Main Dengan Gadis SMA Bertubuh Montok Di Dalam Mobil

Main Dengan Gadis SMA Bertubuh Montok Di Dalam Mobil

Main Dengan Gadis SMA Bertubuh Montok Di Dalam Mobil
Main Dengan Gadis SMA Bertubuh Montok Di Dalam Mobil

Bandar Ceme - Doni adalah pria awal 28-an berpenghidupan lumayan dgn pekerjaan sebagai seorang pialang di suatu perusahaan sekuritas sedang. Tidak ada yg aneh dgn kehidupannya. Semua berjalan lancar. Bila ada tekanan-tekanan dalam pekerjaan bahkan membuatnya merasa bergairah untuk menjalaninya.

Ini hidup katanya dalam hati. Kehidupan seks-nya juga demikian, hampir tidak ada masalah. Ia bisa mendapatkan apabila ia ingin, tentunya dgn proses yg wajar, karena Doni sangat menghindari ‘sex shopping’ atas alasan-alasan tertentu. “Biar cinta berjalan semestinya,” yakinnya.

Sore itu market mendekati closing hours. Ia menjauhi mejanya, berjalan sebentar meregangkan otot. Hari ini ia sangat puas. Pasar sangat bersahabat dgnnya. Sejumlah keuntungan berhasil dibuatnya dalam one day trade. Sebagian masuk ke dalam rekening pribadinya.

“Aku memang patut mendapatkan,” pikirnya, tidak ada yg merugikan atau dirugikan, kepuasan seperti ini selalu membuatnya terangsang secara seksual. Dipandangnya sekitarnya. Ada beberapa wanita rekan kerja yg masih berkutat.

Ia segera memalingkan wajahnya. Perlu beberapa tahapan untuk mengajak salah seorang dari mereka ke tempat tidur, dan itu menyita waktu dan emosinya. Lebih baik aku pulang batinnya. Ada sesuatu yg mengingatkan untuk menunda jam kepulangannya, ia tidak mempedulikan.

Dikemudikan mobilnya keluar dari basement perlahan. Beberapa anak SMU tampak bergerombol di halte dekat gedung kantornya. “Ahh..” kernyitnya. Ia terjebak di kemacetan rutin sore hari. Dirinya sudah mengingatkan agar menunda.

“Instingku semakin bagus saja,” senyumnya kecut. Dilihatnya ke luar jendela mobil. Antrean mobil sepanjang kira-kira 200-an mobil tidak bergerak sama sekali. Dilihatnya ke belakang dgn putus asa. Keadaan di belakang sama buruknya dgn pemandangan di depannya.

Doni menarik nafas dalam-dalam. Digerakkan cermin di atas ke wajahnya. “Tenang Ron, ini bukan alasan yg bagus untuk merusak 1 hari tenangmu,” katanya sambil membenarkan letak rambutnya. Tiba-tiba seseorang berseragam LLAJR mengetuk kaca mobilnya. dgn segan ditekannya switch jendelanya.

Petugas itu memberitahu kalau terjadi kecelakaan beruntun di depan dan mungkin lalu lintas baru dapat lancar paling cepat 30 menit. Dihempaskan tubuhnya ke kursi mobil. “Bagus!” ia menutup wajahnya. Itulah alasan yg paling tepat untuk merusak moodnya. Dibukanya TV mobil.

Dipilihnya satu film porno kesayaangannya di remote. Ditatapnya adegan-adegan itu dgn hambar. “Huh! Di tengah kemacetan nonton film porno malah menambah masalah,” sungutnya sambil mematikan. Doni menyerah. Dimatikan mesin mobil sembari menatap ke arah kiri.

Tampak di luar gadis-gadis berseragam SMA masih bergerombol menunggu bis kota. Beberapa di antaranya duduk di trotoar. Diperhatikannya satu persatu. “Dasar gadis remaja, mereka tidak mempedulikan cara duduknya,” katanya dalam hati. Tiba-tiba darahnya berdesir. Tungkai-tungkai indah itu milik gadis yg sangat muda.

Diperhatikannya lagi lebih seksama. Ada yg bertumpu dgn tangannya di belakang sehingga dadanya membusung ke depan. Wajahnya begitu bersih dan muda. Rambutnya sebahu dgn leher yg jenjang. Doni mulai termakan fantasinya sendiri. Ia memang tidak pernah bercinta dgn gadis belia. Itukah yg diinginkannya saat ini?

“Tidak,” sahutnya sendiri, “Itu terlalu gila.” sambil menatap ke depan ia tak dapat menahan diri untuk melihat kembali ke arah kirinya. Diperhatikan dgn seksama lekukan pantat yg padat itu dgn lutut indah dan kulit yg bersih. Segala gerakan gadis itu ditangkap matanya dan dialirkan ke otaknya dalam format gerakan erotis.

