Gairah Gadis Desa Yang Perawan

Gairah Gadis Desa Yang Perawan




Gairah Gadis Desa Yang Perawan
Gairah Gadis Desa Yang Perawan

Bandar Ceme - Dinda baru saja selesai menyapu lantai. Dan sekarang ia berniat mencuci piring kotor. Ia berjalan masuk kedalam dapur dan mendapati Mbak Rini sedang membenahi peralatan dapur. Pada jam seperti ini restoran tempat mereka bekerja sudah sepi. Hari ini giliran Dinda yang harus pulang lambat karena ia harus merapikan restoran untuk buka nanti malam. Begitulah keadaan restoran dikota kecil, pagi buka sampai jam 3 sore lalu tutup dan buka kembali jam 7 malam. Dinda tahu ia tak akan sempat pulang karena ia harus bekerja merapihkan tempat itu bersama Rini .

Dinda adalah seorang gadis yang cantik dan ramah. Usianya sudah 17 tahun dan ia tak dapat lagi meneruskan sekolahnya karena orang tuanya tidak mampu. Wajahnya oval dan sangat bersih, kulit gadis itu kuning langsat. Mata Dinda  bersinar lembut, bibirnya kemerahan tanpa lipstik. Dinda mempunyai rambut yang panjang sampai dadanya, berwarna hitam, tubuhnya seperti layaknya gadis kampung seusianya. Buah dada Dinda membusung walaupun tidak dapat dikatakan besar namun Dinda memiliki pantat yang indah dan serasi dengan bentuk tubuhnya. Pendek kata Dinda seorang gadis yang sedang tumbuh mekar dan selalu dikagumi setiap pemuda dikampungnya.
Rini seorang wanita yang sudah berusia 32 tahun. Ia seorang janda ditinggal cerai suaminya. Sudah 3 tahun Rini bercerai dengan suaminya karena laki-laki itu main gila dengan seorang pelacur dari Jawa Tengah. Rini bertubuh montok dan bahenol. Semuanya serba bulat dan kencang, wajahnya cukup manis dengan rambut sebahu dan ikal. Bibir Rini  sangat menggoda setiap laki-laki, walaupun hidungnya agak pesek. Kulit Rini  berwarna coklat tua karena ia sering ke pasar dan ke sawah sebagai buruh tani kalau sedang musim tanam atau panen. Rini dulunya adalah seorang pelacur daerah Tretes, Jawa Timur. Dulu uang begitu gampang diperoleh dan laki-laki begitu gampang dipeluknya, sampai akhirnya hukum karma membuat ia menjanda karena sesama teman seprofesinya juga. Banyak orang dikampung yang diam-diam mengetahui sejarah kelam Rini  dan banyak juga yang mencoba hendak memanfaatkan dia. Tapi selama ini Rini terlihat sangat cuek dan sinis terhadap orang-orang yang menggodanya. Buah dada Rini besarnya bukan main, sering ia merasa risih dengan miliknya sendiri. Tapi ia tahu buah dadanya menjadi buah-bibir baginya. Dan sedikit banyak ia juga bangga dengan buah dadanya yang besar dan kenyal itu. Rini juga memiliki pantat yang besar dan indah, nungging seperti meminta……. tubuh Rini  sering menjadi mimpi basah para pemuda dikampungnya.
“Din, kamu sudah punya pacar belum?” Tiba Rini berjongkok didepan Dinda dan mulai membantu gadis itu mencuci pirng-piring kotor. Dinda terkikik dan menggeleng.
“Belum tuh”
“Lho? Gadis secantik kamu pasti banyak yang naksir” kata Rini sambil memandang Dinda . Dinda tertawa lagi.
“Payah.?? semuanya mikir kesitu melulu” Jawab Dinda .
“Memang.?? laki2 itu kalau melihat perempuan pikirannya langsung ingin ngewe” kata Rini tanpa merasa risih berkata kasar.
“Ah mbak, jangan suka ngomong gitu ah” timpal Dinda .
“Kan nggak ada yang dengar ini” Jawab Rini . Mereka terdiam lama.
“Mbak…….” suara Dinda menggantung. Rini terus mencuci.
“Mmmm?” Jawab wanita itu.
“Ngggg………”
“Ngomong aja susah banget sih” Rini mulai hilang sabar. Dinda menunduk.
“Ngg…… anu…….. ngewe itu enak nggak sih?” Akhirnya keluar juga. Rini memandang gadis itu.
“Yaaa…….. enaak banget Din, apalagi kalo yang ngewein kita pinter” jawab Rini seenaknya.
“Maksud mbak?” Dinda penasaran.
“Iya pinter………. bisa macam-macam dan punya kontol yang keras!” kata Rini sambil terkikik. Dinda  macam-macam apa sih, Mbak?” tanya Dinda . Rini memandangnya sambil menimbang. Ah……. toh nanti gadis kecil ini harus tahu juga. Dan Dinda sungguh cantik sekali, sekilas mata Rini tertumbuk pada posisi Dinda yang sedang berjongkok. Rini melihat gadis itu mengangkang dan terlihat celana dalam gadis itu berwarna coklat muda.
“Macam-macam seperti tempik kita diciumin, dijilat bahkan ada yang sampai mau ngemut tempik kita lohh….” jawab Rini uti. Entah kenapa Rini merasa sangat terangsang dengan jawabannya dan darahnya mendidih melihat selangkangan Dinda yang bersih serta mulus.
“Idiiiih…… jorok ihhhh….. kok ada yang mau sih?” Dinda sekarang melotot tak percaya.
“Lho…… banyak yang doyan ngemut memek Din. Ngemut kontol juga enak banget kok” jawab Rini masih terus melihat selangkangan Dinda .
“Astaga……. masak anunya lelaki diemut?” Dinda merasa aneh dan jantungnya berdebar, ia merasa ada aliran aneh menjalar dalam dirinya. Gadis itu tidak mengerti bahwa ia terangsang.
“Oh enak banget Din, rasanya hangat dan licin, apalagi kalo ehm…… ehmm………”
“Kalo apa mbak?” Dinda makin penasaran. Rini merasa melihat bagian memek Dinda yang tertutup celana dalam krem itu ada bercak gelap, tapi Rini tidak yakin.
“Yaaa…….. malu ahhh….!” Rini sengaja membuat Dinda penasaran.
“Ayo doong mbak” rengek Dinda . Rini sekarang yakin bahwa memek gadis itu sudah basah sehingga terlihat bercak gelap di celana dalamnya. Rini sendiri merasa sangat terangsang melihat pemandangan itu.
“Kalo pejuhnya menyembur dalam mulut kita, rasanya panas dan asin, lengket tapi enak banget!” bisik Rini didekat telinga Dinda . Dinda membelalakkan matanya.
“Apa itu pejuh?” tanyanya. Rini merasa tidak tahan.
“Pejuh itu seperti santan yang sering bikin memek kita basah lho” Jawab Rini . Ia melihat bagian memek Dinda makin gelap, wah gadis ini banjir, pikir Rini .
“Idiiihhh amit-amit, jorok banget sih”
“Lho kok jorok? Laki-laki juga doyan banget sama santan kita, apalagi kalo memek kita harum, tidak bau terasi”
“Idiiihh mbak saru ah!”
“Tapi aku yakin memek kita pasti wangi, soalnya kita kan minum jamu terus”
“Udah ah, lama2 jadi saru nih” kata Dinda . Rini tertawa.
“Kamu udah banjir yaaa?” goda Rini . Dinda memerah, buru-buru ia merapatkan kedua kakinya.
“Ahhh….. Mbaakk!!!” Rini  tersenyum melihat Dinda melotot.
“Nggak usah malu, aku sendiri juga basah nih” Kata Rini . Ia lalu membuka kakinya sehingga Dinda bisa melihat celana dalam putih dengan bercak gelap ditengah, Dinda terbelak melihat bulu-bulu kemaluan Rini yang mencuat keluar dari samping celana dalamnya, lebat sekali, pikirnya.
“Ihhh….. mbak jorok nih” desis Dinda . Rini .
“Mau merasakan bagaimana tempik kamu diemut?” bisik Rini . Dinda berdebar.
“Ngaco ah!”
“Aku mau emutin punya kamu, Din?” Rini mendekat. Dinda buru-buru bangun dan mundur ketakutan. Rini  tertawa.
“Kamu akan bisa pingsan merasakannya” bisik Rini lagi.
“Ogah ah….. udah deh…… jangan nakut-nakutin akhh” Dinda mundur mendekati pintu kamar mandi dan Rini makin maju.
“Nggak apa-apa kok…. cuman diemut aja kok takut?”
“Masak mbak yang ngemut?”
“Iya… supaya kamu tahu rasanya”
“Malu ahhhh…….”
“Nggak apa-apaaa……” Rini mendekat dan Dinda terpojok sampai akhirnya pantatnya menyentuh bibir bak mandi. Dan Rini sudah meraba pahanya. Dinda merinding dan roknya terangkat ke atas, Dinda memejamkan matanya. Rini sudah berjongkok dan mendekatkan wajahnya ke memek Dinda yang tertutup celana dalam. Rini  mencium bau memek Dinda , dan Rini puas sekali dengan harumnya memek Dinda . Dulu ia sering melakukan hal-hal seperti ini, malah pernah ia bermain-main bersama 4 pelacur sekaligus untuk memuaskan tamunya.
Tubuh Dinda gemetar dan seluruh bulu kuduknya meremang, gadis itu merasa suhu tubuhnya meningkat dan perasaannya aneh. Rini mulai menciumi memek Dinda yang masih tertutup. Pelan-pelan tangannya menurunkan celana dalam Dinda dan Rini terangsang melihat cairan lendir bening tertarik memanjang menempel pada celana dalam gadis itu ketika ditarik turun. Rini menjulurkan lidahnya memotong cairan memanjang itu dan lidahnya merasakan asin yang enak sekali. Memek Dinda sungguh indah sekali, tidak terlihat bibir kemaluannya bahkan bulu-bulunya pun masih halus dan lembut. Rini  mencium dan mulai melumat memek Dinda . Gadis itu mengerang dan menggeliat-liat ketika lidah Rini menjalar membelai liang memeknya. Dinda benar-benar shock dengan kenikmatan aneh yang dirasakannya, ada perasaan geli dan jijik, tapi ada perasaan nikmat yang bukan alang kepalang. Gadis itu merasakan keanehan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Bulu kuduknya berdiri hebat tatkala lidah Rini menyapu dinding memeknya, Dinda menggeliat-liat menahan perasaan nyeri nikmat bagian bawah perutnya.
“Aahhh…. Mbak… uuuhhhh….. ssshhhhh…. ja…. jangan mb….. mbbak! Ji…. jijikhh…. aahhhh” Rini tidak memperdulikan rintihan dan erangan Dinda . Lidahnya bergumul dan menembus liang memek Dinda dengan lembut, Rini tahu Dinda masih perawan dan ia tak ingin merusak keperawanan Dinda , lidahnya hanya menjulur tidak terlalu dalam, namun Rini sudah dapat merasakan cairan asin hangat yang mengalir membasahi lidahnya dan Rini mengendus-endus bau khas memek Dinda dengan sangat menikmatinya. Rini perlahan-lahan menyelipkan jari-jarinya kesela-sela bokong Dinda , dengan lembut dan dibelai-belainya liang anus Dinda , dan Dinda sedikit tersentak tapi kemudian menggelinjang geli, tapi Dinda membiarkan dirinya pasrah terhadap Rini . Ia percaya sepenuhnya pada Rini dan sekarang ia benar-benar merasakan kenikmatan yang selama ini belum pernah ia rasakan bahkan dalam mimpipun!
“Enak Din?” desah Rini dengan mulut berlumuran lendir Dinda . Dinda  memandang ke bawah dan mengangguk, tubuhnya bergetar hebat, ia tak menyadari bahwa itu yang dinamakan klimaks kenikmatan seorang perempuan. Rini merasakan liang memeknya berdenyut dan ia meraba serta menusuk-nusukkan jarinya sendiri keliang memeknya dan merasakan cairan licin membasahi jarinya. Ia merintih dengan wajah tersuruk diselangkangan Dinda , lidahnya kini menjulur dan membelai liang dubur Dinda dan membuat gadis itu terlonjak-lonjak kegelian serta terpana mendapatkan perlakuan yang tidak pernah dibayangkannya. Dinda merasa liang duburnya ditekan-tekan oleh benda lunak dan sesekali terselip masuk kedalam dan ia akan terlonjak kaget becampur geli, tapi lebih banyak merasakan kenikmatannya.
Entah bagaimana awalnya, tapi kenyataannya Dinda dan Rini  telah saling memeluk dalam keadaan telanjang bulat dilantai kamar mandi. Rini mencium mulut Dinda , mulanya gadis itu menolak tapi permainan jari-jemari Rini diitilnya membuat gadis itu mabuk kepayang dan kepalanya dipenuhi nafsu berahi yang memuncak dashyat. Rini melumat mulut Dinda dengan penuh nafsu, Dinda membalasnya dengan malu-malu tapi mereka berdua memang saling melumat juga akhirnya. Terdengar bunyi mulut mereka ketika lidah mereka saling mengait dan saling menghisap. Dinda berkelojotan berkali-kali dan Rini merasakan memeknya berdenyut-denyut nikmat, ia membayangkan Dinda menjilati dan mengemuti kemaluannya.
Perlahan-lahan Rini  mulai menjilati leher gadis itu dan terus menciumi ketiak Dinda , gadis itu menggelinjang kenikmatan dan makin mengerang keras ketika Rini mulai menghisap puting tetek Dinda . Perlahan Rini menggeser posisinya sehingga Dinda dapat membelai memeknya, tapi gadis itu hanya menggeliat saja. Rini  tidak sabar, diambilnya tangan Dinda dan ditaruhnya di memeknya, Dinda mulai membelai dengan canggung. Ketika jarinya tidak sengaja masuk keliang memek Rini , segera saja wanita itu memajukan pinggulnya dan memompa jari Dinda . Dinda mulai mengerti dan ia mulai memainkan itil Rini dan membuat wanita itu terlonjak-lonjak nikmat. Lalu perlahan Rini sudah mengangkangi Dinda dan ia menciumi memek Dinda kembali, lidahnya kembali menggumuli liang kemaluan gadis itu. Dinda kembali merasakan terjangan gelombang kenikmatan manakala memeknya digumuli Rini , Dinda membiarkan wajahnya basah karena cairan memek Rini berjatuhan, menetes dan membentuk lendir panjang, tapi Dinda tidak berani menjilat lendir yang jatuh dibibirnya. Ia memandang liang memek wanita itu dengan heran. Memek Rini dengan bibir tebal kehitaman, bulu kemaluan yang lebat bukan main tapi tidak menutupi liang itu. Dinda melihat memek Rini lain dengan miliknya. Dan memek itu makin turun sehingga nyaris menyentuh hidungnya. Dinda mencium bau memek Rini dan dirasakannya sama baunya dengan memeknya.
