Dinda Dokter Yang Bergairah

Dinda Dokter Yang Bergairah

Dinda Dokter Yang Bergairah
Dinda Dokter Yang Bergairah

Bandar Ceme - Dinda seorang dokter muda yang baru saja menyelesaikan pendidikan dokternya pada sebuah universitas ternama di Sumatera. Sebagaimana dokter baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah itu. Orang tua dan tunangannya keberatan jika Dinda melaksanakan ptt di daerah itu, selain jauh dari kotanya dan daerah itu masih terbelakang dan terisolir.

Orang tua Dinda sangat keberatan dan ia mengupayakan agar Dinda ditempatkan pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan.
Kekuatiran orang tua dan tunangannya amat beralasan, karena Dinda adalah masih muda dan belum mengetahui seluk beluk masyarakat desa itu, ditambah kerasnya kehidupan di desa yang terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang primitif itu. Selain itu Dinda akan menikah dengan Iqbal tunangannya beberapa bulan lagi. Memang Dinda dan Iqbal telah lama pacaran dan kedua orang tua mereka merestui hubungan mereka.
Dinda adalah seorang gadis yang masih berusia 24 tahun merupakan mahasiswa kedokteran yang memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan, sehingga tidak heran ia dalam waktu yang singkat telah menamatkan kuliahnya.
Selain itu ia berparas cantik, memiliki sosok yang membuat lawan jenisnya ingin mendapatkannya, namun hatinya telah jatuh kepada Iqbal yang merupakan pria yang gigih mendapatkannya, hingga ia mau di pertunangkan dengan nya.Iqbal adalah seorang pria yang telah memiliki kehidupan yang mapan pada sebuah BUMN di kota itu, selain itu ia anak dari sahabat ayah Dinda.
Selama mereka pacaran hanya di isi dengan makan malam dan kadang nonton. Mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan dengan adat dan agama, sebab masing-masing menyadari suatu saat akan mendapatkannya juga nantinya.