Tiba-tiba salah seorang dari mereka tersingkap roknya. Doni bersorak dalam hati. Diperhatikannya dgn seksama paha bagian dalamnya.. begitu kencang, dan perlahan ia mulai ereksi. Kaca film mobilnya membuatnya sangat aman dalam bereksplorasi. Ia mulai menurunkan reitsleting celananya.

Dibelainya lembut batang kejantanannya tanpa melepaskan pandangan dari gadis itu. Jantungnya berdetak kencang. Imajinasinya meluapkan perasaan baru yg sangat dahsyat, bercinta dgn belia. Butir keringat mengalir ke lehernya. Ditariknya beberapa lembar tissue apabila ia orgasme nanti.

Tiba-tiba para gadis itu berdiri dan berjalan menjauhi halte karena beberapa orang berkulit gelap berbadan besar memasuki halte itu. Doni meraung keras sekali. “Arrgh!” Ditatapnya para lelaki itu. Mereka menyerupai segerombolan kera besar daripada manusia. Dilemparnya box tissue ke belakang. Ia percaya bahwa saat itu kecepatan batang kejantanannya menyusut lebih cepat dari cahaya. dgn mengumpat ia merapatkan reitsleting celananya kembali.

Langit semakin gelap. Rupanya awan berkumpul membentuk sebuah awan gelap besar. Kilat dan guntur bersahutan, diakhiri oleh curahan air yg berirama semakin cepat dan lebat. Di dalam mobil Doni tampak melambai-lambaikan tissue putih di atas kepalanya, tanda menyerah kepada nasib buruknya.

Para gerombolan kera itu bergerak melewati depan mobilnya menyeberang ke seberang jalan. Salah seorang dari mereka memukul kap mobilnya. Doni membalas dgn mengacungkan jari tengahnya. Ia merasa aman. Toh mereka takkan melihatnya.

Dinyalakannya mesin mobilnya karena kaca mulai mengembun. Dinyalakan stereo mobilnya sambil memandang ke kiri. Doni hampir memekik girang. Salah seorang dari gadis SMU itu ada di sana dalam keadaan basah kuyup. Doni memutar kepalanya untuk mencari yg lain. Ah, tampaknya ia sendirian, sesal Doni. Tapi tunggu.. dalam keadaan basah semua lekuk tubuh gadis itu menjadi tercetak jelas.

Rambutnya yg basah, pakaian putihnya melilit erat tubuhnya yg sintal, payudaranya menggelembung indah dgn pantat yg bundar, Doni kembali ereksi. Bibirnya bergetar menahan nafsu birahinya yg melintas menabraknya berulang-ulang. Matanya terasa panas. Dibukanya pintu mobilnya kemudian ia berlari mendekati gadis itu.

Sengaja ia berdiri di belakangnya supaya leluasa menatap tubuh gadis itu. Betapa belianya gadis ini, tubuh yg belum pernah tersentuh oleh lelaki. Payudaranya sangat penuh menyesaki branya sekitar 34. Pinggul yg ramping dgn pantat bundar yg berisi ditopang oleh lutut dan tungkai yg indah dan bersih.

Gadis itu memutar tubuhnya dan berhadapan dgnnya yg sedang menjadi Juri festival foto bugil. Doni tergagap dan secara refleks menyapanya. Gadis itu tersenyum sambil memeluk tasnya menutupi seragamnya yg transparan.

dgn berdalih bosan di mobilnya, Doni mendapatkan banyak alasan dan obrolan ringan di halte itu. Gadis itu bernama Liana, kelas satu SMA swasta berumur 16 tahun. Doni tak menghiraukan secara detail percakapannya karena suara Liana terdengar sangat merangsangnya.

“Kita ngobrol di mobil yuk, capek berdiri nih,” kata Doni.
Liana menatap ragu. Doni menangkap maksud pandangan itu.

“Ok, begini.. Kamu nggak perlu takut. Ini dompet saya. Ini kunci mobil. Di dalamnya ada semua kartu identitas saya. Kalo saya berniat jahat dgn kamu, kamu boleh buang kunci ini dan bawa dompet saya ke polisi, ok?” Liana tersenyum riang menerima dompet itu, lalu mereka bersama-sama memasuki mobil.

Di dalam mobil Liana merasa gugup. Baru kali ini ia manuruti orang asing, laki-laki lagi. Sekilas teringat pesan ibunya untuk menjaga diri, dan baygan pacarnya yg tidak menjemputnya. Liana menjadi kesal.L iana membuka dompet itu, terdapat beberapa credit card dan kartu identitas. Diambilnya KTP lalu diselipkan di saku bajunya.