Dinda menjerit tertahan ketika mencapai klimak, tanpa sadar ia menarik bokong Rini sehingga wajahnya terbenam dalam memek wanita itu, Dinda gelap mata, ia menjulurkan lidahnya dan menggumuli liang penuh lendir bening itu. Dinda bahkan menghisap lendir itu seperti kelaparan. Dinda mengemut itil Rini yang besar dan menonjol. Tubuh Rini  kaku seperti kayu dan bergetar hebat, pinggulnya kejang-kejang merasakan orgasme yang luar biasa ketika itilnya dihisap dan dijilat Dinda . Rini menjerit keras dan ia menekan memeknya sehingga ia dapat merasakan hidung Dinda terselip dibelahan liang memeknya dan ia menggoyang2kan pinggulnya maju mundur dan dirasakannya itilnya bergesekan dengan hidung Dinda dan gadis itu malah menambahkan kenikmatan Rini dengan menjulurkan lidahnya sehingga setiap kali Rini memajukan atau memundurkan pinggulnya selalu bergesekan dengan lidah serta hidung Dinda . Rini berkelojotan hebat sekali, ia meliuk-liuk seperti menahan nyeri, matanya berputar sehingga menampakan putihnya saja dan mulutnya mengeluarkan desahan kenikmatan.
“Dinda !!!!……. aaaaaaarrrrgggghhhhh!!!!…..” Rini merasakan bagian bawah perutnya nyeri dan ngilu. Orgasme yang ternikmat yang pernah dirasakannya sejak ia meninggalkan dunia hitamnya.
Dinda merasa puas karena berhasil membuat Rini menjerit-jerit minta ampun karena kenikmatan. Dinda merasa, ternyata ia suka sekali dengan rasa dan bau memek Rini . Ia berpikir apakah memeknya juga seenak itu. Ia merasakan hangatnya liang memek Rini dan ia merasakan kasarnya bulu-bulu kemaluan Rini kala menggesek diwajahnya. Dinda tersenyum lemah karena lelah. Rini ambruk diatas tubuhnya dan Dinda membiarkan, dan gadis itu iseng membuka pantat Rini dan memperhatikan liang anus Rini . Dinda melihat liang dubur Rini seperti bintang berwarna kehitaman dan sangat indah. Dinda penasaran, ia mencium serta mengendus liang itu…. tidak berbau apa-apa. Rini diam saja membiarkan Dinda berbuat sesukanya. Dinda menjulurkan lidahnya dan menyentuh liang dubur Rini dengan perlahan, kemudian ia menempelkan hidungnya lagi dan merasakan kehangatan liang itu. Dan Dinda mulai menekan-nekan lidahnya ke liang itu dan membuat Rini menggelinjang geli.
“Aduh Din, enak…. terus Din… jilat… jilat terus… ya.. ya… aaakkhhhh…” Rini merasakan lidah Dinda kaku menusuk liang duburnya. Rini bangkit lalu berjongkok diatas wajah Dinda dan ia mulai menurun naikkan bokongnya sehingga lidah Dinda yang kaku dirasakannya menembus sedikit kedalam liang duburnya. Rini menggeram pelan…… Dinda merasakan perasaan aneh ketika lidahnya melesak masuk kedalam liang dubur Rini , ia menyukai permainannya itu dan merasa senang dengan apa yang diperbuatnya. Lidahnya tidak merasakan apa-apa, yang dirasakan cuma perasaan anehnya saja.
Rini tidak ingin Dinda terus melakukan untuknya. Ia menggulingkan Dinda sehingga gadis itu terlentang, lalu kedua kakinya diangkat oleh Rini sehingga liang dubur gadis itu mencuat keatas wajahnya. Dijilatnya liang dubur Dinda dengan rakus, lalu setelah licin oleh air liurnya dimasukkannya jarinya kedalam liang itu. Dinda menggigit bibir, ia merasa mulas tapi sekaligus nikmat. Kemudian dilihatnya Rini mengeluar masukkan jarinya lalu setelah beberapa lama Rini menjilati jari itu dengan nikmat, bahkan lidahnya terbenam jauh kedalam liang duburnya. Dinda mengeluh, belum pernah itu membayangkan apalagi merasakan perbuatan seperti itu, gadis itu mabuk kepayang dan sangat terangsang dengan perbuatan Rini . Ia merasa seolah-olah Rini adalah pembersihnya, Dinda memejamkan mata dan merasakan memeknya berdenyut mengeluarkan cairan.
Rini benar-benar tergila-gila dengan perbuatannya itu, ia tidak pernah menjilat liang dubur pria dan ia tak pernah ingin, tapi liang dubur Dinda begitu merangsang, begitu lembut dan begitu nikmat. Rini tidak mau membayangkan apa yang biasa keluar dari lubang itu, ia cuma ingin merasakan lidahnya terjepit diliang itu dan bagaimana rasanya. Ia tahu Dinda gadis yang sangat bersih, sama dengan dirinya. Rini tidak kuatir dengan hal itu. Yang diinginkannya saat ini hanyalah membuat Dinda betul-betul puas dan dewasa. Rini kemudian memompa liang memek Dinda dengan lidahnya dan membuat gadis itu meraung-raung serta kejang-kejang.
“Mbaakkkk… sudah mbaakkk…. ampuuunnn…… ooohhhhh!!!” Dinda sudah tidak kuat lagi menanggung kenikmatan yang datangnya bertubi-tubi melanda tubuh dan perasaannya. Ia menjambak rambut Rini dan berusaha membuat wajah itu jauh dari memeknya. Dan akhirnya mereka berbaring lelah dilantai kamar mandi. Rini memandang Dinda ….
“Bagaimana? Sudah mau pingsan keenakan belum?” tanya Rini . Dinda membuka matanya dan memandang wanita itu.
“Bisa gila aku mbak…. aahhh benar-benar bisa gila!” Desah Dinda . Rini tersenyum.
“Mau lagi?”
“Jangan! Bisa semaput benaran aku nanti…”
“Ya sudah tak mandikan yuk!” Kata Rini . Mereka bangkit dan kemudian saling memandikan. Sejak itu Dinda mengetahui apa yang harus dilakukannya jika berahinya datang melanda. Kejadian pertama itu membuatnya tahu apa sebenarnya yang dapat membuatnya nikmat dan puas. Dinda belajar banyak dari Rini . Dan ia memuja wanita itu.
Malam itu Dinda tidak dapat memejamkan matanya, ia teringat perbuatannya dengan Rini . Terbayang olehnya perbuatan Rini terhadap dirinya, Dinda merasa seluruh bulu ditubuhnya berdiri dan ia merasa agak demam. Ia mengeluh karena merasa ingin sekali mengulangi lagi dengan wanita itu. Dinda bangun dan berjalan kemeja kecil tempat ia biasa merias diri. Dikamar sebelah terdengar suara2 aneh, itu kamar Surti, teman sesama kostnya. Dinda mencoba mendengar, antara kamar dengan kamar hanya dibatasi dinding papan tipis. Dinda kadang suka kesal dengan Surti yang bekerja di pabrik karena wanita itu suka menendang-nendang dalam tidurnya dan itu membuat Dinda kaget setengah mati ditengah malam. Tapi suara sekarang lain, bukan suara yang keras, suara yang samar-samar dan sepertinya ada suara lain, Dinda menempelkan telinganya dan ia mendengar suara rintihan Surti. Dinda berdebar, ini malam minggu….biasanya pacar wanita itu suka datang menginap. Sedang apa mereka?
Dinda berjingkat keluar kamar. Diluar sepi sekali, sekarang sudah jam 1 pagi, pasti Surti sedang berasyik-asyik dengan pacarnya. Dinda tegang, ia berjalan kebalik kamar Surti yang bersebelahan dengan ruang televisi. Dinda tahu disana dindingnya tidak sampai atas dan dinding itu yang menyekat kamar Surti. Pelan-pelan Dinda naik keatas bangku, lalu naik lagi keatas lemari pendek dan ia berjongkok disana. Ia ragu hendak berdiri, takut terlihat, tapi keingin tahuannya membuatnya nekad. Dan pelan-pelan kepalanya menyembul dan pandangannya menatap kedalam kamar Surti. Penerangan kamar itu agak redup tapi Dinda bisa melihat dengan jelas Surti sedang ditindih oleh pacarnya! Surti mengerang sambil menggeliat-geliat menggoyang pinggulnya, kedua kakinya terlipat dan menekan pantat pacarnya. Pacarnya menggenjot Surti dengan cepat. Dinda merasa meriang, matanya terbelalak dan tubuhnya gemetar. Laki-laki itu sedang meremas buah dada Surti dan wajah mereka menempel satu sama lainnya. Mereka sedang berciuman dengan liar. Surti menggumam dan melihat tangan Surti meremas-remas pantat pacarnya dengan keras. Dinda terangsang sekali, belum pernah ia melihat pemandangan orang yang sedang bersetubuh dan sekarang ia merasa aneh, ia merasa perutnya ngilu dan dengkulnya gemetar tak keruan.
Pacar Surti berteriak tertahan dan mengangkat bokongnya. Dinda melihat tangan Surti masuk kebawah dan terlihatlah kontol yang besar sekali didalam genggaman Surti dan kontol itu menyemburkan cairan putih ke perut Surti. Surti mengocok kontol pacarnya dengan cepat dan laki-laki itu nafasnya mendengus-dengus hebat dengan tubuh bergetar. Dinda merinding melihat benda yang besar dan panjang seperti itu, Dinda ngeri melihat kontol yang begitu besar, ia tahu bahwa itu besar sekali karena sebelumnya Dinda belum pernah membayangkan kontol dapat membesar dan sepanjang itu! Dinda melorot turun dengan lutut lemas, ia berjingkat kembali masuk kedalam kamarnya lalu merebahkan diri diranjang. Mengerikan sekali kontol lelaki, pikirnya. Mana mungkin benda sebesar itu muat dimemeknya? Dinda merinding membayangkan lubang memek Surti yang pasti luar biasa besar. Dan Dinda akhirnya terlelap….
Seminggu lewat sudah dan Dinda bingung memikirkan Rini . Wanita itu tidak masuk seminggu sejak pergumulan mereka. Nanti sore ia akan menanyakan pada pemilik warung mengapa Rini tidak masuk. Selama seminggu ini Dinda tidak bergairan dalam pekerjaan, memeknya basah terus kalau mengingat Rini atau mengingat pemandangan adegan Surti dengan pacarnya. Dinda tidak bersemangat, apalagi sehari-hari teman-temannya selalu bergunjing mengenai laki-laki dan mereka tidak segan-segan membicarakan hal-hal yang paling pribadi dan selalu berakhir dengan cekikikan panjang. Dinda merasa terkucil karena teman-taman lainnya semua sudah menikah dan usia mereka jauh diatasnya, sehingga mereka selalu terdiam kalau Dinda mendekat, padahal ia ingin sekali turut mendengar gunjingan mereka. Dinda lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menyibukkan diri didapur membantu pemilik restoran.
Malam itu Dinda merasa tidak bersemangat bekerja, hatinya sedih memikirkan Rini . Ia sudah menanyakan pada majikannya dan ternyata Rini telah berhenti bekerja karena mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Dinda diam-diam menangis memikirkan Rini yang tega meninggalkannya tanpa pesan sedikitpun. Akhirnya Dinda hanya pasrah dan menjelang tutup restoran ia pulang kekostnya yang berada tidak jauh dari tempatnya bekerja lalu masuk kedalam kamarnya dan menangis kembali memikirkan Rini . Ia menangis sampai akhirnya terlelap dan bermimpi bertemu dengan Rini dan wanita itu membelai rambutnya dengan sayang, Dinda  menyusup dalam ketiak Rini dan menangis sesunggukan, wanita itu mengucapkan kata-kata hiburan padanya dan gadis itu menangis makin keras……
* * * * * * * * * *
Tidak terbayangkan oleh Dinda ketika memandang wajah wanita itu didepan pintu restoran. Tubuh Dinda bergetar dan jantungnya berdebar keras sekali. Air mata mengambang dipelupuk matanya yang indah. Bibir Dinda terbuka dengan mata terbuka seolah melihat hantu. Wanita itu berjalan masuk dan tersenyum padanya…….sudah setahun lewat sejak kepergiannya dan Dinda merasa waktu setahun berlalu seperti siput, tiada malam tanpa tangisan dan tiada hari ceria lagi selama setahun itu baginya dan kini wanita itu berdiri dihadapannya dan sungguh cantik bukan main!
Wanita itu mendekat dan Dinda tiba-tiba saja sudah menghambur dalam pelukannya. Semerbak wangi tercium oleh Dinda , wanita itu membelai rambutnya sambil memeluk erat tubuhnya. Dinda merasakan debar jantungnya menghantam dada wanita itu. Tangisan sedih terdengar dari dalam pelukan Rini . Wanita itu merasakan aliran hangat jatuh dari matanya. Ia berusaha menahan air matanya tapi mengalir juga setetes dan jatuh dirambut Dinda .
“Mbak… oh….” Dinda tak kuasa berbicara. Ia menyusupkan wajahnya makin dalam dipelukan Rini .
“Din, sudah lama sekali yaa….” Bisik Rini . Dinda mengangguk-angguk. Dinda merasakan lembutnya buah dada Rini dan ia tidak ingin melepaskan pelukannya.
“Aku rindu sekali mbak…. ja… jangan pergi lagi…..” Suara tercekat dari Dinda membuat Rini sangat terharu. Dadanya terasa sesak dan ia ingin menjerit tapi kedewasaannya membuatnya bertahan.
“Aku juga rindu Din, sudah, sudah…..” Wanita itu mendorong Dinda pelan dan membawanya duduk disalah satu kursi. Restoran itu sedang sepi sekali dan Rini memang sudah mengamatinya sejak satu jam yang lalu. Ia tidak ingin ada orang yang dikenalnya melihatnya datang dengan penampilan seperti itu, apalagi bermobil.
“Mbak cantik sekali….” Bisik Dinda , ia menatap Rini kagum. Rini memang terlihat cantik dan menawan, make up wajahnya tipis sehingga kehalusan kulitnya terlihat nyata, matanya masih seperti dulu, bersinar nakal dan genit, bibirnya yang penuh juga makin terlihat merangsang. Dinda menelan ludah, ia melihat pakaian Rini  yang sangat indah, ia melihat potongan tubuh Rini yang juga tidak berubah, montok dan kencang. Hidung peseknya tidak terlihat lagi dan penampilan keseluruhan wanita itu membuat Dinda rindu bukan main.
“Kamu kelihatan makin cantik dan matang Din….” Bisik Rini lalu dibelainya pipi Dinda yang kemerahan. Kulit gadis itu masih betul-betul halus sekali, jari Rini merayap menyentuh bibir Dinda , Dinda membiarkan jari Rini menyentuh bibirnya, ia membuka mulutnya dan menjilat jari itu, jantungnya berdegup, Rini membiarkan jarinya dihisap oleh Dinda .
“Aku rindu sekali Din dan aku kesini untuk mengajak kamu ikut aku” Kata Rini . Dinda terkejut.
“Kemana?” Tanya Dinda .Rini tertawa.
“Ikut saja aku, pokoknya kamu akan hidup enak denganku” Kata Rini .
Dinda memandang wanita itu, hatinya gundah, apa yang harus dilakukannya? Apakah memang ia akan hidup lebih enak? Tapi kalau sekali ini ia tidak ikut dengan Rini maka kemungkinan wanita itu tidak akan menemuinya kembali, Dinda sungguh bingung.
“Jangan kuatir Din, aku nggak bakalan menelantarkan kamu. Justru aku selalu ingat sama kamu, makanya aku nggak tahan lagi untuk mengajak kamu ikut denganku” Kata Rini sambil membelai tangan Dinda . “Lagipula kamu dan aku sudah seperti…. seperti…. kekasih….” Suara Rini berbisik dan bibirnya bergetar. Dinda ingin sekali memangut bibir wanita itu tapi ia agak jengah. Ia menunduk saja. Kemudian dirasakannya belaian tangan Rini dibawah meja menjamah pahanya dan mengelus serta meremas lembut pahanya, Dinda merinding, ia ingin merintih tapi ia hanya menatap saja wanita itu. Rini memandangnya sendu dan bibirnya terbuka.
“Baiklah mbak…. ka.. kapan kita berangkat?” Bisik Dinda bergetar.
“Besok kamu temui aku dihotel M, malam ini aku tinggal disana” Jawab Rini “Jangan membawa barang terlalu banyak, nanti aku belikan disana” Dinda mengangguk. Gadis itu memandang Rini , ia haus sekali akan belaian wanita itu, tapi Dinda tahu Rini tidak dapat berlama-lama, lagipula sepertinya wanita itu bukan lagi Rini yang dulu.
“Jaga diri kamu baik-baik, Din…..sampai besok” Bisik Rini . Dinda merasa pahanya diremas oleh Rini dan wanita itu bangkit sambil tersenyum. Dinda memandang kepergian Rini  dan ia merasa ada sesuatu yang terbang meninggalkan jiwanya. Rini menghilang dalam mobil dan pergi meninggalkan halaman restoran itu.
* * * * * * * * * *
Dinda memandang pemilik restoran, seorang pria berusia pertengahan. Restoran sudah sepi karena sudah agak malam dan teman-teman Dinda juga sudah pulang, beberapa yang tinggal dibelakang restoran telah masuk dan mungkin sudah tidur. Dinda sengaja memilih waktu setelah semuanya telah sepi, karena ia ingin pamit dan meminta upahnya selama bekerja disana pada sang pemilik restoran. Perjanjiannya memang begitu, semua karyawan wanita hanya dapat mengambil upahnya enam bulan sekali atau sewaktu ia ingin berhenti. Dan sekarang Dinda hendak berhenti karena besok ia sudah akan di Jakarta.
“Mengapa kamu tolol sekali hendak ikut dengan sundal itu?” Sergah pak Mohan dengan wajah mengeras dan kelihatannya marah betul. Dinda membisu, tubuhnya tegang karena takut.
“Kamu tidak tahu dia itu jadi lonte disana? Hah?” Desis laki laki itu. Ia memandang Dinda dan terus memandang gadis yang menunduk diam itu. Matanya tertumbuk pada seonggok daging yang membusung di dada Dinda yang ditutupi kaus tipis kumuh berwarna putih kekuningan. Pak Mohan terkesiap merasakan berahinya tiba-tiba memuncak melihat keremajaan gadis itu, laki-laki itu menahan napas dan menelan ludah, matanya tidak lepas dari dada Dinda dan mulutnya terkunci. Dinda tidak tahu majikannya memandangnya seperti seekor serigala yang sedang menatap domba yang tak berdaya.
“Baik, kamu boleh keluar dari sini dan sekarang kamu ikut aku untuk mengambil uangmu!” Suara serak pak Mohan terdengar aneh di telinga Dinda , tapi gadis itu merasa lega karena tidak ada lagi nada kemarahan dalam suara itu. Ia mengikuti laki-laki itu menuju kebelakang terus kebelakang berlawanan dengan mess tempat tinggal para karyawan restoran. Dinda tahu ia menuju kantor Pak Mohan, atau tepatnya tempat biasa Pak Mohan membereskan bon-bon dan beristirahat kalau sedang capek. Rumah majikannya itu jauh dari sini jadi ia suka berleha-leha diruang itu kalau sedang capek melayani tamu.
Pak Mohan menyalakan lampu kamar dan Dinda disuruh duduk di dipan yang biasa ditiduri oleh laki-laki itu. Dinda duduk dan Pak Mohan berjalan mendekatinya, tiba-tiba tangan laki-laki setengah baya itu terjulur dan meremas teteknya dengan keras, Dinda menjerit tertahan dan beringsut kesudut, ketakutan.
“Kamu mau uang kamu khan? Kamu akan ke Jakarta khan? Dan kamu toh akan jadi lonte juga nanti, sekarang kamu layani aku dululah, dan kamu akan menjadi lebih pengalaman nanti” bisik Pak Mohan dekat sekali dengan wajahnya. Dinda mencium bau rokok menyembur dari mulut laki-laki itu, sehingga membuatnya ia ingin muntah.
“Saya akan menjerit pak….. jangan pak…… malu!” bisik Dinda . Pak Mohan menerkam Dinda dengan tiba-tiba dan Dinda terhimpit oleh tubuh laki-laki itu, Dinda membuka mulutnya hendak menjerit, tapi tangan pak Mohan dengan sigap menutup mulutnya. Dinda terbelalak, ia benar-benar kalah tenaga dengan laki-laki itu, yang ternyata kuat sekali.
“Sekali kamu bersuara, maka kamu tidak akan bisa menemui sanak saudaramu lagi, kamu bisa tunggu mereka semua di neraka!” Desis Pak Mohan, wajahnya sungguh kejam sekali, membuat gadis itu merasa takut setengah mati. Perasaannya mengatakan percuma melawan laki-laki itu, ia akan sangat menyesal nanti. Lagi pula siapa yang tidak takut dengan Pak Mohan? Hanya sang isteri yang baik pada karyawan, sedangkan laki-laki ini sudah terkenal suka judi dan membuat onar. Dinda menangis tanpa suara, ia takut sekali, dan sekarang ia merasakan tubuhnya digerayangi oleh tangan lelaki itu.
“Ikuti apa yang aku suruh, maka kamu akan mendapatkan uangmu dan yang penting kamu akan selamat dan bisa jadi lonte di Jakarta, mengerti?” Ancam Pak Mohan, Dinda menggigit bibir menahan sakit ketika teteknya kembali diremas oleh laki-laki itu, ia cepat-cepat menganggukkan kepalanya dalam bisu.
Pak Mohan menarik kaki Dinda sehingga gadis itu terlentang di dipan kayu yang beralaskan tikar. Kemudian Dinda melihat Pak Mohan dengan gugup melepaskan pakaiannya. Dinda memejamkan matanya ketika melihat kontol Pak Mohan bergoyang-goyang seperti ketimun. Ketika ia membuka matanya kembali, Dinda melihat pak Mohan sudah duduk disampingnya dan tangannya mulai menarik kaus Dinda , gadis itu tidak bergerak. Tiba-tiba pipinya ditampar oleh Pak Mohan, Dinda menjerit pelan merasakan pipinya panas, tamparan yang tidak begitu keras tapi sangat menyakitkan hatinya. Dinda mengangkat tubuhnya membiarkan kausnya lolos begitu saja dan kemudian membiarkan juga roknya diloloskan dengan mudah oleh Pak Mohan. Dinda bisa merasakan napas panas membara dari hidung laki-laki itu, Pak Mohan berusaha menciumnya tapi Dinda memalingkan wajah, tapi laki-laki itu memaksa dan Dinda  terpaksa membiarkan bibirnya dikulum mulut laki-laki itu, Dinda merasa mual….
“Pegang ini, awas jangan macam-macam kamu!” bentak Pak Mohan. Tangan Dinda dituntun untuk menggenggam kontol Pak Mohan. Dinda merasa jijik, kontol yang tidak begitu besar dan dalam keadaan layu, keriput dan hitam.
“Kocok!” perintah Pak Mohan. Dinda belum pernah melakukannya. Ia meremas-remas pelan, kenyal dan licin seperti berlendir, Dinda merasa jijik.
“Kocok seperti ini goblok!” desis laki-laki itu sambil mengocok kontolnya sendiri. Dinda berusaha menurutinya dan Dinda sedikit terkejut mendapati kontol itu bangun perlahan. Pak Mohan tidak sabar, ia harus cepat-cepat karena sang isteri menantinya dirumah. Ia menyodorkan kontolnya kemulut Dinda , gadis itu menghindar.
“Sialan kamu! Cepat hisap dan jilat! Atau kubunuh kau!” bentak Pak Mohan seperti kalap. Dinda menggenggam kontol laki-laki itu dengan tangan gemetar, dipandangnya benda yang lembek dan setengah tegang, ia memejamkan matanya dan sebelum sempat berbuat sesuatu, dirasakannya benda itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan bergerak maju mundur. Dinda ingin muntah tapi ia ketakutan. Laki-laki itu memompa mulut Dinda dengan tergesa-gesa, dari mulutnya keluar lengkuhan-lengkuhan aneh dan tiba-tiba Dinda mendengar Pak Mohan mengerang tertahan lalu mulutnya tiba-tiba terasa asin dan penuh dengan cairan lengket dan berbau aneh. Dinda menahannya supaya tidak tertelan, ia mual sekali, ia berpikir itu pasti yang dikatakan Rini sebagai pejuh. Jijik sekali, pikirnya. Dinda memejamkan matanya erat-erat dan membiarkan kontol Pak Mohan terus bergerak maju mundur dan makin pelan. Lalu benda itu ditarik keluar dari mulutnya. Dan Dinda segera memuntahkan cairan kental itu, ia memandang Pak Mohan yang kelelahan dengan perasaan benci bukan main.
“Hhh……. bagus……. memang punya bakat lonte kau! Ini uangmu dan ini bayaran pertama buat seorang lonte!” Desis pak Mohan lalu melemparkan lembaran-lembaran uang kewajah Dinda . Dinda terkulai tak berdaya dan Pak Mohan bergegas hendak keluar tapi sebelumnya sekali lagi laki-laki itu meremas teteknya dan Dinda terbelalak kesakitan. Sekejab kemudian bayangan laki-laki tua itu sudah lenyap dari pandangannya. Dinda menangis pelan, ia tidak berani lebih keras, ia malu dan takut terdengar oleh teman2 yang tinggal diseberang tempat ini. Lalu pelan-pelan gadis itu bangun, ia meraba teteknya dan meringis nyeri, lalu ia memungut uang-uang yang jatuh berserakan. Dihitungnya dan ia merasa senang juga menerima lebih dari yang diperkirakannya, ia menerima kelebihan dua puluh ribu rupuah! Jumlah yang lumayan untuknya. Dinda dengan jijik mengusap cairan mani yang menempel di dadanya dengan bhnya. Ia melepaskan benda itu dan memutuskan tidak akan memakainya. Ia memakai rok dan kausnya lalu berjingkat-jingkat keluar dari kamar itu. Diluar gelap dan kelam, sunyi, entah sudah jam berapa sekarang.
Dinda berjingkat masuk kedalam kamar mandi, rumah kostnya sudah sepi dan ia tidak ingin membangunkan semua penghuninya. Ia mulai membersihkan badannya dan ia menggosok teteknya kuat-kuat, ia tak perduli nyeri yang ditimbulkan, ia hendak melenyapkan jejak remasan Pak Mohan. Dinda menangis tanpa suara, ia tidak menyangka malam terakhir merupakan malam jahanam baginya. Ia berkumur dan menusuk-nusuk kerongkongannya sampai muntah, ia tak perduli mulutnya terasa pahit dan ia terus hendak mengeluarkan semuanya, ia tak yakin apakah tadi cairan Pak Mohan tertelan atau tidak dan ia tidak ingin cairan itu berada diperutnya. Dinda menggosok giginya berkali-kali dan akhirnya dengan pelan ia masuk kedalam kamarnya. Ia telah mencuci bersih bhnya dan pakaiannya juga, ia akan meninggalkan pakaian itu disini saja. Lalu Dinda berbaring berusaha untuk tidur……diam-diam ia bersyukur dirinya masih perawan, entah mengapa laki-laki keparat itu tidak menyetubuhinya, Dinda menghela napas dalam lelap.
* * * * * * * * * *
“Ini kamar kamu Din, suka?” bisik Rini  sambil memandang gadis itu. Dinda  ter-nganga tidak dapat berkata apa-apa. Keletihan berjam-jam dalam perjalanannya dengan Rini seakan lenyap begitu saja. Kamar yang untuknya sangat luas, ia membadingkan mungkin 3 kali dari kamar kostnya di kampung. Luar biasa, ranjangnya besar dengan sprei putih bersih, ada radio kaset disamping ranjang lalu ada meja rias dan Dinda heran melihat ada kamar mandi dalam kamar tidur, ia belum pernah tahu mengapa ada orang yang membuat kamar mandi dalam kamar tidur. Sangat membuang uang sekali, pikirnya. Tapi gadis itu sudah dapat membayangkan betapa nikmatnya dengan fasilitas seperti itu, kapan saja ia ingin mandi, ia tidak usah lagi mengantri sambil menimba air, oh menyenangkan sekali, batinnya.
“Ada air panasnya lho Din…” kata Rini . Dinda memandang wanita itu dengan penuh sayang. Ia memeluk Rini dan berterima kasih padanya dengan air mata mengalir. “Kamu berhak mendapatkannya sayang…” bisik wanita itu.
“Indah sekali mbak! Bagaimana aku harus membalas semua ini?” kata Dinda dengan suara serak. Rini tersenyum, lalu ia memanggil supir yang membawa mereka tadi untuk memasukkan barang-barang Dinda .
Dinda sangat kagum dengan rumah Rini . Besar, bersih, mewah dan berkesan anggun sekali. Tembok-temboknya dicat dengan warna kuning beras, indah bukan main. Ruang tamu yang besar dengan lantai marmer dan perabotan yang menurut gadis itu tentu sangat mahal harganya, lalu ruang makan dengan meja makan yang besar lengkap dengan kursi-kursi berderet, tirai-tirai yang mewah seperti membuang-buang kain saja. Kemudian Dinda melihat ruang keluarga yang luar biasa besarnya, dengan TV yang juga seperti layar bioskop, seprangkat sofa yang besar pula menghias ruangan itu. Ada kolam renang dipekarangan belakang, kolam yang besar bukan main, Dinda tidak dapat membayangkan berenang di kolam itu, ia belum pernah berenang dikolam renang, ia hanya pernah berenang disungai.
“Kamu istirahat saja dulu Din. Nanti sore baru kita ngobrol-ngobrol lagi” kata Rini . Lalu ia berjalan keluar kamar meninggalkan Dinda . Gadis itu duduk di atas ranjang, wah empuk sekali! Ia tersenyum sendiri membayangkan nasibnya, sungguh beruntung sekali ia disayangi seperti itu oleh Rini . Ia merebahkan dirinya lalu dalam sekejab ia sudah terlelap……
Dinda terbangun oleh belaian Rini . Jari-jemari Rini membelai pipinya, Dinda memegang tangan Rini kemudian menciumnya dengan lembut.
“Terima kasih mbak” bisiknya. Rini tersenyum.
“Ah tidak apa-apa sayang, aku memang selalu teringat akan kamu dan akhirnya aku nggak tahan lagi. Aku berkata pada suamiku bahwa aku tidak dapat merasakan keriangan tanpa kamu Din” kata Rini . Dinda mengecup lagi telapan tangan yang membelainya.
“Kok mbak kimpoi nggak bilang-bilang sih?” tanya Dinda . Rini tertawa. Ia mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir gadis itu dengan lembut. Rini rindu sekali dengan hembusan napas Dinda dan ia sudah tidak tahan ingin merasakan lidah serta mulut gadis itu. Sudah lama ia rindu pada Dinda , selama ini ia selalu melayani ‘suami’nya dengan baik. Dan sang ‘suami’ juga kelihatan sangat sayang padanya, maka itu ia memberanikan diri untuk meminta ijin mengajak gadis itu tinggal dengannya. Rini menceritakan semuanya kepada ‘suaminya’ dan tak disangka ‘suaminya’ sangat menyetujui….
“Jadi kamu suka bermain dengan cewek juga?” tanya ‘suaminya’, yang sebetulnya adalah laki-laki yang bernama Rahman dan selama ini memelihara hidup Rini dan diam-diam mereka melangsungkan pernikahan tanpa sepengetahuan isteri pertama laki-laki itu. Rini mengangguk, ia pasrah jika Rahman meledak marah dan mendampratnya. Tapi yang ia lihat hanya pandangan terpesona saja.
“Ya mas, aku selalu teringat kepadanya, aku sangat mencintainya mas” Jawab Rini .
“Jadi selama ini kamu tidak cinta padaku?” Tanya Rahman menyelidik.
“Aku mencintaimu melebihi segalanya, semuanya kuberikan dan semuanya kulakukan. Tapi selama mas tidak denganku, aku sering merasa sepi dan…..”
“Dan apa?”
“Dan membayangkan gadis itu” Rini menjawab terus terang.
“Boleh saja kamu ajak gadis itu, aku akan sangat senang sekali kalau……” Rahman tidak meneruskan kata-katanya. Rini tersenyum. Ia tahu apa yang dipikirkan Rahman.
“Aku akan mencobanya sayy…. aku juga ingin sekali kalau kamu bisa menikmati keperawanan gadis itu” bisik Rini . Rahman lega dan merasa tegang sendiri membayangkan ia digumuli oleh dua wanita, wah tentu lebih luar biasa, selama ini saja ia sudah sangat puas dengan pelayanan Rini yang sampai kemanapun belum pernah dirasakannya. Rini yang begitu hebat diatas ranjang, didalam kamar mandi, dimanapun dan kapanpun ia membutuhkannya, wanita itu selalu akan membuatnya terkulai dalam lautan kenikmatan.
“Mbak…… kok melamun?” bisikan Dinda menyadarkan lamunan Rini . Wajahnya dekat sekali dengan Dinda dan gadis itu rupanya menanti dari tadi. Rini tertawa geli lalu tiba-tiba ia memangut bibir Dinda dan melumatnya. Dinda terengah-engah membalas lumatan gadis itu. Ia merasa tangan Rini mengelus-elus buah dadanya dan ia pun membalas, ia meremas-remas tetek Rini dengan gemas dan membuat wanita itu merintih-rintih, tak dibutuhkan waktu lama untuk membuat mereka berdua berbugil ria dalam pergumulan panas. Dinda tidak tahu bahwa dilangit-langit kamar ada sebuah bintik hitam sebesar uang logam. Dan semua kejadian dikamar itu dapat disaksikan dari lantai dua rumah itu. Diruang kerja Rahman! Dan sekarang Rahman sedang menahan napas memandang kearah layar besar didalam ruang kerjanya. Tubuhnya tegang dan dirasakan daging dicelananya membengkak. Ia bisa melihat Rini melucuti pakaian Dinda dan ia bisa melihat bagaimana wanita itu menggerayangi tubuh Dinda dengan penuh nafsu.
Rahman tersengal-sengal menahan nafsu, ia melihat Dinda memangut tetek Rini dan menyedotnya seperti bayi, dan Rini dengan kalap menyuruk keselangkangan Dinda dan mulai menggumuli memek gadis itu dengan mulutnya. Rahman tak kuasa menahannya, ia juga ingin merasakan bau memek gadis itu dan bagaimana lendir gadis itu lumer dalam mulutnya, lendir perawan! Ia mengendap-endap turun dan menghampiri kamar Dinda , ruangan sepi sekali dan dibukanya pintu itu, dilihatnya wajah Dinda sedang ditindih oleh bagian bawah tubuh Rini dan Rini asyik menjilat-jilat memek Dinda , Rahman dapat melihat dengan jelas bagian dalam memek gadis itu yang kemerahan dan berkilat karena lendir. Ia merangkak masuk dan dengan sebelah tangannya ia mengambil celana dalam Dinda yang tergeletak diujung ranjang. Rahman membawa benda itu kewajahnya dan menciumnya, oohh…. nikmat sekali baunya, bau pesing bercampur dengan bau khas memek seperti punya Rini , Rahman menjilat bercak kuning dicelana dalam itu dan merasakan rasa asin, ia menjilat terus sampai bercak itu menjadi licin dan berubah menjadi lendir. Tapi ia takut ketahuan, ia segera melemparkan benda itu dan merangkak mundur keluar dari ruangan. Semuanya dilakukan tanpa mereka mengetahuinya, Rahman berdebar-debar membayangkan kapan Rini dan Dinda akan siap melayaninya bersama-sama.
“Aduh mbaakk, aku keluar lagi mbak…. aduh duh…..” Dinda berkelojotan, memeknya terangkat dan menekan-nekan wajah Rini , Rini tidak mau kalah dan mengulek memeknya dengan goyangan yang membuatnya merasa hendak kencing.
“Shaan…. mati aku Din… ooohh…. terus Din, terus!” desah Rini dan Dinda mempercepat tusukan lidahnya dalam memek Rini , ia menghujamkan mulutnya dan lidahnya menjulur dalam sekali, berkelana disekitar dinding memek wanita itu dan Dinda merasakan cairan masuk kedalam mulutnya dengan mudah, Dinda tidak perduli bahwa itu adalah air kencing yang keluar sedikit dari memek Rini karena gadis itu membuatnya seperti gila dan entah mengapa ia merasa ingin kencing terus setiap Dinda menjalarkan lidahnya didalam memeknya.
Rini merasa pinggangnya nyeri karena menahan nikmat yang membuatnya tanpa sadar meliuk-liuk seperti ular, apalagi dirasakannya lubang anusnya ditusuk-tusuk juga oleh jari-jemari gadis itu, ternyata gadis itu sekarang pandai sekali memuaskan dirinya. Rini juga tidak mau kalah dan ia membuat Dinda berguling sehingga gadis itu sekarang yang berada diatasnya dan dengan leluasa Rini menjilati cairan bening yang jatuh dari liang memek Dinda , cairan lengket dan hangat terasa asin itulah yang selalu dirindukan Rini . Enak bukan main rasanya dan Rini seperti gila menghisap lubang memek gadis itu, lidahnya dengan kaku memasuk kedalam memek Dinda dan membuat gadis itu mengerang, kadang malah Dinda tersentak kesakitan karena lidah Rini masuk terlalu dalam dan Rini cepat-cepat mengeluarkan lidahnya, ia lupa bahwa gadis itu masih perawan dan ia ingin Rahman yang memerawani gadis ini, kalau bisa nanti malam.
“Mbakhh…. aah… enak sekali mbak…. aaaaa…. keluar lagi mbak…… aduuuuhhh” Dinda mengerang panjang dan Rini merasakan cairan bening makin banyak masuk kedalam mulutnya. Rini menggosok-gosokkan hidungnya di lubang anus Dinda , ia merasa terangsang sekali melihat liang itu dan dijilatinya lubang anus Dinda , Rini memasukkan jari telunjuknya, membuat Dinda mengerang lagi. Lalu dikocok-kocoknya telunjuk itu di dalam anus Dinda . Gadis itu tersentak-sentak sambil merintih, Dinda merasa mulas tapi ada perasaan nikmatnya juga. Ia mengejan agar jari Rini lebih mudah masuk kedalam anusnya, Dinda merasa enak sekali dan ia merasa memeknya banjir besar. Sedangkan Rini dengan lahap menjilati lubang anus Dinda dan bahkan ia menjilati jarinya yang baru keluar dari dalam anus Dinda , ia mencium bau yang baginya enak sekali dan ia menghisap jari itu.
Dinda melakukan hal serupa, ia memasukkan jarinya dan buat Rini yang sudah terbiasa, kocokkan jari-jari Dinda di dalam anusnya membuatnya orgasme. Apalagi Dinda  dengan tanpa jijik menjilat anusnya dan menusuk-nusuk lubang itu dengan lidahnya, Rini merasakan kenikmatan yang membuat tubuhnya panas dan gemetar. Dengan rintihan panjang Rini mencapai orgasme lagi dan terkulai lemas. Dinda juga lemas diatas tubuh Rini . Mereka merasa rindu mereka telah terobati sementara dan Dinda diam-diam memohon agar kejadian seperti ini terus akan terjadi, ia tak ingin kehilangan Rini lagi, ia tak akan kuasa hidup tanpa wanita yang dapat membuatnya merasakan kenikmatan seperti ini. Dinda menyusukkan kepalanya disela-sela ketiak Rini , ia sangat merindukan kejadian seperti ini dimana ia merasa terlindungi dan Dinda sangat suka sekali bau ketiak Rini yang sedang berkeringat dan dengan bernafsu Dinda menjilati keringat yang membasahi bulu-bulu ketiak wanita itu. Dinda mengendus dalam dan menikmati bau khas yang sangat disukainnya, bau khas ketiak wanita kampung, tapi baginya bau ketiak Rini sungguh merangsang.
Rini cekikikan kegelian karena jilatan lidah Dinda tapi ia merasa nafsunya bangkit kembali. Rini memandang lidah Dinda membelai ketiaknya dan menjilati keringatnya dengan lahap, ia terangsang sekali melihat bagaimana gadis itu menghisap-hisap bulu ketiaknya yang lebat, seperti dikeramas saja, pikirnya. Rini menarik wajah Dinda dan melumat mulutnya, dirasakan bau ketiaknya ada dimulut Dinda dan Rini melumat habis mulut Dinda , gadis itu pasrah membiarkan lidah Rini menjalar dan menyelusup kemana suka. Ia merasa jari-jari Rini mengocok-ngocok didalam liang memeknya dan memeknya licin sekali karena banjir, wanita itu tidak menusuk terlalu dalam dan Dinda merasa nyaman sekali. Rini membawa jari-jarinya yang berlumuran lendir itu kemulutnya dan kemulut Dinda dan mereka menjilati lendir itu dengan lahap seolah-olah itu adalah tajin yang biasa dimakan bayi. Mereka saling berpelukan dengan mesra dan terlelap dalam rengkuhan kenikmatan.
* * * * * * * * * *
Ketika bangun, hari sudah senja dan mereka mandi sama-sama dalam kamar Dinda . Rini mengangumi tubuh Dinda yang benar-benar sedang ranum, matang dan sangat indah, semuanya mulus tanpa cacat. Bulu kemaluannya yang halus, buah dadanya dengan puting merah muda sangat kontras dengan tubuhnya. Tubuhnya sendiri memang masih padat dan serba kencang, tapi ia tak dapat menghindari kegemukan di perutnya, padahal ia sudah senam mati-matian, mungkin inilah karena umur, pikirnya. Sebaliknya Dinda sangat iri melihat tetek Rini yang begitu besar dan kenyal, walaupun puting susunya juga besar dan kehitaman tapi Dinda tahu banyak sekali laki-laki dikampungnya yang tergila-gila ingin menikmati tubuh Rini .
“Mbak teteknya besar sekali, kapan aku bisa punya tetek sebesar itu?” Kata Dinda , Rini tertawa terkekeh-kekeh.
“Ini dulu salah urus, sebenarnya tetekku dulu tidak sebesar ini, tapi ada gara-gara digosok dengan minyak bulus jadi gede kayak gini” Jawab Rini . Ia tak memberitahu Dinda  bahwa dulu germonyalah yang menyuruhnya menggosok teteknya dengan minyak itu.
“Memang bisa?”
“Entahlah, tapi kupikir gara-gara itu sih” mereka terkikik.
“Selesai mandi nanti kita kekamarku yuk” ajak Rini .
“Ah nanti ada suami mbak” jawab Dinda .
“Ah mungkin dia pulang malam hari ini” jawab Rini . Ia tak mau Dinda  mengetahui rencananya.
“Wah kamar mbak hebat sekali!” seru Dinda kagum melihat kemewahan kamar Rini . Rini tertawa dan mengajak gadis itu duduk diatas ranjang besar.
“Heh kamu mau nonton film?” tanya Rini . Dinda menggeleng.
“Film?”
“Iya film yang hebat deh” kata Rini lalu berjalan ke lemari TV yang terletak pas dikaki ranjang. Rini memasukkan sesuatu ke dalam kotak alat dan kembali duduk bersama Dinda . Ia memeluk Dinda dan gadis itu membalas pelukannya. Tiba-tiba Dinda melotot ketika melihat adegan dalam film itu. Ia melihat dua wanita sedang disetubuhi oleh beberapa lelaki. Ia melihat kedua wanita itu sedang disetubuhi sambil menghisap kontol pria lainnya. Dinda menahan napas, jantungnya berdebar kencang, tubuhnya meriang dan hangat. Rini merasa gadis itu gemetar.
“Lho…. kok.. kok…. ih mbak! Idiihh besar sekali mbak!” desis Dinda . Rini diam.
“Jijik mbak…. aduh jijik sekali!” seru gadis itu tatkala melihat salah seorang pria itu menyemprotkan air mani kedalam mulut sang wanita dan wanita itu dengan lahap menjilatnya sambil merengek-rengek manja. Dinda teringat malam jahanamnya dengan Pak Mohan, ternyata ada wanita yang suka sekali dengan itu.
“Oh enak sekali Din, wah rasanya luar biasa!” kata Rini . Ia membelai tengkuk Dinda . Dinda bergidik melihat wanita itu kembali menjilati kontol yang baru keluar dari memeknya dan kontol itu dengan ganas menyemburkan cairan kental kedalam mulutnya lagi.
“Aduuhh… geli amat. Kok mau sih…” Suara Dinda bergetar, diam-diam ia merasa ada perasaan aneh merambati tubuhnya. Ia merasa berahinya naik dengan cepat, apalagi Rini membelai-belai tengkuknya.
“Mbak! Gila ihhh!” Dinda melotot melihat laki-laki lain menusuk lubang pantat wanita itu dan laki-laki lainnya lagi menusuk dari bawah dan dimulut wanita itu tetap tertusuk sebuah kontol hitam. Semua lubang ditubuh wanita itu telah terisi.
“Wah itu yang paling enak Din, kamu harusnya merasakan bagaimana memek kamu dimasuki kontol Din… enaknya luar biasa!” Desis Rini . Wanita itu juga merasa terangsang. Ia melirik ke pintu yang dibiarkan tidak terkunci. Di televisi terlihat adegan dua wanita itu saling memangut kontol hitam dan mereka saling menjilat dan menyuapi satu sama lain. Dinda mendesah, ia merasa meriang sekali dan memeknya banjir besar, Dinda merasa terangsang bukan main melihat bagaimana kedua wanita itu saling membagi air mani laki-laki itu dan laki-laki itu bergantian memompa mulut wanita-wanita itu.
“Mbaakk….. aduh mbak….. nggak tahan aku” Bisik Dinda manja sambil menatap Rini . Rini melumat bibir gadis itu.
“Nafsu yaaa….?” Bisiknya. Dinda mengangguk lalu menyurukkan wajahnya ke ketiak Rini lagi.
Tiba-tiba pintu terbuka dan….. “Wah ada tamu nih?” Suara besar dan berat menyengat Dinda . Ia melompat berdiri dan membenahi roknya yang tersingkap. Rini tersenyum manis pada laki-laki itu.
“Oh mas, lho kok sudah pulang? Ini kenalkan keponakanku Dinda ” Kata Rini sambil mendorong Dinda mendekat kepada laki-laki tinggi besar itu. Laki-laki yang bertampang seram dengan brewok diwajahnya.
“Ini suamiku Din, kamu panggil saja Oom Rahman” Kata Rini .
“Oh Haloo! Wah aku tidak menyangka keponakan kamu cantik begini” Kata Rahman sambil menjabat tangan Dinda . Dinda tersipu menundukkan wajahnya. Rahman duduk diatas ranjang dan membuka sepatunya, matanya menatap televisi.
“Lho kok putar film begitu?” Tanyanya berpura-pura. Rini tersenyum, Dinda tidak berani memandang, ia malu bukan main.
“Ya iseng saja, lagian aku ingin kasih tahu Dinda bagaimana punya laki-laki itu lho!” Kata Rini manja sambil membantu melepaskan dasi Rahman.
“Mbaakk….” Dinda melotot.
“Lho? Nggak apa-apa kok Din. Mas Rahman orangnya sangat terbuka kok. Lagian kami sudah biasa dengan adegan-adegan seperti di film itu” kata Rini sambil menarik Dinda supaya mendekat. Kemudian ia memeluk Dinda dan mencium mulutnya. Dinda merasa malu dengan perlakuan Rini tapi ia juga tak ingin menghindar, ia takut Rini marah. Malah sekarang Rini meremas buah dadanya dengan perlahan.
“Mbaaakk… malu ah” rengek Dinda .
“Ah tidak apa-apa kok Din, oom sudah biasa kok” kata Rahman sambil menelan ludah. Ia merasa lidahnya kaku dan sepertinya ia sudah merasakan cairan memek Dinda lumer dimulutnya. Lalu Rini  membuka celana Rahman dan sekaligus memelorotkan celana dalamnya, maka meloncat keluar kontol yang sudah agak tegang. Dinda menutup mulutnya melihat kontol yang lumayan besar dan panjang itu. Wajahnya bersemu merah, ia tidak dapat berkata apa karena malu, ia ingin lari tapi ia takut Rini  tersinggung.
“Nih lihat ini Din. Ini yang namanya kontol enak? bisik Rini sambil mengocok pelan kontol Rahman dan Dinda bisa melihat ada lendir bening di kepala kontol itu seperti lendir memeknya. Lalu ia terbelalak melihat Rini dengan lahap mengulum kontol itu, bahkan Dinda bingung melihat kontol itu lenyap dalam mulut Rini . Dan Rahman mendengus-dengus sambil memompanya dalam mulut wanita itu. Dinda gemetar menyaksikan pemandangan yang tidak pernah dibayangkannya. Sungguh mengerikan, pikirnya. Apakah begitu enaknya sampai Rini  mau menghisap kontol itu demikian dengan lahapnya?
“Mau cobain Din? Enak banget….” Rini menarik gadis itu supaya berlutut juga. Rahman berdiri dan tersenyum pada Dinda . Ia menyodorkan kontolnya yang sudah agak keras itu. Rini mengambil tangan Dinda dan dipaksanya tangan itu menjamah kontol suaminya. Dinda  berusaha menahan tangannya dengan setengah hati. Ia bingung dan gundah, ia merasa memeknya seperti hendak meledak karena berahi yang memuncak tapi ia juga malu dan ia tak ingin berselingkuh dengan suami Rini , tapi sekarang malah Rini memaksanya menjamah daging yang seperti dodol itu.
“Nggak apa-apa Din, suamiku milik kamu juga kok….” bisik Rini . Kemudian Dinda merasakan daging itu ditangannya, lumayan besar dan kenyal, ada lendir bening keluar dari ujung kontol Rahman, dan Rini mengusap lendir itu dan memasukkannya ke mulut Dinda , Dinda merasa jijik, tapi ia hanya merasakan asin seperti pejuh Pak Mohan. Lalu Rini mendekatkan mulut Dinda sambil menekan kepalanya supaya mendekati kontol Rahman. Dan entah bagaimana Dinda pasrah saja ketika kontol itu sudah dalam mulutnya dan bergerak maju mundur. Dinda merasa daging itu hangat dalam mulutnya dan memang kalau dirasa-rasakan enak sekali, seperti mengemut es krim tapi tidak dingin melainkan hangat, hanya sesekali lidahnya merasakan asinnya lendir yang jatuh dalam mulutnya. Rini juga ikut mengemut kontol Rahman dan sesekali kedua wanita itu saling melumat dan meremas.
“Mmhhh…. enak sekali mas….. ayo… cepat keluarkan…. aku sudah tak tahan lagi mas!” Desah Rini , tangannya dan tangan Dinda berebut mengocok kontol Rahman. Bola mata Rahman terbalik dan mulutnya meleguh nikmat seperti kerbau. Kontolnya sungguh keras bukan main dalam maianan kedua perempuan itu. Ia merasakan bagaimanapun jilatan dan kocokan Rini jauh lebih luar biasa daripada Dinda . Memang ia tak salah memilih gundik, Rini memang sungguh luar biasa. Dan Rahman menyadari selama ini ia belum pernah bisa tahan lebih dari 3 menit kalau Rini sudah mengeluarkan keahlian mulut dan tangannya, apalagi kalau kontolnya sudah dalam cengkraman memek wanita itu, maka tak ayal lagi ia akan menyerah sebelum hitungan kedua puluh, padahal dengan isteri tuanya ia tidak pernah bisa keluar dan benar-benar tidak pernah bisa ejakulasi! Walau bagaimanapun sang isteri melayaninya tetap saja ia tidak dapat puas, bahkan kadang-kadang kontolnya menciut kembali sehingga harus dirangsang lagi. Tapi kalau dengan Rini , dipegang sebentar saja kontolnya sudah seperti paku baja, terus digoyang sebentar saja, kontolnya sudah meletuskan lahar panasnya, tapi Rini dapat dengan cepat membangunkan kembali meriamnya walaupun baru meledak. Rahman bersyukur dengan Rini , ia tak merasa sayang sedikitpun mengeluarkan uang luar biasa besarnya untuk membuat wanita itu mencintainya.
“Oouughhhh…… aku…. aku… mau keluar sayyy!!!” seru Rahman sambil berkelojotan. Kontolnya dikemot oleh Rini sedemikian rupa sehingga membuat seluruh otot tubuhnya ngilu menahan gelombang nikmat yang akan segera melanda. Rini mengeluarkan kontol Rahman dan segera dimasukkannya ke dalam mulut Dinda , gadis itu membiarkan kontol itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan ia mengocoknya dengan bibirnya, lidahnya berusaha menjilat kontol yang keluar masuk dalam mulutnya itu. Sementara Rini mengemuti pelir Rahman dengan keahliannya, tiba-tiba Rahman mengeluarkan leguhan keras, tubuhnya kaku dan wajahnya tegang bukan main, mulutnya ternganga sedangkan matanya terbelalak dan berputar ketika kontolnya menyemburkan cairan pejuh panas ke dalam mulut Dinda , tubuhnya kejang dan ia membiarkan kontolnya diam dalam mulut gadis itu, Rini dengan sigap mengurut dan mengocok batang kontolnya, biasanya Rini akan terus mengocok kontol itu dengan mulutnya sampai Rahman berkelojotan seperti orang sekarat, tapi ia tahu Dinda baru pertama kali dan belum tahu bagaimana membuat seorang laki-laki mengalami ejakulasi dashyat yang dapat membuatnya mati kaku. Jadi Rini membantu dengan mengurut batang kontol Rahman dan membuat laki-laki itu menggeram dashyat seperti singa.
Dinda merasa mulutnya penuh dengan cairan lengket, ia tak ingin menelannya jadi ia mengeluarkan dari sela-sela bibirnya walaupun ia tahu sebagian sudah tersembur masuk ke dalam kerongkongannya. Jantungnya berdebar melihat Rini dengan lahap menjilati setiap lelehan pejuh yang keluar dari mulutnya.
“Telan Din…….. enak kok…….. mmhhh…….. sllrrpp…….. mmmmhhhh…….” Rini menjilati cairan kental keputihan itu. Dan Rini dengan cepat menelanjangi Dinda , sehingga Dinda benar-benar berlutut tanpa selembar benangpun ditubuhnya dan wanita itu juga sudah telanjang bulat dan bahkan kini Rini  berdiri dan menyodorkan memeknya pada Dinda . Dinda hendak berpindah menggumuli memek Rini tapi Rahman masih membiarkan kontolnya dalam mulut gadis itu. Dinda mengeluarkan kontol Rahman dan menjilati pejuh yang menempel disana, ia mengemut kontol Rahman, sekarang ia merasa suka dengan rasanya, ternyata untuk menjadi biasa cepat sekali apalagi kalau memang ternyata enak.
Memek Rini digesek-gesek di wajah Dinda  dan Dinda menyelipkan hidungnya di memek Rini serta mengendusnya, hhhmmmm nikmat sekali baunya, pikir Dinda . Ia menjulurkan lidahnya dan mengorek-ngorek liang memek Rini  yang sudah licin dan banjir. Tangan kanan Dinda sibuk mengocok kontol Rahman, tapi kontol itu lemas tidak bangun kembali. Rahman meringis kesakitan karena kocokan Dinda yang tidak berpengalaman, mulutnya sedang dilumat oleh Rini , ia tidak mau melepaskan lumatan Rini hanya untuk meringis, karena semua yang diberikan Rini padanya adalah istimewa, dan belum pernah seumur hidupnya Rahman mendapatkan wanita seperti Rini .
Pelan-pelan mereka beringsut dan akhirnya mereka bertiga bergumul di ranjang. Rahman sibuk melumat mulut Dinda , ternyata gadis itu masih tidak berpengalaman sama sekali, lumatan bibirnya masih jauh dibanding Rini . Tapi kontolnya sudah tegang seperti baja kembali karena Rini yang mengocoknya.
“Mau cobain rasanya memek Dinda mas?” desis Rini . Rahman mengangguk, ia mengidam-idamkannya dan dari tadi sore serta ia juga memimpikannya. Rini menyuruh Dinda memberikan memeknya tapi Dinda malu, Rini menariknya sehingga pelan-pelan Dinda bergeser sampai tubuhnya di atas Rahman dan ia menungging diatas wajah Rahman. Rini mendorong pantat Dinda supaya turun dan pelan-pelan Dinda menurunkan pantatnya, tiba-tiba ia mengerang ketika lidah kasar Rahman dan berewoknya menyapu memeknya yang sempit menimbulkan sensasi yang tidak terkirakan nikmatnya. Dinda merasa orgasme padahal belum diapa-apakan. Sekarang ia meliuk-liuk seperti penari ular ketika lidah Rahman menjelajahi bibir memeknya dan menyapu itilnya dengan kasar. Geli dan nikmat bukan main.
Rini melihat lendir memek Dinda berjatuhan seperti tirai air terjun dan ia bersama Rahman menjilati lendir itu, sesekali ia meludah kedalam mulut Rahman dan laki-laki itu segera menikmati air liurnya. Rini menjilati liang anus Dinda dari atas dan lidahnya menusuk-nusuk lubang itu dengan ganas. Dinda mengerang, merintih, menjerit histeris karena gelombang orgasme melandanya tanpa ampun membuat perutnya mulas serta membuatnya ingin kencing. Dinda merasakan memeknya benar-benar disedot oleh Rahman sehingga mengeluarkan suara keras, lalu ia merasa air kencingnya keluar sedikit, ia malu dan berharap Rahman tidak menyadarinya. Tapi Rahman tahu, Rini pun tahu bahwa Dinda sampai terkencing-kencing saking nikmatnya.
“Ayo Dinkencing saja Din…. mmmhhhh… enak sekali kencing kamu” gerang Rahman sambil memainkan itil Dinda dengan lidahnya. Dinda tidak berdaya, dan ia tak kuasa menahannya lagi, ia hanya punya pilihan menderita karena menahan kencing atau menerima kenikmatan yang sedang diambang perasaannya.
“Aduh nggak kuat! Aaaaakkkkhhhhh…. mbaaaakkkkk!” Dinda merengek sambil mengocok kontol Rahman yang licin karena lendir. Air seninya meyemprot keluar dari lubang kencingnya, memancar menyemprot wajah Rahman dan Rini . Panas dan berbau pesing, Rini memejamkan matanya dan membuka mulutnya sehingga air kencing Dinda masuk kedalam mulutnya dan keluar lagi jatuh kedalam mulut Rahman. Mereka meminum air kencing Dinda yang masih perawan, air kencing yang tidak banyak dan kekuningan tapi sensasinya membuat Rahman melayang, ia merasakan asin dan pahit ketika air kencing gadis itu membasahi tenggorokannya. Rini malah dengan liar dan lahap meminum dan menjilati air kencing yang jatuh membasahi wajah Rahman kemudian membasahi ranjang mereka, untung Rini sudah menjaga-jaga, tadi sore ia sudah memasang karpet karet dalam sprei, ia yakin akan terjadi permainan dashyat malam ini dan sekarang terbukti.
Rahman sangat menyukai cairan memek Dinda , ada bau khas seperti punya Rini tapi ia tetap berpendapat cairan memek Rini lebih enak dan lebih asin serta kental dan baunya-pun lebih keras daripada punya perawan ini. Rahman merasa kontolnya sudah tak sabar lagi ingin mencari korban, Rini ingin mengulumnya tapi ia menghindar, ia tidak akan bertahan lama jika dikulum oleh Rini dan itu membuat Rini terkikik kegelian.
“Takut? Hi hi hi…..” Rahman tersenyum kecut dengan brewok yang berlumuran lendir memek Dinda . Ia menarik Rini agar menggantikan Dinda . Rini beringsut. Ia berbisik pada Dinda , gadis itu menggeleng.
“Coba saja Din, enak bukan main. Memang pertama-tama akan perih tapi kamu akan segera merasa enak….” kata Rini . Dinda diam dan ia pasrah ketika Rini pelan-pelan membaringkannya terlentang diatas ranjang yang besar itu. Rahman bangun dan menggumulinya, teteknya dikulum oleh laki-laki itu, tapi remasan Rahman ternyata lembut dan menimbulkan berahi. Padahal tadi Dinda melihat bagaimana laki-laki itu mengulum tetek Rini , membuat wanita itu meringis. Tapi terhadap dirinya Rahman lembut sekali bahkan Dinda merasa enak sekali teteknya disedot-sedot seperti itu. Lalu ia melihat kebawah dan dilihatnya Rini merenggangkan pahanya lalu memegang kontol Rahman yang sudah keras seperti kayu. Perlahan-lahan kontol itu turun, tapi sebelum menyentuh memeknya ia melihat Rini menyelomoti kontol itu sebentar dan itu membuat Rahman menjerit seperti tersentak, wanita itu terkekeh-kekeh senang, lalu Rini mulai menempelkan kepala kontol Rahman kebibir memek Dinda yang sudah banjir hebat. Pelan-pelan kontol itu mulai masuk sesenti demi sesenti sampai terdengar raungan Dinda .
