tidak sanggup membayangkan kalau hari ini aku akan
diperkosa oleh mereka.
“Jangann.. Ahh.. Tolongg..!”
aku menjerit histeris saat Pak Robby melepaskan pegangannya pada kedua kakiku.
Dia berdiri sambil melepaskan
pakaiannya sendiri dengan sangat terburu-buru. Aku sadar, laki-laki ini
sebentar lagi akan menggagahiku. Seketika itu juga kurapatkan kedua kakiku dan
kutarik ke atas hingga menutupi sebagian dadaku, sementara kedua tanganku masih
tetap di dekap erat oleh Pak Farhan.
Tiba tiba Pak Robby berjongkok,
dia langsung menarik kedua kakiku, merenggangkannya dan kemudian memposisikan
tubuhnya di antara kedua pangkal pahaku.
“Jangann..!!” keluhku lemah dan
putus asa, sambil bertahan untuk tetap merapatkan kedua kakiku, tapi tenaga Pak
Robby jauh lebih kuat di bandingkan dengan tenagaku.
Aku terhenyak saat Pak Robby
mulai menindihku, membuatku jadi sesak dan sulit untuk bernafas, buah dadaku
tertekan oleh dadanya, sementara perutnya menempel di atas perutku.
“Arghh..!! Jangann..!
Sakiitt..!!” rintihku sambil berusaha menggeser pinggulku ke kiri dan ke kanan,
saat kurasakan kemaluannya bergesekan dengan bibir kemaluanku.
“Sakiitt..!” aku kembali
mengerang saat kepala penisnya mulai masuk ke dalam liang vaginaku.
Bersamaan dengan itu, tangan
Pak Robby bergerak, menjambak rambutku dan menariknya sehingga kepalaku
terdongak, kemudian Pak Robby dengan kasar melumat bibirku sambil terus
menekankan tubuhnya ke arah selangkanganku. Kurasakan kesakitan yang luar biasa
di dalam liang vaginaku saat batang penisnya terus melesak masuk menghunjam ke
dalam lubang kemaluanku.
“Ahh..! Jangann..! Sakiitt..!”
aku kembali menjerit dengan keras saat batang penisnya menembus dan merobek
selaput daraku.
Tubuhku melenting ke atas
menahan sakit yang amat sangat. Kuangkat kakiku dan kutendang-tendangkan, aku
berusaha menutup kedua kakiku, tapi tetap saja batang penis itu terbenam di
dalam vaginaku.
Aku sungguh tersiksa dengan
kesakitan yang mendera vaginaku. Kuhempaskan wajahku ke kiri dan ke kanan,
membuat sebagian wajahku tertutup oleh rambutku sendiri, mataku membeliak dan
seluruh tubuhku mengejang hebat.
Kukatupkan mulutku, gigiku
bergemeretak menahan sakit dan ngilu, nafasku seperti tercekat di tenggorokan
dan tanpa sadar kucengkeram keras tangan Pak Farhan yang sedang memegang kedua
tanganku.
Aku masih terus merintih dan
menangis, aku terus berusaha menendang-nendangkan kedua kakiku saat Pak Robby
menarik batang penisnya sampai tinggal kepala penisnya saja yang berada di
dalam liang vaginaku, lalu menghunjamkannya kembali ke dalam liang rahimku.
Pak Robby sudah benar-benar
kesetanan, dia tidak peduli melihatku yang begitu kesakitan, dia terus bergerak
dengan keras di dalam tubuhku, memompaku dengan kasar hingga membuat tubuhku
ikut terguncang turun naik mengikuti gerakan tubuhnya.
“Ahh.. Sshh.. Lepaskann..!”
jeritanku melemah saat kurasakan gerakannya makin cepat dan kasar di dalam
liang kemaluanku, membuat tubuhku makin terguncang dengan keras, buah dadaku
pun ikut mengeletar.
Kemudian Pak Robby mendaratkan
mulutnya di buah dadaku, menciumi dan mengulum puting payudaraku, sesekali dia
menggigit puting buah dadaku dengan giginya, membuat aku kembali terpekik dan
melenguh kesakitan.
Kemudian mulutnya bergerak
menjilati belahan dadaku dan kembali melumat bibirku, aku hanya bisa diam dan
pasrah saat lidahnya masuk dan menari-nari di dalam mulutku, sepertinya dia
sangat puas karena telah berhasil menggagahi dan merenggut keperawananku.