Setelah melalui perjalanan yang melelahkan Dinda dengan diantar ayahnya dan Iqbal didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu selama 1 mhari perjalanan ditambah jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa itu Dinda di sambut oleh perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit acara, barulah Dinda resmi bertugas. Lalu ayahnya dan Iqbal pulang ke kota besoknya setelah mewanti-wanti Dinda untuk berhati-hati.
Hari pertama ia bertugas Dinda dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas penunjuk jalan. Dinda menempati salah satu rumah milik kepala dusun yang bernama pak Ivan. Pak Ivan amat disegani dan ia termasuk orang kaya didesa itu.
Usianya sekitar 48 tahun dan memiliki 3 orang istri. Pak inipun sering meminjamkan sepeda motornya kepada Dinda untuk tugas-tugasnya, kadang-kadang ia sendiri yang memboncengkan
Dinda saat Dinda ingin ke desa sebelah. Bagi Dinda keberadaan Pak Ivan ini amat membantunya di saat ia hampir putus asa melihat lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan dan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor.
Karena sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali tanpa disadari oleh Dinda telah membuat paka Ivan menaruh rasa ingin memiliki dari diri paka Ivan, apalagi jika dalam berboncengan seringkali dada Dinda yang montok itu bersentuhan dengan punggung paka Ivan. Sebagai laki-laki normal iapun merasakan ingin yang lebih jauh lagi. Dinda merasa ia tak bisa bertugas jika tanpa dibantu pak Ivan.
Suatu hari saat pulang dari desa tetangga, mereka kehujanan dan hari saat itu hujan turun dengan derasnya.Lalu dengan buru-buru pak Ivan mempercepat kendaraannya , secara otomatis Dinda memegang pinggang pak Ivan dengan erat dan dalam suasana itu pak Ivan dapat merasakan kehangatan dan sentuhan dada Dinda dengan nyata. Lalu mereka sampai di kediaman Dinda yang merupakan juga rumah milik pak Ivan. Sesampai didalam rumah, Dinda masuk kekamar dan mengganti pakaiannya dengan kimono handuk, sedang pak Ivan ia pinjami handuk untuk ganti pakainan yang basah itu.
Saat Dinda berganti pakaian tadi pak Ivan mengintipnya dari celah pintu kamar itu. Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan kemulusan kulit tubuh Dinda seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang tengah rumah itu karena diluar hari hujan.
“Wah, hujannya deras sekali pak.” kata Dinda,
“Bagaimana jika nginap disini saja pak.”
“Ooooo.. terima kasih bu. Kalau hujan reda saya akan pulang…” terang pak Ivan.
“Baiklah pak…” jawab Dinda.
Lalu Dinda kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Ivan.
“Pak, ini kopinya ..”.
“Wah kopi… bisa begadang saya malam ini bu.”
“O.. ya.. pak .. apa perlu saya ganti dengan teh hangat?” jawab Dinda.
“Ohh… nggak usah buk.. ini juga nggak apa.” timpal pak Ivan, sambil memandang kearah Dinda.
Hingga saat itu hujan belum reda dan paka Ivan terpaksa nginap di rumah itu. Dinda terus menemani paka Ivan ngobrol tentang pekerjaan hingga rencana ia akan menikah. Pak Ivan mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mencuri pandang dada Dinda. Dinda tak enak hati jika ia meninggalkan pak Ivan sendirian malam itu karena pak Ivan telah banyak membantunya.
Sedang matanya mulai ngantuk. Sedang hiburan di rumah itu tidak ada karena tidak adanya jaringan televisi.
Melihat Dinda yang mulai ngantuk itu lalu pak Ivan menyuruh Dinda tidur duluan.
“Bu, tidur aja dulu biar saya diluar sini.”
“Wah saya nggak enak ni pak masa pak Ivan saya tinggal.”
Dinda memaksakan dirinya untuk terus ngobrol hingga jam menunjukan pukul 9 00 wib yang kalau didesa itu telah larut
ditambah hujan deras.
Dari tadi pak Ivan terus memperhatikan Dinda karena suasana malam itu membuatnya ingin mengambil kesempatan terhadap Dinda dengan tidak menampakkan keinginannya.
Padahal saat itu tanpa di sadari Dinda pak Ivan telah duduk disamping Dinda.
“Bu… Dinda.., dingin ya buk..” kata pak Ivan.
“Ya pak…,” sahut Dinda.. dengan pasti pak Ivan, meraih
tangan Dinda.
“Ini bu, saya pegang tangan ibu ya.., biar dinginnya hilang….” bisik Pak Ivan.
Dinda pun membiarkan pak Ivan meraih tangannya, memang ada hawa hangat yang ia rasakan. Lalu pak Ivan melingkarkan
tangannya di bahu Dinda dan mengelus balik telinga Dinda, padahal itulah daerah sensitif Dinda. Kepala Dinda lalu rebah di bahu pak Ivan dan seperti sepasang kekasih pak Ivan terus meransang daerah peka di tengkuk dan bahu Dinda .
Dinda pun meresapi usapan dan elusan lembut laki-laki yang seusia dengan ayahnya itu, matanya hanya merem melek. Mungkin karena suasana dan cuaca yang dingin membuat Dinda membiarkan tindakan Ivan itu. Pak Ivan lalu berdiri, dan menarik tangan Dinda hingga berdiri. Dinda menurut, lalu ia tuntun kekamar yang dan menyilahkan Dinda berbaring.
“Bu, tampaknya ibu capai.” kata pak Ivan .
“Ya pak..” kata Dinda.
Pak Ivan keluar kamar dan mengunci pintu rumah itu dan memeriksa jendela lalu ia masuk kekamar Dinda kembali sambil menguncinya dari dalam. Ia sudah tidak sabar ingin menggauli Dinda yang telah menjadi obsesinya selama ini malam itu.
Pak Ivan berjalan kearah Dinda, yang saat itu duduk ditepian ranjang.
“Pak.. koq di kunci?” tanya Dinda.
“Biasalah bu, jika malam hujan begini kan biar hawa dingin nggak masuk…” timpal pak Ivan.
“Bagaimana bu apa masih Dingin?” tanyanya.
“Iya pak…” angguk Dinda.
“Baiklah buk bagaimana jika saya pijitin kepala ibu itu biar segar.” kata pak Ivan
“Silahkan pak…” jawab Dinda. Lalu Dinda duduk membelakangi pak Ivan dan pak Ivanpun naik ke ranjang itu dengan memijit kepala dan tengkuk Dinda.
Padahal yang dilakukannya adalah meransang Dinda kembali untuk bisa mengusainya. Sebagai laki-laki berpengalaman
tidaklah susah bagi Pak Ivan untuk menaklukkan Dinda, yang ia
tahu belum begitu tau tentang dunia sex dan laki-laki.
Dengan gerakan lembut dan pasti usapan tangannya mulai dari tengkuk hingga balik telinga Dinda. Dinda… menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan pak Ivan. Dari dekat pak Ivan dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit Dinda.
Beberapa saat lamanya pijitan Ivan itu telah turun ke punggung dan diluar kesadaran Dinda kimononya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya. Bh itupun dengan kelincahan tangan pak Ivan jatuh dan sempat dilihat pak Ivan bernomor 34b. Masih dari belakang gerakan tangan pak Ivan lalu meremas payudara Dinda. Dindasadar dan menahan gerakan tangan Pak Ivan..
“Sudah pak…, jangan lagi pak…” sambil memakai kimononya kembali sedang bhnya telah terjatuh.
Pak Ivan kaget dan ia memandang mata Dinda, ada nafsu tertahan, namun ia harus mulai memasang strategi agar Dinda, kembali bisa ia kuasai.

“Maaf bu.., kalau tadi saya lancang.” kata pak Ivan.
Dinda diam saja. Sedang saat itu pak Ivan hanya selangkah lagi bisa mengusai Dinda. Lalu pak Ivan  berjalan keluar dan ia tinggalkan Dinda. Kemudian ia balik lagi kekamar itu, dan duduk disamping Dinda, pakaian Dinda saat itu acak-acakan.
“Bu…, apa ibu marah?” tanaynya.
“Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini.” terang Dinda. Pak Ivan manggut-manggut mendengar perkataan Dinda.
Cuaca malam itu tetap hujan deras dan dingin udara terus menusuk tulang, pak Ivan mengerti jika Dinda khawatir sebab ia masih perawan, namun tekadnya sudah bulat bahwa malam itu Dinda harus bisa ia gauli.
Dalam kebiusan sikap Dinda saat itu, pak Ivan kembali meraih tangan Dinda dan menciumnya, Dinda diam membisu, lalu pak Ivan  memeluk Dinda dan tidak ada penolakan dari Dinda, Rupanya Dinda saat tadi telah bangkit birahinya namun karena ingat akan statusnya maka ia menolak pak Ivan. Dijari Dinda memang melingkar cincin tunangan dan pak Ivan tidak memperdulikannya.
Dengan kelihaiannya, kembali Dinda larut dalam pelukan dan alunan nafsu yang di pancarkan laki-laki desa itu. Sekali sentak maka terbukalah kimono Dinda, hingga terbuka seluruh kulit tubuhnya yang mulus itu, tanpa bisa ditolak Dinda.Dengan penuh nafsu pak Ivan memilin dan membelai dada putih itu hingga memerah dan dengan mulutnya ia gigit putingnya. Keringat telah membasahi tubuh Dinda dan membuatnya pasrah kepada pak Ivan.
Sebelah tangan Ivan turun dan merongoh cd Dinda dan memasuki lobang itu yang telah basah. Lalu ia buka dan tubuh Dinda ia baringkan. Ia amat bernafsu sekali melihat belahan vagina Dinda yang tertutup oleh sedikit bulu halus.
Pak Ivanpun lalu membuka baju dan cdnya, hingga mereka sama-sama bugil diatas ranjang itu. Penis Ivan amat panjang dan besar. Dinda saat itu tidak tahu apa-apa lagi.
Pak Ivanpun lalu membuka kedua kaki Dinda dan mengarahkan penisnya kebelahan vagina Dinda .
Beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati ia angkat kedua kaki Dinda yang panjang itu kebahunya, dan barulah ia bisa memasukan kepala penisnya.
“Aduhhhhhh pak.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit pak…” jerit Dinda.
Pak Ivan lalu menarik penisnya kembali. Lalu dengan mulutnya ia beri air ludah ke pinggiran lobang vagina itu biar lancar. Kemudian ia ulangi memasukan penisnya. Dengan hati2 ia dorong masuk dan kepala penis masuk…
“Auuuuuggggkkkk…” jerit Dinda.
“Sebentar bu…” kata Pak Ivan.
“Nanti juga hilang sakitnya buk…” terangnya lagi.
Sekali hentak maka seluruh penisnya masuk dan ia maju mundurkan. Padahal saat itu Dinda merasa dilolosi tulangnya. ia gigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan sakit saat penetrasi tadi.Pak Ivan telah berhasil merobek selaput dara Dinda, hingga kelihatan tetesan darah di paha mulus Dinda saat itu dan membasahi sprey yang kusut.
Tangan pak Ivanpun terus memilin payudara Dinda dan kembali menahan pinggul Dinda. Lebih kurang 20 menit ia maju
mundurkan penisnya kedalam vagina Dinda sedang Dinda telah 2 kali orgasme, barulah ia muntahkan spermanya didalam rahim Dinda. lalu ia tetap diam diatas tubuh Dinda.
Terlihat ketika itu, tubuh putih mulus Dinda berada dibawah tubuh pak Ivan yang masih membelai dada dan menjilat bibir dan lidah Dinda. Kedua tubuh manusia itu penuh keringat. Di sudut mata Dinda ada air mata karena keperawanannya telah hilang bukan karena tunangannya tapi oleh laki-laki tua itu.
Ia tidak punya pilihan lain karena telah terlanjur di setubuhi Pak Ivan. Hingga menjelang pagi pak Ivan kembali mengulang permainan sex itu dengan Dinda, hingga Dinda merasakan kenikmatan dan mengetahui rahasia dalam permaianan dewasa. Iqbal tidak ia ingat lagi dan saat itu ia terbelenggu oleh gairah dan nafsu yang di berikan pak Ivan.
Sejak saat itu, hub kedua insan yang berbeda umur sangat jauh itu terus berlangsung di rumah itu , kadang-kadang di gubuk milik pak Ivan di tengah hutan daerah itu. Dinda merasa heran karena laki-laki seumur pak Ivan  masih memiliki stamina yang prima dalam berhubungan. Tidak heran jika pak Ivanmemiliki 3 orang istri dan memiliki 3 orang anak yang telah dewasa.
Ivanpun bermaksud untuk menjadikan Dinda istrinya yang ke 4 karena ia amat bangga bisa memerawani seorang Dokter dari kota dan cantik. Untuk itulah ia terus berusaha menyetubuhi Dinda hingga bisa hamil oleh bibitnya. Dindapun sulit melepaskan diri dari pak Ivan. Ia sedang berpikir untuk membatalkan pertunangan dengan Iqbal, karena bagaimanapun ia sudah tidak perawan lagi

0 komentar:

Posting Komentar