“Aaakkkhhhhhh…… sakiiitttttt…… uuuuuhhhhhhh mbaaakkkkk…… ampuuuunnnnn…..” Dinda merintih keras ketika kontol Rahman mendesak terus, ia berkelojotan sambil berontak. Lalu ia merasa lega ketika kontol itu diam dan pelan-pelan memompa tapi tidak turun lagi, gadis itu meriang mendapati kenikmatan melandanya dengan pompaan yang diberikan Rahman. Dinda mendesis-desis seperti orang kepedasan. Rini memainkan itil Dinda membuat Dinda kejang-kejang, lalu Rahman kembali menusuk, kali ini dengan cepat dan keras.
“Aduuuhhhhh….. ampuuunnnn!!!! Sakiiiittttt!!!! Mati aku mbaakkkk!!!!” teriak Dinda histeris ketika merasakan lubang memeknya seolah-olah robek dan meledak, perih bukan main dan panas merayapi tubuhnya. Matanya terbelalak, keringatnya keluar sebesar butian jagung. Jari-jarinya mencakar punggung Rahman, tapi sang kontol sudah tertanam dalam memek Dinda dan Rahman mulai mengangkat perlahan diiringi jeritan Dinda , gadis itu hendak pingsan, sakit sekali, setiap kali laki-laki itu menusuk atau mencabut dirasakannya kenyerian disekeliling memek dan perutnya.
“Tahan Din, nanti kamu akan keenakan” bisik Rini .
Setelah beberapa saat, apa yang dikatakan Rini ternyata benar. Dinda merintih dan mengerang karena kenikmatan. Rahman merasakan hal yang sama pada kontolnya. Ia merasa kontolnya seperti diremas dan dicengkram oleh gadis itu, Rahman benar-benar merasa beruntung, setua ini ia masih mendapatkan perawan! Rahman menghisapi tetek Dinda bergantian dan ia merasakan pentil kecil itu keras dalam mulutnya. Rahman merasa menang karena ia membuat Dinda menjerit dan berteriak histeris terus menerus tatkala gadis itu mendapatkan orgasmenya, dengan Rini ia tidak pernah menang, memang dulu pertama kali Rini menjerit-jerit seolah-olah orgasme tapi akhirnya Rahman tahu itu hanya pura-pura saja, Rini hanya bisa orgasme kalau memek dan liang anusnya dijilati atau dikocok dengan sesuatu, seperti kontol-kontolan yang bergetar atau dildo karet yang berbuku-buku dan Rahman melarang Rini  memberikan rintihan palsu sewaktu mereka sedang bersetubuh, ia tak ingin kepalsuan dan dengan ksatria ia mengakui tidak dapat mengalahkan Rini , selalu saja ia yang terjerambab kalah.
“Oommhhh…. aduh mbak, aku nggak sanggup lagi mbaak!” Dinda mengeluh, tubuhnya bersimbah peluh dan ia merasa melayang karena lautan kenikmatan yang terus melandanya. Rini tidak mau mendengarkannya karena wanita itu juga sedang dilanda nafsu yang luar biasa, ia menyurukkan kepalanya dan menjilati liang anus Rahman lalu beberapa saat jika ingin keluar ia mencabut kontolnya dan Rini segera menyelomotinya dengan kasar supaya laki-laki itu tidak orgasme lalu Rini akan menyuruk kememek Dinda dan menjilati cairan yang menggenang bercampur dengan darah perawan gadis itu sampai bersih, ia juga menjilati cairan yang mengalir ke liang anus Dinda , ia menghisap dan menelan cairan itu dengan penuh nafsu, baru Rahman memasukkan kembali kontolnya dan memompa Dinda kembali. Rini juga mencapai orgasme karena merasa terangsang dengan ulahnya, ia merasa seperti binatang, ia merasa seperti budak yang harus membersihkan semua cairan berahi Rahman dan Dinda dan itu membuatnya sangat terangsang.
Lalu Rini mengatur posisi Dinda , ia menyuruh gadis itu menungging dan Rahman menyetubuhinya dari belakang, sedangkan Rini menyurukkan tubuhnya kebawah Dinda dan mengemut itil gadis itu sementara Rahman memompa dengan irama pelan. Kali ini Dinda terbelalak dan gemetaran karena kenikmatan yang datang jauh lebih dashyat daripada tadi. Mulut Dinda keluar erangan, ia merasakan itilnya diputar-putar didalam mulut Rini dan ia merasakan daging yang menyesakkan liang memeknya seperti membuatnya ingin kencing lagi, ia menjerit-jerit histeris dengan tubuh berkelojotan seperti gadis yang tengah sekarat. Dan Dinda seperti gila membenamkan wajahnya keselangkangan Rini , lidahnya dengan liar mengorek-ngorek liang memek wanita itu dan menjilati cairan kental yang berlumuran disana. Mulut Dinda terasa asin dan tubuhnya terasa lengket oleh keringat.
“Sudah oom… ampun…. aduh….. nggak kuat lagi akuuuu!” jerit Dinda dan ia terkulai menindih tubuh Rini . Rahman mencabut kontolnya dan dari dalam memek Dinda mengalir cairan encer bening banyak sekali. Rini dengan lahap menjilati cairan itu bahkan Rahman tak segan-segan menjilati liang anus Dinda dengan penuh nafsu. Kontolnya yang keras bagi baja itu masih tegak perkasa menunggu sesuatu yang dapat dipasaknya. Rini meremas kontol Rahman sambil menghisap memek Dinda . Kemudian Rini cepat-cepat mencegah Rahman ketika laki-laki itu hendak mengarahkan kontolnya keliang anus Dinda . Rahman sadar dan buru-buru mengurungkan niatnya. Rini tidak dapat membayangkan bagaimana Dinda menerima tusukan kontol Rahman diliang duburnya, pasti gadis itu akan meraung-raung kesakitan luar biasa.
“Sekarang giliran aku manis….” desis Rini . Lalu ia tidur terlentang dan mengangkat kedua kakinya terlipat kewajahnya sehingga memek dan liang anusnya menghadap keatas. Dinda segera menyelomoti liang memek Rini dengan rakus. Ia mengocok memek Rini dengan jarinya dan membuat wanita itu berkelojotan, Rini dapat orgasme bila dengan Dinda karena ia sangat menikmati waktunya dengan gadis itu. Dinda mulai menjilati liang anus Rini sedangkan wanita itu menyelomoti kontol Rahman. Rini menyelomoti dengan kasar, ia membiarkan sesekali kontol Rahman mengenai giginya dan Rahman senang karena wanita itu tidak akan membuatnya keluar dengan cepat. Ia tahu keinginan Rini , ia tahu Rini ingin dipompa dan Rahman senang sekali. Kontolnya tidak lemas karena ia sangat terangsang melihat keliaran Dinda melumat liang anus Rini dengan rakus, Rahman sekarang makin bersyukur mendapatkan dua perempuan yang punya nafsu besar, semula ia tidak menyangka gadis muda itu akan mudah didapatkan, ternyata memang Rinilah yang memegang peranan.
“Jilat dalamnya Din,…. oooh bersihkan… terus…. aduh enak sekali Din….. emut terus Din” desis Rini , Dinda menusuk-nusukan lidahnya diliang anus wanita itu dan sesekali lidahnya terjepit sampai dalam, kemudian ditusuk-tusukannya dan membuat Rini tersentak-sentak. Kemudian Dinda melihat Rahman mendekati dan mengarahkan kontolnya. Tapi Dinda kaget ketika kontol Rahman pelan-pelan menusuk keliang anus Rini . Dinda memandang Rini , dan wanita itu mengedipkan matanya. Rini mengejan sedikit dan blup! Kontol Rahman melesak masuk kedalam liang itu. Dinda terpana ketika melihat Rahman mengayun maju mundur memompa liang anus Rini , pompaan yang berirama dan ada lendir yang keluar bersama pompaan kontol Rahman.
“Din, jilat Din…. ooohhh…. terus…. aaakkhhhh….” Rini merasa orgasme ketika melihat dengan tanpa merasa jijik Dinda menjilati lendir yang keluar dari liang anusnya dan bahkan Rahman mencabut kontolnya dan Dinda seperti sudah tahu langsung menghisap dan menyelomoti kontol itu. Dinda sama sekali tidak jijik karena kalau itu liang anus Rini , apapun diminta Rini ia akan melakukannya karena Dinda sadar bahwa yang dikatakan Rini  selalu benar. Dinda merasakan cairan asin dan berbau tapi ia menikmatinya. Bahkan beberapa kaliRini ia memaksa kontol Rahman dicabut supaya ia bisa menghisap dan membersihkan cairan lengket keputihan itu. Rahman beberapa kali sudah ingin meledak karena berahi yang mencapai puncak tapi untung setiap kali ada Dinda yang membuatnya mengurungkan ledakan laharnya dan ia tersenyum senang pada Rini , sedangkan Rini sudah lebih dari dua kali orgasme karena perbuatan Dinda didepan matanya daripada pompaan kontol Rahman di duburnya. Ia menarik Dinda dan memaksa melumat mulut gadis itu, Dinda membuka mulutnya dan membiarkan cairan keputihan yang baru saja dijilat di liang anus Rini mengalir jatuh kedalam mulut Rini . Rini  merintih dan menikmati cairan itu, kemudian mereka saling membelit dan melumat. Rini menggoyang berirama dan membuat Rahman menggerung seperti binatang terluka.
“Aaarrggghhhh….. gilaaaa!!!!” teriak Rahman.
“Cepat, cepat!” teriak Rini sambil mendorong Dinda . Seperti sudah mengetahui apa yang harus dilakukannya Dinda segera menyurukkan wajahnya dan sedikit terlambat ketika Rahman memuntahkan pejuhnya didalam anus Rini tapi laki-laki itu memaksa mencabutnya dan Dinda segera menangkap dengan mulutnya. Rahman memompanya dalam mulut Dinda seperti orang kesetanan dan cairan yang keluar seperti tidak ada habis-habisnya, Dinda kali ini menelan cairan itu, sebagian disekanya dengan tangannya kemudian disodorkan kepada Rini dan wanita itu menjilat cairan itu dengan lahap. Rahman berkelojotan seperti akan putus nyawanya, mulutnya mengeluarkan suara seperti orang sekarat. Ia benar-benar puas. Dinda menyelomoti kontolnya dengan ahli sekarang. Ia bisa merasakan jalaran lidah gadis itu menyapu permukaan topi bajanya dan keleher kontolnya yang paling peka, membuatnya melayang-layang dalam perasaan aneh yang membuat tubuhnya panas meriang. Setelah agak lama Rahman tumbang diatas ranjang.
“Aku bisa gila….” desahnya. Rahman memandang Dinda yang sedang menjilati cairan pejuh di anus Rini , ia bahkan mengorek-ngorek liang anus Rini dengan lidahnya dan itu membuat Rini menjerit-jerit kenikmatan dan kegelian, tapi Dinda seperti kesetanan dengan perbuatan joroknya. Dinda tidak perduli apa yang dijilatnya, ia hanya merasa ada sensasi aneh dengan melakukannya, ia merasa hebat dan ia merasa terangsang bukan main dengan apa yang diperbuatnya. Dinda betul-betul pembersih, ia membuat liang memek dan anus Rini berkilat karena jilatannya. Tak ada setetes-pun lendir disana kecuali bekas jilatan-jilatan lidahnya. Dinda puas dengan pekerjaannya. Ia memandang Rini dengan penuh cinta ketika wanita itu menurunkan kakinya. Rini merasa kakinya hendak copot karena pegal dan perutnya keram, tapi ia tersenyum letih pada Dinda . Ia membelai kepala gadis itu kemudian mereka saling melumat dan berpelukan dalam senyap, sementara Rahman dengan mulut ter-nganga mendengkur seperti babi.
“Aku cinta sama mbak” bisik Dinda . Rini tersenyum lembut.
“Aku juga mencintaimu Din, kamu segalanya buatku” bisiknya.
“Jangan tinggalkan saya mbak” Rini  menggeleng dalam diam. Tidak akan, pikirnya. Tidak akan pernah! Dinda menyusupkan kepalanya di payudara Rini dan tidur lelap dalam kelelahan…..
* * * * * * * * * *
“Wah segar sekali kamu kelihatannya?” kata Rini sambil duduk disamping Dinda . Gadis itu sedang melamun diteras belakang rumah Rini  sambil memandang kolam renang. Dinda terkejut sebentar tapi tersenyum manis. Wajahnya bersih dan segar, rambutnya yang panjang dibiarkan terurai dan pagi itu Dinda benar-benar cantik sekali. Ia memakai daster warna kuning dengan bunga-bunga kecil di bagian dada.
“Wah mbak juga kelihatan cantik sekali!” seru Dinda . Tak lama kemudian seorang wanita tua yang dikenal dengan mbok Iyem menaruh kopi susu dan roti panggang di meja kecil dihadapan mereka.
“Melamunin semalam ya?” bisik Rini setelah pembantunya pergi. Dinda mencubit perut Rini , membuat wanita itu tekikik geli.
“Aaahh mbak! Malu nih….” rengek Dinda . Rini tertawa lagi.
“Kok malu? Itu biasa kok, semua orang juga pasti melakukannya” kata Rini sambil menyerahkan kopi susu kepada gadis itu.
“Tapi kan nggak kayak semalam mbak. aku malu dan risih sama mbak….” kata Dinda , ia menghirup kopi susunya. Rini tersenyum sambil minum juga.
“Aku kan sudah bilang, buat aku sama sekali nggak apa-apa. Malah aku senang sekali kamu juga merasakan kesenangan denganku” jawab Rini .
“Tetap aku merasa malu, sebab itu kan suami mbak”
“Jangan berkata seperti itu, yang aku inginkan cuma kebahagiaan dan kesenangan kita berdua Din. Rahman memang sangat mencintaiku, dan aku juga sangat mencintainya, tapi aku juga sangat mencintaimu, kamu kan tahu itu?”
“Tapiii….ah pokoknya entah bagaimana aku nanti kata orang. Bersetubuh dengan suami orang dan bersama pula!”
“Ah mana orang yang tahu? Sudahlah, pokoknya aku merasa sangat bahagia” kata Rini , ia membelai rambut Dinda . “Apakah kamu tidak bahagia?”
“Aku bukan main bahagianya mbak dan aku juga bingung bagaimana aku harus berterima kasih pada semua kebaikan mbak” jawab Dinda .
“Jangan berkata begitu sayang, aku malah takut kamu menjadi marah padaku karena kejadian semalam keperawananmu hilang” kata Rini sambil memandang Dinda .
“Ah buatku tidak masalah mbak, yang penting enaaakkk….hi hi hi” Dinda merasa lucu sendiri, ia sama sekali tidak perduli dengan keperawanannya, masa bodo, pikirnya. Aku malah merasa aneh dan sangat ketagihan…
“Masih sakit?” tanya Rini . Dinda menggeleng.
“Nggak, cuma tadi pagi perih waktu mau kencing. Mbak tidurnya enak sekali ya, tapi kok Oom Rahman udah menghilang sepagi itu?” tanya Dinda .
“Oh itu mah biasa Din. Bisnisnya terlalu banyak dan seringnya malah jam dua pagi sudah pergi kalau mau keluar negeri” kata Rini .
“Wah enak dong ya, mbak pasti sudah sering keluar negeri”
“Yah hanya ke Singapura dan Malaysia saja, lainnya belum ada kesempatan” jawab Rini tertawa “Nanti juga pada saatnya kita akan bisa pergi bersama-sama” lanjutnya.
“Wah tadi pagi mulutku baunya bukan main mbak! Semalam ketiduran padahal belum gosok gigi” kata Dinda sambil cekikikan. Rini tertawa juga.
“Aku juga! Uekh, aku pengen muntah saja tadi pagi, hi hi hi….” Rini membuat wajahnya terlihat lucu. “Tapi sekarang sudah nggak lagi kan?” lanjutnya sambil membuka mulutnya dan mendekatkan pada Dinda . Dinda mencium mulut Rini dan melumatnya.
“Mmmhhh…. sedaapp…..” desisnya.
“Udah ah, ntar kelihatan sama si mbok bisa pingsan dia melihat kita ciuman begini” kata Rini . Mereka tertawa.
“Apakah kamu nggak merasa jijik dengan perbuatan kita semalam?” tanya Rini ingin tahu. Dinda memandangnya sambil menggeleng.
“Entahlah, aku malah kepengen lagi mbak. Padahal tadi pagi aku berpikir betapa menjijikkannya perbuatan kita semalam, tapi mengapa aku merasa aneh dan terangsang setiap kali membayangkannya?” Dinda memang merasa bingung. Tadi pagi ia merasa risih dan malu sekali mendapati dirinya bangun dari tidur dengan tubuh telanjang bulat diatas tubuh Rini . Dan ia ingin muntah mendapati mulutnya bau sekali, tubuhnya berbercak-bercak putih seperti kerak dan ia yakin itu pejuh atau lendir Rini atau bahkan miliknya sendiri.
Tapi anehnya ia malah tersenyum waktu itu dan merasa jantungnya berdebar ketika membersihkan kerak-kerak itu dan merasakan kerak itu menjadi lendir kembali sewaktu kena air. Ia malah mencicipinya lagi sambil membayangkan apa yang dilakukannya semalam. Mungkin kalau menurut adat kampung perbuatannya semalam sudah termasuk katagori gila atau perempuan laknat, bersetubuh dengan suami orang, menciumi anus sesama jenis bahkan menjilatinya, oh itu sungguh bisa menimbulkan masalah yang luar biasa besarnya jika diketahui orang tuanya. Untung orang tuanya berada jauh sekali dari sini.
“Heh! Melamun lagi!” seru Rini .
“Oh eh…ih mbak ngagetin melulu!”
“Mikirin apa lagi?” tanya Rini .
“Mikirin semalam kok mbak mau saja sih ditusuk di pantat?” tanya Dinda . Rini mengerling pura-pura marah.
“Kamu ini jorok ya, pagi-pagi sudah ngomong gituan….”
“Aaaahhh… ayo dong mbak” rengek Dinda . Rini mencubit pipi gadis itu.
“Ya mau saja, wong buatku enak sekali kok” jawab Rini .
“Lho? Kan sakit mbak?”
“Ndak lagi, malah aku sering sekali ngecret kalo dientot pantatku” jawab Rini seenaknya. “Dulu pertama kali memang sakit, tapi lama-lama malah enak, seperti mau berak rasanya. Rasanya mulas sewaktu kontol masuk kedalam sana”
“Astaga! Mbak ih, jorok…”
“Enaakk…. kan kamu dulu yang mulaiin ngomong jorok” Rini tersenyum genit.
“Sekali-kali aku pengen juga dientot disana mbak” kata Dinda tiba-tiba.
“Nanti juga kesampaian, dan kamu bisa ketagihan nanti. Apalagi kalau kita dientot dari depan dan belakang, wah rasanya semua laki-laki jadi budak nafsu kita. Kita bisa mati keenakan Din!” kata Rini . Dinda melotot.
“Gila! Masak ditusuk dari depan dan belakang?” Rini baru mendengarnya lagi.
“Iya, dulu sekali aku pernah dientot 6 laki-laki Din. Satu menusuk pantatku sambil nungging, sedangkan aku mengentoti kontol laki-laki dibawahku dengan memekku dan mulutku dientot dua kontol, dan dua kontol lagi mengentoti ketekku, wah aku merasa seperti mesin pejuh Din, mereka semua menyemburkannya dimulutku, dipantatku, di memekku, diketekku, ditetekku, diperut, dikaki, dipaha, diwajah serta dirambutku!” Cerita Rini kebablasan. Dinda tegang sekali sehingga napasnya memburu. Ia terkejut mendapati Rini begitu berpengalaman dengan laki-laki.
“Emang dulu mbak…..”
“Ya aku dulu pelacur Din. Pelacur idaman setiap laki-laki, bukan sombong, tapi penghasilanku dulu besar sekali. Karena aku selalu memuaskan setiap laki-laki dan aku selalu menuruti apa yang mereka inginkan. Kamu akan tahu laki-laki itu punya fantasi yang gila Din. Mereka kebanyakan membayangkan kita-kita ini seperti binatang peliharaan mereka…..” cerita Rini lagi. Dinda tegang mendengarkan.
“Dan kebetulan aku juga maniak seks, jadi aku juga merasa enak sekali, nafsu berahiku besar sekali Din. Dulu aku begitu menghayati pekerjaanku, bayangkan saja, sudah dientot enak dapat uang pula!” lanjut Rini .
“Mbak hebat sekali! Aku tidak pernah membayangkan mbak jadi pelacur lho!” seru Dinda .
“Sssttt…. pelan-pelan dong, kedengaran orang mati aku!” desis Rini . Mereka tertawa.
“Tapi ada juga nggak enaknya, tapi umumnya aku puas dengan apa yang kuhasilkan dulu dan sekarang lebih enak lagi. Mendapatkan suami kaya dan gadis cantik seperti kamu yang…….” Rini menggantung kalimatnya.
“Yang apa?”
“Ah nggak jadi deh…..”
“Aaahhh ayo doongg……”
“Yang siap dientot dan mengentot!” bisik Rini . Dinda menjerit sambil mencubiti Rini , mereka saling cubit mencubit sambil cekikikan. Rini memang merasa bersyukur bukan main dengan keadaannya sekarang, tapi Dinda juga sangat bersyukur dengan apa yang didapatnya sekarang. Jadi kurang apa lagi?
“Ehh mbak, nanti malam kalo Oom Rahman pulang kita lakukan hal yang semalam yuukk…?” kata Dinda memecahkan lamunan Rini .
“Ahh…. kamu masa sih tadi malam belum puas??”
“Aaahhh…. ayo doongg…. mbak khan Dinda mau ngobain dientot lewat anus, seperti mbak semalam?”
“Memangnya kamu udah siap dientot dipantat?? tanya Rini meragukan perkataan Dinda .”
“Aku khan mau nyobain mbak, abis Dinda lihat semalam mbak sangat keenakkan sihhh…..?”
“Dinapa kamu engga takut sama kontolnya Oom Rahman? Khan kontolnya Oom Rahman besar sekali. Nanti anusmu bisa jebol lohhh…..!!!?” kata Tutu meyakinkan kesungguhan Dinda .
“Engga aku sama sekali engga takut, masa kontol itu di anus mbak bisa masuk di anus Dinda engga bisa??”
“Yaa bisa sihhh….., tapi pertama-tama musti sedikit dipaksakan, dan lagi waktu pertama kali masuk wahhh…. sakitnya bukan main lohh…?”
“Tapi abis itu enak khan mbak??”
“Iya sih, yaa kurang lebih sama lah waktu kamu kesakitan semalam, malahan bisa lebih sakit ke anus?”
“Pokoknya Dinda mau nyoba, tapi mbak ajarin yaa….!!!” Dinda memohon ke Rini .
“Yaa udah bersiaplah nanti malam?”
* * * * * * * * * *
Waktu terus berlalu, akhirnya malam-pun tiba. Dinda dan Rini keduanya menunggui Rahman di ruang tamu. Mereka duduk-duduk disana sambil makan kue-kue kecil. Akhirnya pada jam 9.20 terdengar suara klakson mobil.
“Dinitu Oom Rahman pulang?” teriak Rini .
“Ayu mbak kita kedepan membukakan pintu?” kata Dinda sambil beranjak dari duduknya.
Lalu Rini -pun mengikutinya dari belakang. Setelah Rahman memarkir mobilnya di garasi, Rini menutup pagar, lalu mereka bertiga masuk kedalam. Ketiganya langsung menuju ke kamar yang sudah disiapkan oleh Rini .
Sesampainya disana Rahman langsung mencopot pakaiannya, terus ia beranjak ke kamar mandi untuk mandi. Sementara itu Dinda menunggunya dengan hati berdebar-debar. Sambil menunggu Rahman mandi, Rini menyetel film biru. Dinda semakin terangsang melihat adegan-adegan pada film tersebut. Ia merasakan itilnya berdenyut-denyut, puting susunya mengeras. Melihat perubahan wajah dari gadis tersebut, Rini yang sangat berpengalaman langsung saja melumat bibir gadis itu. Perlahan-lahan Rini mulai melepaskan pakaian Dinda . Gadis itu malah ikut membantu mengangkat pantatnya ketika Rini melepaskan pakaiannya. Lalu setelah ia melepaskan pakaian gadis itu, ia-pun segera melepaskan pakaiannya. Akhirnya mereka berdua telanjang diatas ranjang tanpa mengenakan sehelai benang-pun. Bibir mereka saling melumat, tangan mereka saling meraba bagian-bagian sensitif, sehingga membuat mereka lebih terangsang.
Pada saat rangsangan mereka mencapai puncaknya, tiba-tiba Rahman keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang menutupi kemaluannya. Segera saja kedua perempuan tersebut menyambut Rahman, mereka melepaskan handuk yang melilit di pinggangnya, lalu Dinda dengan rakus langsung mengemut kontol laki-laki tersebut. Sementara itu Rini sibut menjilati buah zakarnya. Lalu Rini mengajak mereka semua pindah keranjang. Kemudian Rahman mencium belakang telinga Dinda dan lidahnya bermain-main di dalam kupingnya. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan Dinda mengeliat-geliat. Mulut Rahman berpindah dan melumat bibir Dinda dengan ganas, lidahnya bergerak-gerak menerobos ke dalam mulut gadis itu dan menggelitik-gelitik lidahnya.
“Aaahhh…, hmmm…, hhmmm”, terdengar suara menggumam dari mulut Dinda yang tersumbat oleh mulut Rahman. Mulut Rahman sekarang berpindah dan mulai menjilat-jilat dari dagu Dinda turun ke leher, kepala gadis belia itu tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arah Rahman, payudaranya yang kecil mungil tapi bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arah lelaki setengah baya tersebut.
Laki-laki itu langsung bereaksi, tangan kanannya memegangi bagian bawah payudara gadis tersebut, mulutnya menciumi dan mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya buah dada Dinda yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutnya. Buah dada Dinda yang kecil mungil itu hampir masuk semuanya ke dalam mulut Rahman yang mulai mengisap-isapnya dengan lahap. Lidahnya bermain-main pada puting buah dada Dinda yang segera bereaksi menjadi keras. Terasa sesak napas Dinda menerima permainan Rahman yang lihai itu. Badan Dinda terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan,
“Sssshhh…, ssssshh…, aahhhh…, aaaahhhh…, ssshhhhh…, sssshhhh…, aduh Mbak aku engga kuat, ssshhh….., enaak….. Oom”, mulut Rahman terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan menjilat-jilat kedua puting buah dadanya secara bergantian. Badan Dinda benar-benar telah lemas menerima perlakuan ini. Matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras.
Sementara itu Rini terus bermain-main di paha Dinda yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas dan, tiba-tiba jarinya menyentuh bibir kemaluan Dinda . Segera badan Dinda tersentak dan, “Aaaaaahhhhh…, oooohhhh….., Mbaaak…….!”, mula-mula hanya ujung jari telunjuk Rini yang mengelus-elus bibir kemaluannya. Muka Dinda yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar.
Kedua tangan Rini memegang kedua kaki gadis itu, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahanya lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkangan Dinda yang telah terbuka itu. Nafas perempuan itu terdengar mendengus-dengus memburu. Dinda merasakan badannya amat lemas serta panas dan perasaannya sendiri mulai diliputi oleh suatu sensasi yang mengila, apalagi melihat tubuh Rahman yang besar berbulu dengan kemaluannya yang hitam, besar yang pada ujung kepalanya membulat mengkilat dengan pangkalnya yang ditumbuhi rambut yang hitam lebat terletak diantara kedua paha yang hitam gempal itu.
Sambil memegang kedua paha Dinda dan merentangkannya lebar-lebar, Rini membenamkan kepalanya di antara kedua paha Dinda . Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluan gadis belia tersebut yang yang masih rapat, tertutup rambut halus dan tipis itu. Dinda hanya bisa memejamkan mata, “Ooohhhhh…, nikmatnya…, ooohhhh!”, Dinda menguman dalam hati, sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian. “Ooooohhhh…, hhhmmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya.
“Mbaaakk……, aku tak tahan lagi…….!”, Dinda memelas sambil menggigit bibir.
Sungguh Dinda tidak bisa menahan lagi, dia telah diliputi nafsu birahi, perasaan nikmat yang melanda di sekujur tubuhnya akibat serangan-serangan mematikan yang dilancarkan Rini dan Rahman yang telah bepengalaman itu. Namun rupanya mereka berdua itu tidak perduli dengan keadaan Dinda yang telah orgasme beberapa kali itu, bahkan mereka terlihat amat senang melihat Dinda mengalami hal itu. Tangannya yang melingkari kedua pantat Dinda , kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Dinda dengan sangat bernafsu. Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Rahman dan Rini ini, Dinda benar-benar sangat kewalahan dan kamaluannya telah sangat basah kuyup. “Mbaakk……, aaakkhh…, aaaakkkhhhh!”, Dinda mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepala Rini untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambut Rini keras-keras. Gadis ayu yang lemah lembut ini benar-benar telah ditaklukan oleh permainan Rini dan laki-laki setengah baya yang dapat sangat membangkitkan gairahnya.
Tiba-tiba Rini melepaskan diri, kemudian bangkit di depan Dinda yang masih tertidur di tepi ranjang, ditariknya Dinda dari atas ranjang dan kemudian Rahman disuruhnya duduk ditepi ranjang. Kemudian kedua tangan Rini menekan bahu Dinda ke bawah, sehingga sekarang posisi Dinda berjongkok di Rini kedua kaki berbulu lelaki tersebut dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya. Dinda sudah tahu apa yang diinginkan kedua orang tersebut, namun tanpa sempat berpikir lagi, tangan Rahman telah meraih belakang kepalanya dan dibawa mendekati kontol laki-laki tersebut. Tanpa melawan sedikitpun Dinda memasukkan kepala penis Rahman ke dalam mulutnya sehingga kontol tersebut terjepit di antara kedua bibir mungil Dinda , yang dengan terpaksa dicobanya membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu Dinda  mulai mengulum alat vital Rahman dalam mulutnya, hingga membuat lelaki itu merem melek keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut Dinda yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar. Dinda hampir sesak nafas dibuatnya. Kelihatan ia bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidah Dinda menyapu kepalanya. Sementara itu Rini sibuk menjilati buah peler laki-laki tersebut. Kadang lidahnya menyapu anus suaminya itu.
Beberapa saat kemudian Rahman melepaskan diri, ia mengangkat badan Dinda yang terasa sangat ringan itu dan membaringkan di atas ranjang dengan pantat Dinda terletak di tepi ranjang, kaki kiri Dinda diangkatnya agak melebar ke samping, di pinggir pinggang lelaki tersebut. Kemudian Rahman mulai berusaha memasuki tubuh Dinda . Tangan kanan Rahman menggenggam batang penisnya yang besar itu dan kepala penisnya yang membulat itu digesek-gesekkannya pada klitoris dan bibir kemaluan Dinda , hingga Dinda merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Rahman terus berusaha menekan kontolnya ke dalam kemaluan Dinda yang memang sudah sangat basah itu, akan tetapi sangat sempit untuk ukuran penis Rahman yang besar itu.
Pelahan-lahan kepala penis Rahman itu menerobos masuk membelah bibir kemaluan Dinda . Ketika kepala penis lelaki setengah baya itu menempel pada bibir kemaluannya, Dinda merasa kaget ketika menyadari saluran vaginanya ternyata panas dan basah. Kemudian Rahman memainkan kepala penisnya pada bibir kemaluannya yang menimbulkan suatu perasaan geli yang segera menjalar ke seluruh tubuhnya. Dalam keadaan seperti itu, dengan perlahan Rahman menekan pantatnya kuat-kuat ke depan sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Dinda , rambut lebat pada pangkal penis lelaki tersebut mengesek pada kedua paha bagian atas dan bibir kemaluan Dinda yang makin membuatnya kegelian, sedangkan seluruh batang penisnya amblas ke dalam liang vagina Dinda . Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulut Dinda terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!…, ooooooohh.., aaahh”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Dinda mencengkeram dengan kuat pinggang Rahman. Perasaan sensasi luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diri Dinda , hingga badannya mengejang beberapa detik.
Melihat keadaan itu, dengan sigap Rini langsung menuju ke payudara gadis itu. Dikulumnya payudara Dinda yang sebelah kiri dengan mulutnya, lidahnya sibuk menyentik-yentik putingnya yang telah keras dan runcing itu. Sementara tangannya yang kanan sibuk memilin-milin puting susu yang sebelah kiri. Dinda semakin menggeliat. Kemudian Rini pun berpindah ke puting sebelahnya. Perasaannya campur aduk, antara pedih dan nikmat.
Rahman cukup mengerti keadaan Dinda , ketika dia selesai memasukkan seluruh batang penisnya, dia memberi kesempatan kemaluan Dinda untuk bisa menyesuaikan dengan penisnya yang besar itu. Dinda mulai bisa menguasai dirinya. Beberapa saat kemudian Rahman mulai menggoyangkan pinggulnya, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat. Seterusnya pinggul lelaki setengah baya itu bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Dinda berusaha memegang lengan pria itu, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penis lelaki tersebut pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas ranjang. Dinda mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajah lelaki itu yang sedang menatapnya, dengan takjub. Dinda berusaha bernafas dan ?.. :” “Oooomm….., aaaahh….., ooohh….., ssshh”, sementara pria tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
Dinda sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Rahman menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya, sungguh membuatnya melayang-layang dalam sensasi kenikmatan yang belum pernah dia alami. Setiap kali Rahman menarik penisnya keluar, Dinda merasa seakan-akan sebagian dari badannya turut terbawa keluar dari tubuhnya dan pada gilirannya Rahman menekan masuk penisnya ke dalam vaginanya, maka clitoris Dinda terjepit pada batang penis lelaki itu dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penis lelaki tersebut yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Dinda menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Lelaki tersebut terus menyetubuhi Dinda dengan cara itu. Sementara tangannya yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus bermain-main pada bagian vagina Rini dan menarik-narik klitorisnya, sehingga membuatnya menggeliat-geliat menahan nikmat. Dinda bisa melihat bagaimana batang penis yang hitam besar dari lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluannya yang sempit. Dinda selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalamnya. Kemaluannya hampir tidak dapat menampung ukuran penis Rahman yang super besar itu. Dinda menghitung-hitung detik-detik yang berlalu, ia berharap lelaki itu segera mencapai klimaksnya, namun harapannya itu tak kunjung terjadi. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuat lelaki itu segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi Rahman terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Lalu tiba-tiba Dinda merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya, rasanya seperti ada kekuatan dahsyat pelan-pelan bangkit di dalamnya, perasaan yang tidak diingininya, tidak dikenalnya, keinginan untuk membuat dirinya meledak dalam kenikmatan. Dinda merasa dirinya seperti mulai tenggelam dalam genangan air, dengan gleiser di dalam vaginanya yang siap untuk membuncah setinggi-tingginya. Saat itu dia tahu dengan pasti, ia akan kehilangan kontrol, ia akan mengalami orgasme yang luar biasa dahsyatnya. Jari-jarinya dengan keras mencengkeram sprei ranjang, ia menggigit bibirnya, dan kemudian terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aaaaaahhhhhhhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan….., akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Dinda terkulai lemas tak berdaya di atas ranjang dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penis hitam besar Rahman tetap terjepit di dalam liang vaginanya.
Selama proses orgasme yang dialami Dinda ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan oleh Rahman, dimana penisnya yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Dinda dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisnya serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut keseluruhan penisnya, terlebih-lebih pada bagian kepala penisnya setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Dinda , yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaan Rahman seakan-akan menggila melihat Dinda yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kemerahan mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnya yang hitam besar itu.
Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Rahman membalik tubuh Dinda yang telah lemas itu hingga sekarang Dinda setengah berdiri tertelungkup di pinggir ranjang dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arah lelaki tersebut. Kemudian Dinda merasakan Rahman menjilati liang anusnya dari atas dan lidahnya menusuk-nusuk lubang itu dengan ganas. Dinda mengerang, merintih, menjerit histeris karena gelombang orgasme melandanya tanpa ampun membuat perutnya mulas. Payudara Dinda yang menggantung itu tidak didiamkan. Segera saja Rini tidur dibawah Dinda kemudian menyusu pada payudara gadis itu. Gadis itu semakin merasakan nikmat yang tak terbayangkan.
Rahman melanjutkan kegiatannya itu dan sekarang dia melihat pantat gadis itu dan bagian anus Dinda  sudah basah dengan ludahnya, sementara dengan ibu jarinya yang telah basah dengan ludah, mulai ditekan masuk ke dalam lobang anus Dinda dan diputar-putar di sana. Dinda terus mengeliat-geliat dan mendesah.
“Jaaannnggaaann jaaannggaaan… aaaddduuhh… aadduuhhh… saakiitt… saaakiitt…!” akan tetapi Rahman tidak menanggapinya dan terus melanjutkan kegiatannya. Selang sesaat setelah merasa cukup membasahinya, Rahman sambil memegang dengan tangan kiri penisnya yang telah tegang itu, menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anus Dinda yang telah basah dan licin itu.
Kemudian Rahman membuka belahan pantat Dinda lebar-lebar. “Aaaaduhh, janggaaann! Sakkiiit! Aaammmpuuunnn, aammppuunn! Aagkkh….., Sakiiittt…. Mbaakkk….” Rahman mulai mendorong masuk, kemudian ia berhenti dan membiarkan kontol itu terjepit dalam anus Dinda .
“Tahan Din, nanti kamu akan keenakan” bisik Rini . Memang pertama-tama sakit, tapi nanti akan enak, tahan yaa…. sayang….!
Sementara itu Dinda menjerit-jerit dan menggelepar-gelepar kesakitan. Segera saja Rini beralih ke klitoris gadis itu, lalu diemutnya klitoris gadis itu, sementara tangannya ia gunakan untuk mengocok di vagina Dinda agar rasa sakitnya hilang.
“Aduuuh…… sakkiiiit…… Oomm….” ketika kontol itu mulai masuk lagi anusnya.
“Tenang sayang nanti juga enggak sakit” jawab Rahman sambil terus melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantat Dinda .
“Aduuuhh……. sakiiiitt……….” jerit Dinda . Bersamaan dengan itu kontol Rahman amblas dalam lobang anusnya yang sempit.
“Tenang Din, nanti enak deh.. aku jadi ketagihan sekarang” kata Rini sambil mengelus rambut kemaluannya dan menggosok klitorisnya.
“Tuuh… kan sudah masuk tuh… enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini” kata Rini . Dinda diam saja. Ternyata sakit kalo dimasukan melalui anus, pikirnya. Rahman mulai mengocok kontolnya di pantat Dinda .
“Pelan-pelan, Oomm… masih sakit” kata Dinda pada Rahman.
“Iya sayang enaakk… niiihhh… seempiiiitt…” kata Rahman. Rini yang berada di bawah sibuk menyedot klitorisnya dengan mulutnya dan mengocok liang vaginanya dengan tangannya, sehingga membuat Dinda semakin menggelinjang nikmat. Dinda meronta-ronta, sehingga semakin menambah gairah Rahman untuk terus mengocok di anusnya. Dinda terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis hitam besar Rahman masuk ke anusnya. “Aaauuugghh…! Saaakkiiit….! jerit Dinda  ketika Rahman mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anus Dinda . Akhirnya dengan tubuh berkeringat menahan sakit, Dinda terkulai lemas tertelungkup di atas badan Rini kelelahan.
Secara berirama Rahman menekan dan menarik penisnya dari lobang anus Dinda , dimana setiap kali Rahman menekan ke bawah, penisnya semakin terbenam ke dalam lobang anus gadis itu. Benar-benar sangat menyesakkan melihat penis besar hitam itu keluar masuk di anus Dinda . Terlihat kedua kaki Dinda yang terkangkang itu bergetar-getar lemah setiap kali Rahman menekan masuk penisnya ke dalam lobang anusnya. Dalam kesakitan itu, Dinda telah pasrah menerima perlakuan lelaki tersebut.
Tak lama kemudian mereka bertukar posisi, sekarang Rahman duduk melonjor di ranjang dengan penisnya tetap berada dalam lobang anus Dinda , sehingga badan Dinda tertidur terlentang di atas badan Rahman dengan kedua kakinya terpentang lebar ditarik melebar oleh kedua kaki Rahman dari bawah dan Rini mengambil posisi di atas vuntuk menjilati vaginanya. Rini mulai mengocok tangannya keluar masuk kemaluan Dinda , yang sekarang semakin basah saja, cairan pelumas yang keluar dari dalam kemaluan Dinda mengalir ke bawah, sehingga membasahi dan melicinkan lobang anusnya, hal ini membuat penis Rahman yang sedang bekerja pada lobang anusnya menjadi licin dan lancar, sehingga dengan perlahan-lahan perasaan sakit yang dirasakan Dinda berangsur-angsur hilang diganti dengan perasaan nikmat yang merambat ke seluruh badannya.
Dinda mulai dapat menikmati penis besar laki-laki tersebut yang sedang menggarap lobang anusnya. Perlahan-lahan perasaan nikmat yang dirasakannya melingkupi segenap kesadarannya, menjalar dengan deras tak terbendung seperti air terjun yang tumpah deras ke dalam danau penampungan, menimbulkan getaran hebat pada seluruh bagian tubuhnya, tak terkendali dan meletup menjadi suatu orgasme yang spektakuler melandanya. Setelah itu badannya terkulai lemas, Dinda terlentang pasrah seakan-akan pingsan dengan kedua matanya terkatup.
Melihat keadaan Dinda itu semakin membangkitkan nafsu Rahman, lelaki tersebut menjadi sangat kasar dan kedua tangan Rahman memegang pinggul Dinda dan lelaki tersebut menarik pinggulnya keras-keras ke belakang dan “Aduuuh… aaauuggghhhh…!” keluh Dinda merasakan seakan-akan anusnya terbelah dua diterobos penis laki-laki itu yang besar itu. Kedua mata Dinda terbelalak, kakinya menggelepar-gelepar dengan kuatnya diikuti badannya yang meliuk-liuk menahan gempuran penis Rahman pada anusnya.
Dengan buasnya Rahman menggerakkan penisnya keatas bawah dengan cepat dan keras, sehingga penisnya keluar masuk pada anus Dinda yang sempit itu. Rahman merasa penisnya seperti dijepit dan dipijit-pijit sedangkan Dinda merasakan penis lelaki tersebut seakan-akan sampai pada dadanya, mengaduk-aduk di dalamnya, di samping itu suatu perasaan yang sangat aneh mulai terasa menjalar dari bagian bawah tubuhnya bersumber dari anusnya, terus ke seluruh badannya terasa sampai pada ujung-ujung jari-jarinya.
Dinda tidak bisa menggambarkan perasaan yang sedang menyelimutinya, akan tetapi badannya kembali serasa mulai melayang-layang dan suatu perasaan nikmat yang tidak dapat dilukiskan terasa menyelimuti seluruh badannya. Hal yang dapat dilakukannya pada saat itu hanya mengerang-erang, “Aaahh… ssshhh ooouusshh!” sampai suatu saat perasaan nikmatnya itu tidak dapat dikendalikan lagi serasa menjalar dan menguasai seluruh tubuhnya dan tiba-tiba meledak membajiri keluar berupa suatu orgasme yang dasyat yang mengakibatkan seluruh tubuhnya bergetar tak terkendali disertai tangannya yang menggapai-gapai seakan-akan orang yang mau tenggelam mencari pegangan. Kedua kakinya berkelejotan. Dari mulut Dinda keluar suatu erangan, “Aaaaduhh… laaagii… laaagiii… oohhhh… ooohhh…” Hal ini berlangsung kurang lebih 20 detik terus menerus.
Bacaan sex top: Cerita Dewasa Keluarga Mamah Berpura-pura Tidur
Sementara itu lelaki itu terus melakukan aktivitasnya, dengan memompa penisnya keluar masuk anus. Rini yang sedari tadi mengocok kemaluan gadis itu menjadi sangat terangsang melihat ekspresi muka Dinda dan tiba-tiba Rini merasakan bagian dalam vagina Dinda mulai bergerak-gerak melakukan pijitan-pijitan kuat pada jari-jarinya.
Gerakan kaki Dinda  disertai goyangan pinggulnya mendatangkan suatu kenikmatan pada penis lelaki tersebut, terasa seperti diurut-urut dan diputar-putar.
Tiba-tiba Rahman merasakan sesuatu gelombang yang melanda dari di dalam tubuhnya, mencari jalan keluar melalui penisnya yang besar itu, dan terasa suatu ledakan yang tiba-tiba mendorong keluar, sehingga penisnya terasa membengkak seakan-akan mau pecah dan ….. “Aaaduuuh…….!” secara tidak sadar tangannya mencengkram erat badan Dinda  dan pinggul Rahman terangkat ke atas, pinggulnya mendorong masuk penis terbenam habis ke dalam lobang anus Dinda , sambil menyemburkan cairan kental panas ke dalam lobang anus gadis itu. Menerima semburan cairan kental panas pada lobang anusnya, Dinda merasakan suatu sensasi yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, hanya reaksi badannya yang bergetar-getar dan ekspresi mukanya yang seakan-akan merasakan suatu kengiluan yang tak terbayangkan, diikuti badannya yang tergolek lemas, tanpa dapat bergerak. Dinda terlena oleh kedahsyatan orgasme yang dialami dan diterimanya dari mereka berdua.

0 komentar:

Posting Komentar