Perlahan-lahan dia menghentikan
gerakannya memompa tubuhku, melesakkan kemaluannya di dalam liang vaginaku dan
menahannya di sana sambil tetap memelukku dengan erat. Setelah itu dia
menurunkan mulutnya ke sekitar leher dan pundakku, menjilatinya dan kemudian
menyedot leherku dengan keras, membuat aku melenguh kesakitan.
Cukup lama Pak Robby menahan
penisnya di dalam liang kemaluanku, dan aku dapat merasakan kemaluannya
berdenyut dengan keras, denyutannya menggetarkan seluruh dinding liang
vaginaku, lalu dia kembali bergerak memompa diriku, memperkosaku pelan pelan,
lalu cepat dan kasar, begitu berulang ulang.
Sepertinya Pak Robby sangat
menikmati pemerkosaannya terhadap diriku.
Aku meringis sambil tetap
memejamkan kedua mataku, setiap gerakan dan hunjaman penisnya terasa sangat
menyiksa dan menyakiti seluruh tubuhku, sampai akhirnya kurasakan mulutnya
makin keras menyedot leherku dan mulai menggigitnya, aku menjerit kesakitan,
tapi tangannya malah menjambak dan meremas rambutku.
Tubuhnya makin rapat menyatu
dengan tubuhku, dadanya makin keras menghimpit buah dadaku, membuatku makin
sulit bernafas, lalu dia mengatupkan kedua kakiku dan menahannya dengan kakinya
sambil terus memompa tubuhku, kemaluannya bergerak makin cepat di dalam
vaginaku, kemudian dia merengkuh tubuhku dengan kuat sampai benar-benar menyatu
dengan tubuhnya.
Aku sadar Pak Robby akan
berejakulasi di dalam tubuhku, mendadak aku jadi begitu panik dan ketakutan,
aku tidak mau hamil karena pemerkosaan ini, pikiranku jadi begitu kalut saat
kurasakan batang kemaluannya makin berdenyut-denyut tak terkendali di dalam
liang rahimku.
“Jangann..! Jangan.. Di
dalam..! Lepasskan..!!” jeritku histeris saat Pak Robby menghentakkan penisnya
beberapa kali sebelum akhirnya dia membenamkanya di dalam liang kemaluanku.
Seluruh tubuhnya menegang dan dia
mendengus keras, bersamaan dengan itu aku meraskan cairan hangat menyemprot dan
membasahi liang rahimku, Pak Robby telah orgasme, menyemburkan sperma demi
sperma ke dalam vaginaku, membuat dinding vaginaku yang lecet makin terasa
perih.
Aku meraung keras, tangisanku
kembali meledak, kutahan nafasku dan kukejangkan seluruh otot-otot perutku,
berusaha mendorong cairan spermanya agar keluar dari liang vaginaku, sampai
akhirnya aku menyerah. Bersamaan dengan itu tubuh Pak Robby jatuh terbaring
lemas di atas tubuhku setelah seluruh cairan spermanya mengisi dan membanjiri
liang rahimku.
Mataku menatap kosong dan
hampa, menerawang langit-langit ruangan tersebut. Air mataku masih mengalir,
pikiranku kacau, aku tidak tahu lagi apa yang harus kuperbuat setelah kejadian
ini, kesucianku telah terenggut, kedua bajingan ini telah merenggut kegadisan
dan masa depanku, tapi yang lebih menakutkanku, bagaimana jika nanti aku
hamil..! Aku kembali terisak meratapi penderitaanku.
Tapi rupanya penderitaanku
belum berakhir. Pak Robby bergerak bangun, melepaskan himpitannya dari tubuhku,
aku kembali merintih, menahan perih saat batang kemaluannya tertarik keluar
dari liang kemaluanku.
Kuangkat kepalaku, kulihat ada
bercak darah bercampur dengan cairan putih di sekitar pangkal pahaku. Aku
menangis, pandanganku nanar, kutatap Pak Robby yang sedang berjalan menjauhiku
dengan pandangan penuh dendam dan amarah.
Seluruh tubuhku terasa sangat lemah,
kucoba untuk bangun, tapi Pak Farhan sudah berada di sampingku, dia menggerakan
tangannya, menggulingkan tubuhku dan mulai menggumuli tubuhku yang menelungkup,
aku diam tak bergerak saat Pak Farhan menciumi seluruh punggungku, sesaat
kemudian dia bergerak ke arah belakang tubuhku, merengkuh pinggangku dan
menariknya ke belakang.
Aku terhenyak, tubuhku terseret
ke belakang, lalu Pak Farhan mengangkat pinggulku ke atas, membuat posisiku
jadi setengah merangkak, kutopang tubuhku dengan kedua tangan dan lututku,
kepalaku menunduk lemas, rambut panjangku tergerai menutupi seluruh wajahku,
kepanikan kembali melandaku saat kurasakan batang penisnya menempel dan
bergesekan dengan bibir vaginaku.
“Della..! Kamu memang
benar-benar cantik dan seksi..” gumam Pak Farhan sambil tangannya meremasi
pantatku, sementara batang penisnya terus menggesek-gesek di bibir vaginaku.
“Ahh.! Sakiitt..! Sudahh..
Sudah..! Hentikann..!! jeritku menahan sakit saat kemaluannya mulai melesak
masuk ke dalam liang vaginaku.
Kuangkat punggung dan kedua
lututku, menghindari hunjaman batang penisnya, tapi Pak Farhan terus menahan
tubuhku, memaksaku untuk tetap membungkuk. Seluruh otot di punggungku menegang,
tanganku mengepal keras, aku benar-benar tak kuasa menahan perih saat penisnya
terus melesak masuk, menggesek dinding vaginaku yang masih luka dan lecet
akibat pemerkosaan pertama tadi, kugigit bibirku sendiri saat Pak Farhan mulai
bergerak memompa tubuhku.
“Lepasskan..! Sudah..!
Hentikaann..!!” jeritku putus asa.
Nafasku kembali tersengal
sengal, tapi Pak Farhan terus memompaku dengan kasar sambil tangannya meremasi
pantatku, sesekali tangannya merengkuh pinggulku, menahan tubuhku yang berusaha
merangkak menjauhi tubuhnya, seluruh tubuhku kembali terguncang, terombang
ambing oleh gerakannya yang sedang memompaku.
Tiba tiba kurasakan wajahku
terangkat, kubuka mataku dan kulihat Pak Robby berjongkok di depanku, meraih
daguku dan mengangkatnya, Pak Robby tersenyum menatapku dengan wajah penuh
kemenangan, menatap buah dadaku yang menggantung dan menggeletar, meremasnya
dengan kasar, lalu Pak Robby mendekatkan wajahnya, menyibakkan rambutku yang
tergerai, sesaat kemudian, mulutnya kembali melumat bibirku, mataku terpejam,
air mataku kembali meleleh saat mulutnya dengan rakus menciumi bibirku.
“Ahh..!!” aku terpekik pelan
saat Pak Farhan menyentakkan tubuhnya dan menekanku dengan kuat.
Batang penisnya terasa
berdenyut keras di dalam lubang kemaluanku, lalu kurasakan cairan hangat
kembali menyembur di dalam liang rahimku, aku menyerah, aku sudah tidak punya
kekuatan lagi untuk melawan, kubiarkan saja Pak Farhan menyemburkan dan mengisi
liang kemaluanku dengan cairan spermanya.
“Periihh..!!” rintihku pelan.
Pak Farhan masih sempat
menghunjamkan kemaluannya beberapa kali lagi ke dalam liang vaginaku,
menghabiskan sisa sisa ejakulasinya di dalam liang rahimku sebelum akhirnya dia
menariknya keluar melewati bibir vaginaku yang semakin terasa perih.
Sedetik kemudian satu kepalan
tangan mendarat di wajahku. Aku terlempar ke samping, pandanganku berkunang kunang,
lalu gelap. Aku jatuh pingsan. Saat siuman aku temukan foto-foto telanjangku
berserakan di samping tubuhku dengan sebuah pesan..
“Pastikan..! Hanya Kita Bertiga
yang Tahu..!!”
Hari itu juga aku kembali
pulang ke Jakarta dengan membawa penderitaan yang amat berat, sesuatu yang
paling berharga telah hilang dari diriku dirampas oleh kebiadaban mereka.
0 komentar:
Posting Komentar