Mengantar Berkas Membawa Kenikmatanku Bersama Tante Maya

Mengantar Berkas Membawa Kenikmatan
Mengantar Berkas Membawa Kenikmatan

Cerita Seks - Umurnya kira-kira antara 36-39 tahunan tapi wajah dan bodinya kelihatan lebih muda 8 tahun. Sebut saja namanya tante Maya. Tante Maya ini bekerja di instansi pemerintah di mana ibuku juga bekerja di sana, jadi mereka teman sekantor.
Kisah ini berawal seringnya aku disuruh oleh mamaku untuk menyerahkan berkas-berkas pekerjaan kepada tante Maya. Sehingga aku pun menjadi akrab dengannya.
Pada malam itu seperti biasanya mama menyuruhku ke tempat rumah tante Maya untuk menyerahkan berkas-berkas pekerjaan tersebut, sekalian aku berpamitan keluar untuk bermain.
Kuketuk pintu rumahnya beberapa kali sampai capek ku menunggu di depan rumahnya.
Kok kelihatan sepi, apa pada bepergian, tapi mobilnya tante Maya ada di garasi, gumamku dalam hati. Tak lama kemudian pintu dibuka oleh wanita muda kira-kira umurnya 20 tahunan yang ternyata adalah pembantunya tante Maya.
“Tante Maya-nya ada mbak Kokom”, tanyaku padanya.
“Oh ada dik Edi, masuk dulu tante Maya masih mandi”, kata mbak Kokom sambil menyalakan lampu ruang tamu.
Aku duduk termenung sendirian dan untuk yang kesekian kalinya aku meminum sirup dingin yang sedari tadi disuguhkan oleh mbak Kokom. 5 menit kemudian dari ruang tengah tampak tante Maya keluar dari kamar mandinya dengan tubuh cuma ditutup oleh handuk.
“Wow padat juga tubuhnya ya,” kataku dalam hati.
“Eh dik Edi, udah lama ya nunggunya”.
Aku masih tetap terpaku melihat tubuhnya yang indah dan padat berisi yang tidak tertutup seluruhnya oleh handuk tersebut.
“Dik, lihat apa’an sih kok cuman bengong?”
“Eh anu……. ‘te lihat….. susu eh lihat paha ding…. eh nggak lihat apa-apa kok ‘te”, jawabku kebingungan.
“Dik Edi ini ada-ada saja. Disuruh ibu ya, di kamar tante saja ya nyerahin berkasnya, tante tunggu lho!”
Aku tambah kebingungan, kok tumben ngomong kayak gituan. Dengan polosnya aku ikuti kata-katanya tadi.
Sampai ku di depan pintu kamarnya ku ketuk pintu itu, dan dari dalam terdengar jawaban untuk menyuruhku masuk. Ku buka pintu kamarnya dengan hati-hati. Setelah ku masuk di kamarnya, betapa kagetnya aku melihat tubuh mulus telanjang tante Maya telah terlentang menantang di atas ranjang.
“Ini kan yang selama ini kamu bayangkan dan inginkan dariku, ya kan Edi?”
Aku tidak menjawabnya karena aku masih belum sadar dari kebingunganku atas apa yang kulihat di depan mataku sekarang ini.
“Sini Edi, naik ke ranjang puasin tante ya, nggak perlu malu, ini kan yang kamu penginin”
Aku menuruti kata-kata tante Maya dengan naik ke ranjangnya. Tiba-tiba tanganku dipegangnya lalu diarahkan ke payudaranya yang kira-kira berukuran 34c. Diletakkannya tanganku dan kuremas-remas payudaranya yang sebelah kiri dan kepalaku menciumi dan mejilati payudaranya yang sebelah kanan dengan birahi yang sudah meninggi.
“Oouugghh… oouugghh…. sedot terus Ed …. oouugghh.. digigit dong!!!”, tante Maya rupanya sudah terlelap dalam birahinya juga. Matanya merem melek menikmati payudaranya yang sedang kunikmati. Tiba-tiba tante Maya melepaskan bajuku dan menyuruhku untuk terlentang.