“Ini cukup,” ujarnya. dgn tersenyum acuh Doni menerima dompetnya kembali sambil menyalakan stereo setnya. “Kamu kedinginan? saya punya kemeja bersih. Kamu bisa ganti baju di belakang. Saya janji tidak akan menegok ke belakang,” tanya Doni penuh harap. Liana menggelengkan kepalanya.

Obrolan sore itu menjadi lancar didukung suasana gelap mendung dan derasnya hujan. Bahkan Liana pun mulai berani menceritakan dirinya. Mata Doni mencuri pandang untuk menatap paha Liana yg tersingkap. Doni menceritakan dirinya, pacarnya dan secara halus iapun menceritakan pengalaman seksualnya, bagaimana ia melakukan foreplay.

Ia ceritakan dgn lancar dan halus hingga Liana tidak tersinggung. Doni menangkap beberapa kali Liana menarik nafas panjang, sepertinya Liana terangsang mendengar cerita Doni. Wajahnya mulai memerah, jemarinya memilin ujung tali tasnya.

“Tampaknya ini tak cukup,” kata Doni. Lalu ia menawarkan Liana untuk menonton VCD kartun kesayaangannya. Liana berseru gembira. Lalu Doni membuka TVcar-nya dan berkata, “Kamu tunggu di sini. Kunci pintunya. Saya mau keluar beli permen di sebelah halte itu.” Liana mengangguk pelan dan matanya menatap layar TV kecil penuh harap.

Doni keluar mobil sambil membawa remote lalu menyalakan VCD changer dari luar mobil dgn film yg sama ia tonton sebelum hujan tadi. Ia berlari ke pedagang asongan pinggir jalan dan melirik jamnya.. 5 menit dari sekarang! sambil membicarakan cuaca ke pedagang asongan itu. Liana menatap adegan di mini TV itu.

Lelaki sedang menjilati seluruh tubuh wanita pasangannya. Jantungnya berdegub. Ia memejamkan mata, tetapi suara lenguhan dan desisan membuatnya kembali ke layar. Dilihatnya keluar. Ia tak bisa menemukan Doni dari dalam mobil itu. Kembali ke layar, tertegun ia melihat lelaki itu menjilati puting susu. Tangannya menjadi dingin. Lelaki itu sekarang menjilati paha.

Liana menyilangkan kaki kirinya di atas kaki kanannya. Lalu lelaki dalam film itu mulai menjilati liang kewanitaan wanita itu. Liana merasa seluruh tubuhnya gemetar, nafasnya terengah-engah. Iapun heran mengapa nafasnya begitu.

“Sorry rada lama, nggak ada kembalian. Terpaksa saya nunggu pedagangnya tukar uang,” sembur Doni. Liana tersentak dan memalingkan wajahnya. Doni pura-pura terkejut sambil cepat-cepat mematikan stereonya dan menutup layarnya. “Aduh, maaf.. kenapa bisa ini.. maaf Lia,” kata Doni tergagap.

Lalu ia membuka CD changer dan mengambil piringan porno itu lalu mematahkan menjadi dua dan membuangnya ke luar mobil. Liana sangat terkejut melihat itu lalu berkata, “Udah deh Don nggak pa-pa.. sorry juga aku nggak bisa matiinnya,” katanya sambil memegang lengan Doni. Doni menoleh pelan sambil menatap mata Liana. “Sorry?” Liana menyahut pelan. “Nggak pa-pa,” nafasnya masih terengah-engah. Inilah saatnya, batin Doni. Now or never.

Dipegangnya lengan Liana. Ditariknya mendekat, disingkirkan tas di hadapannya. Melihat seragam putih yg masih basah dgn bra membayg itu Doni kehilangan kontrol. Bibirnya langsung mengecup bibir Liana. Liana tersentak ke belakang kaget. Doni memburunya. Dikulumnya bibir bawah Liana yg masih terengah-engah itu, sambil menurunkan posisi kursi mobilnya sehingga Liana tampak seperti berbaring.

Dilepasnya bibir, dilanjutkan ke telinga. Lidahnya menggelitik belakang telinga Liana sambil sesekali menyeruak masuk ke lubang telinganya. Bau harum rambut Liana memancarkan bau alami gadis belia tanpa parfum, mengundang Doni untuk berbuat lebih jauh. Dibukanya kancing seragam sekolah Liana sambil mengulum mulut Liana. Liana menggelengkan kepalanya perlahan.

Doni mengangkat kepala sejenak melihat gundukan daging padat dan kenyal terbungkus bra berkain lembut. Betapa muda dan tak berdosanya. Biarkan aku menikmati tubuh beliamu, merasakan dgn seluruh indraku untuk membuatmu menjadi ternoda. Aku ingin menyetubuhimu, menghinakan tubuh sucimu, karena aku pantas mendapatkan tubuhmu, hati Doni berteriak.