Ternyata tante melepaskan juga celanaku dan memlorotkannya dengan nafsu yang bergelora. Seperti apa yang kuharapkan terjadi juga, penisku dilumat-lumatnya, disedotnya sampai gemetar tubuhku dibuatnya. Aku bergelinjangan menahan kenikmatan yang pertama kali aku rasakan.
“Ed, cium dong memek tante!”
Kucium memeknya yang berbulu tipis dan berbau wangi, rupanya tante Maya merawat milik-nya dengan baik. Tante Maya bergelinjangan, mendesah-desah karena kujilati memeknya. Kumain-mainkan ‘kacang’-nya dengan lidahku dan kadang-kadang kutusuk lobang memek-nya. Tubuhnya semakin kehilangan kendali, semakin kurasakan lembabnya memeknya karena tubuhnya dirangsang dengan hebat.
“Ed tante sudah tidak kuat nih, masukin dong penismu!”
Bleeesss…… bleeesss….. bleeesss…… kusodok-sodok dengan keras dan tante Maya mengimbanginya dengan goyangan pinggul dan pantatnya.
“Tante, Edi udah mau keluar… uuuhhhh… oooohhh…. uuuuhhh….”
“Tahan Edi… yeaah… ooouuuh… ”
Goyangan tante Maya semakin liar yang membuat diriku semakin tidak tahan lagi, yang akhirnya… crrooott…. crrooottt….
Dan di dalam memeknya terasa hangat oleh cairan yang membanjir bersamaan dengan bergetarnya tubuh tante Maya
“Oouugghh….. ooouuuhhh… yeaahh.. yeaahh… uuhh… aku puas Ed, makasih ya !”
Kuambil bajuku dan kupakaikan meskipun tubuhku penuh keringat yang bercucuran. “Besok temenin tante lagi, ya Ed!”, desah tante Maya dengan tubuh lemas dan masih bertelanjang.
Sesampaiku di rumah langsung disambut oleh mamaku, aku pun menjadi ketakutan kalau-kalau mamaku tahu apa yang baru saja terjadi. “Darimana saja kamu, main-main saja jadi lupa belajar, sudah sana ke kamar belajar”. Aku pun lega ternyata mamaku tidak tahu, aku pun berlari menuju kamarku sambil tersenyum karena aku telah menikmati apa yang belum aku rasakan sebelumnya.
Setelah kejadian itu, aku dan tante Maya berbulan-bulan lamanya melakukan affair yang sangat hot. Kami lakukan itu kadang-kadang di rumah tante Maya, kadang di hotel, kadang pernah juga di rumahku kalau lagi kosong. Pokoknya di mana ada tempat untuk bercinta pasti tidak akan kami lewatkan.
Hingga suatu malam di rumah tante Maya seperti biasanya aku datang ke rumahnya. Aku langsung disambut mbak Kokom, yang aku yakin dia sudah tahu tentang affairku dengan nyonya-nya.
“Masuk aja mas Ed,ibu sudah menuggu dari tadi”, sambutnya dengan ramah. Aku langsung masuk ke kamar tante Maya dan kubuka langsung celana dan bajuku. Tante Maya pun melakukan hal yang sama.
“Kok lama sih Ed, tante kan udah kedinginan nih!”, kata tante ,Maya dengan manja dan menghampiriku untuk memeluk tubuhku dan menciumi bibirku, memasukkan lidahnya di mulutku sehingga lidahku pun saling ber-“silat lidah”. Sambil kucium ku buka tali BH-nya yang masih melekat di tubuhnya dan lalu kuciumi puting payudaranya yang sudah mengeras. Tante ,Maya kubikin merem-melek.
Kudorong tubuhnya ke ranjang lalu kubuka celana dalamnya, langsung kuciumi memeknya yang sudah lembab. Kujilat-jilat naik turun dan kugigit “kacang”nya, begitu seterusnya sambil tanganku meremas-remas payudaranya.
“Ouugghh… oouugh… oouugghh… terus Ed… tante suka seperti ini….. oouuugghh….. yeeaahhh….”.
Dan kubalik arah tubuhku sehingga membentuk angka 69. Tante Maya melumat-lumat penisku keluar masuk mulutnya dan memainkan lidahnya di “helm” penisku. Juga sesekali dia memainkan lidahnya di “telur” ku dari pangkal sampai ujung. Aku pun semakin terangsang menciumi memek-nya yang semakin membanjir.
“Oohh… uuhh… oouuhh… Ed Tante sudah tidak kuat lagi nih… ouughh… tante mau keluar, Ed”.
“Aku juga ‘te aahhh… uuhh… aku keluarin di dalem mulut ya ‘te.. aahhh… uuuhhh.. aauuhhgg….”
Tubuhku kami semakin menghebat dan kurasakan air maniku keluar deras ke mulutnya. Begitu juga mulutku terasa kemasukan lendir yang warnanya seperti air susu.
Kami pun rebahan saling berpelukan, dan 5 menit kemudian kami melakukan aktifitas senggama yang dari tadi belum kami lakukan. Langsung kumengkangkangkan kakinya sehingga memeknya terlihat jelas dan sangat tepat juga mudah untuk di-“tusuk” oleh penisku yang berukuran 15 cm dalam keadaan menegang.
Bleess… bleesss… keluar masuk penisku di memeknya yang disertai desahan yang menderu deru tante Maya. “Ouggh… oouuugghh… eemmmmhhh…. uuhhh… yeahh.. uuuhh… yang keras dong Ed…. aahh.. uuhhh.. yeeahh..”. Semakin kurasakan basah di batang penisku, membuatku lebih bernafsu.
Kami pun berganti posisi, aku yang dibawah dan tante Maya di atas menduduki tubuhku. Goyangan pantat dan pinggulnya kulihat jelas mengocok-ngocok penisku. Merem-melek tante Maya sambil mendongakkan kepalanya merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Kudorong-dorong pantatku ke atas untuk menyeimbangkan gerakannya yang semakin menggila.
“Oh… oouuhh… Ed… Ouugh… enakkk… ouugh… yeaah… terruuusss….. yeeaahh….”.
“Tante aku mau keluar nih, udah nggak kuat… oogghh… uuuhhhh… mmmhhhh….”
“Tunggu dulu… Ed…….. mmhhh… yeeaahh… tahan dulu Edhhh….!”, lirih tante Tyas menahan kenikmatan yang hampir memuncak.
Goyangan kami pun semakin menggila, ke kanan-kiri, naik-turun dan tiba-tiba tubuh tante Maya bergetar dan bergelinjang hebat, kurasakan cairan yang hangat dari dalam memek tante Tyas.
“Oouugghh….. uuuhh… uuugghh….. yeaaaahh…. mmmhhhh….. ouugghh yeaahhh…. uuuhhh… mmmmmhhh… aaahhhh…. yeeaahhh… tante sudah keluar Ed, sekarang giliran kamu, cayang!”
Kulepas penisku dan langsung diraih oleh tangannya tante Maya untuk dimasukkan ke mulutnya, dikocok-kocok oleh tangannya yang lembut lalu dimasukkan lagi ke mulutnya, dimain-mainkan oleh lidahnya. Tidak lama kemudian maniku pun keluar. Crooott…. crooottt….. crooottt…. kusiramkan ke wajah tante Maya dan dia menjilatinya dengan nikmat seperti menjilati es krim yang sudah mencair. Kita berdua pun tergelepar dengan keringat yang masih bercucuran setelah sedikit bekerja keras untuk mendapatkan satu kenikmatan. Tubuh kami yang masih bertelanjang saling berpelukan dan saling menciumi bibir dengan mesra.

0 komentar:

Posting Komentar