Dibukanya bra itu lalu dgn rakus dijilat puting kiri Liana sambil meremas payudara kanannya. Dikulumnya semua daging payudaranya, seakan hendak ditelannya. Liana mengerang. Kakinya menjejak-jejak lantai mobil. Lalu Doni memindahkan tubuhnya ke atas Liana. dgn kasar dipegangnya celana dalam Liana. Liana tak sanggup berkata dan bergerak, semuanya begitu ketakutan.

Keingintahuan dan kenikmatan berbaur, muncul silih berganti menggempur hati, otak dan nalurinya. Saat ia merasa takut dgn perbuatan Doni, sedetik kemudian ia merasa jiwanya melayg, sedetik kemudian otaknya memerintahkan tubuhnya agar bersiap menunggu kejutan berikutnya begitu berulang-ulang.

Liana meneriakkan kata jangan sewaktu Doni dgn kasar melepas celana dalamnya, lalu ia didudukkan di atas kursi mobil bagian atas. Doni berpindah tempat dgn cepat ke bawah tubuhnya dan mulut Doni mulai menjilati liang kewanitaannya seperti hewan yg kehausan. Dicengkeramnya pegangan pintu, kakinya diangkat oleh Doni ke atas. Liana tak tahu apa yg dilakukan Doni, tapi ia merasa ada sesuatu di dalam dirinya.

Perasaan yg aneh, dimulai dari jantungnya yg berdetak lebih keras lebih cepat menjalar ke pinggulnya, sementara denyutan liang kewanitaannya membentuk impuls yg semakin kuat, semakin cepat, kakinya mengejang, pandangannya mengabur, jiwanya serasa terhempas keatas-bawah. Namun tiba-tiba semua itu berkurang. Dibukanya matanya. Tampak Doni sedang mengamatinya dgn matanya yg menyala oleh birahi.

Doni mengambil nafas sejenak. Ditatapnya liang kewanitaan Liana dgn rambut kemaluan yg tumbuh tak beraturan. Kemudian dilanjutkannya lagi jilatan sekitar klitoris Liana. Begitu muda, ditatapnya sebentar, liang kewanitaan belia sekarang milikku. Aku menjilatinya, aku menghisapnya.

Sekarang aku bahkan menggigitnya. Liang kewanitaan ini milikku, akan kunodai sesukaku, dgn caraku, dgn nafsuku. Akan kubuat tubuh suci ini ternoda oleh tubuhku, oleh nafsuku. Akan kutaburi tubuhnya dgn spermaku. Akan kuberi cairanku yg akan menyatu dgn dirinya sehingga ia akan selalu terkotori oleh nodaku.

Doni semakin liar dan segera menghentikan tindakannya ketika Liana mulai mengejang. Dibukanya cepat celananya, digosokkan batang kejantanannya ke permukaan liang kewanitaan Liana. dgn mudah dimasukkannya batang kejantanannya perlahan-lahan senti demi senti, sambil mengulum dan meremas payudara kenyal Liana. Lalu dibenamkan semua batang kejantanannya.

Betapa hangat, betapa nikmat. Lalu mulai digerakkan maju-mundur, semakin lama semakin cepat. Doni mendengar suara Liana hanya, “Ssh.. sh..” terputus-putus. Lalu diangkatnya pinggul Liana. Dipercepat gerakan pinggulnya sendiri sampai tubuh Liana melengkung kaku. Kini saatnya.. Doni mengeluarkan spermanya sambil menekan dalam-dalam.

Lima belas menit setelah itu.. Liana menggigit ujung seragamnya yg lusuh, sementara Doni merapikan rambutnya. Oh puas, dan aku sekarang benci sekali dgn gadis ini, gadis belia yg ternoda. Diambil KTP dari saku Liana lalu sambil diselipkan ke dompet ia mengeluarkan 3 lembar seratus ribu rupiah sambil mencium pipi Liana.

“Ini buat kamu.” Liana menolak sambil terkaget- kaget. “Aku bukan gadis bayaran Don..” katanya sambil mulai menangis. “Aku sayaang kamu Donii..” sambil terisak-isak. “Tapi aku tidak sayaang kamu,” kata Doni sambil meletakkan uang itu di dalam tas Liana, lalu Roni keluar. Dalam guyuran hujan ia membuka pintu mobil, lalu menarik Liana keluar.

“Lalu lintas akan lancar. Aku harus pulang, kamu juga. Kita pisah di sini. Eh Lia.. thanks ya?!” Liana berteriak histeris sambil lari keluar. Doni kembali ke mobilnya mengunci pintu dan tersenyum melihat mobil di depannya bergerak ke depan. TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar